Uang Study Tour SMAN 21 Bandung Dibawa Kabur, Ini Tanggapan Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil angkat bicara mengenai kasus penggelapan uang ratusan juta rupiah untuk study tour siswa SMAN 21 Bandung yang dilakukan pegawai travel. Pria yang akrab disapa Emil ini menyatakan study tour diperlukan, namun harus dilakukan hati-hati dan tidak boleh mengambil keuntungan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil angkat bicara mengenai kasus penggelapan uang ratusan juta rupiah untuk study tour siswa SMAN 21 Bandung yang dilakukan pegawai travel. Pria yang akrab disapa Emil ini menyatakan study tour diperlukan, namun harus dilakukan dengan hati-hati.
Ridwan Kamil mengatakan bahwa program study tour menjadi alternatif pembelajaran bagi siswa, selama itu tidak memberatkan orang tua dan sudah sesuai kesepakatan.
-
Kapan Ridwan Kamil menyelesaikan kuliahnya? Selanjutnya adalah potret Ridwan Kamil saat menyelesaikan Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995.
-
Siapa yang memberikan wejangan kepada Ridwan Kamil? Dalam pertemuan itu, Foke mengaku telah memberikan sejumlah wejangan kepada mantan Gubernur Jawa Barat tersebut.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Apa yang dikatakan Ridwan Kamil terkait Ketua Tim Sukses? Sebelumnya, bakal calon gubernur (cagub) Jakarta Ridwan Kamil (RK) akan mengumumkan ketua Tim Sukses (Timses) Pemenangan RIDO alias Ridwan-Suswono dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan Ridwan Kamil usai melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) di kediaman Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024)."(Ketua timses) sehari dua hari pasti saya kabari," kata RK kepada wartawan di Jakarta.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Mengapa Ridwan Kamil ditolak warga saat berkunjung? Dikutip lewat akun X @MurtadhaOne1, disebut-sebut penolakan tersebut karena tidak ada izin yang disampaikan kepada warga setempat. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam acara Gerakan Membangun (Gerbang) Betawi.
Selain itu, ia menekankan kehati-hatian saat menunjuk penyelenggara atau penanggung jawab perjalanan. Perusahaannya harus dilihat dengan seksama, termasuk riwayat pekerjaan yang sudah dilakukan.
"Namanya study tour itu perlu saja karena semua ilmu itu tidak dapat di kelas. Tapi biasanya berdinamika kalau tidak profesional. Satu kalau penyelenggaranya tidak jelas, dua mencari profit bahkan saya selalu imbau kalau untuk study tour itu diatur saja oleh siswanya sendiri jangan pakai pihak ketiga," kata Ridwan Kamil, Rabu (25/5).
"Jadi kuncinya itu selama tidak memberatkan karena kasihan ada siswa yang tidak mampu. Jadi kalau disebut apakah perlu itu, perlu, karena saya pernah sekolah dan itu menyenangkan. Tapi jangan memberatkan, mencari cara dikurangi pihak ketiga, mungkin anak-anaknya mengorganisasikan secara sendiri sehingga harga lebih murah," ia melanjutkan.
Diberitakan sebelumnya, ratusan siswa SMAN 21 Kota Bandung gagal berangkat ke Yogyakarta untuk melaksanakan study tour karena uang yang sudah dikumpulkan lebih dari Rp 300 juta dibawa kabur oleh perempuan berinsial ICL (33), seorang karyawan lepas dari perusahaan PT Grand Traveling Indonesia (GTI).
ICL sudah ditangkap polisi pada Rabu (24/5) malam dan sedang menjalani pemeriksaan di Polrestabes Bandung.
Pihak travel mengatakan bahwa berdasarkan kesepakatan awal, pembayaran harus dikirimkan ke rekening perusahaan setelah membayar uang tanda jadi sebesar Rp10 juta. Namun, beberapa hari sebelum hari keberangkatan, uang itu tidak kunjung dikirim. Ternyata, setelah ditanya, pihak sekolah mengirimkan uang ke rekening ICL.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 12 Bandung Dani Wardani mengaku teledor sudah membayarkan uang ke rekening milik ICL. Semua itu karena pihak sekolah sudah merasa percaya karena sudah beberapa kali menggunakan jasanya. Terlebih, ICL adalah istri dari salah satu karyawan perusahaan travel.
"Memang adalah keteledoran dari pihak kita (membayar ke rekening ICL, bukan ke rekening perusahaan)," kata dia.
"Yang mengurus perjalanan kita biasanya suaminya Adi karyawannya dari GTI, kebetulan di posisi terakhir Adi itu menyarankan untuk berhubungan dengan istrinya (ICL). Nah karena kita memang pernah ke Yogya kelas 12 dengan Adi dan ICL," dia melanjutkan.
Ia menegaskan, semua itu murni karena kesalahan dan tidak ada indikasi keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Dani mengatakan dana yang sudah dikeluarkan untuk study tour ke rekening ICL mencapai Rp358.750.000.
"Yang kita sudah setorkan Rp368.750.000 termasuk di dalamnya Rp 10 juta," ungkapnya.
Tour Manager Grand Traveling Indonesia Jimmy Tanumihardja mengatakan, dalam perjanjian kerja sama disebutkan transfer dana study tour harus ke rekening perusahaan. Ia pun menyatakan bahwa status ICL di perusahaan adalah karyawan lepas (freelancer).
"Sudah ada peraturan MoU bahwa harus ke rekening perusahaan," kata dia.
(mdk/yan)