UNHCR dan IOM Diminta Tanggung Jawab Tangani Pengungsi Rohingya di Aceh
United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan The International Organization for Migration (IOM) diminta tidak lepas tanggung jawab menangani pengungsi Rohingya.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh angkat bicara soal seringnya pengungsi Rohingya terdampar di Aceh. United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan The International Organization for Migration (IOM) diminta tidak lepas tanggung jawab menangani pengungsi Rohingya.
Ketua Komisi I DPR Aceh, Iskandar Usman Alfarlaki berharap IOM memastikan pengungsi Rohingya didata kemudian dicek kembali ke negaranya.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Dimana para pengungsi Rohingya dijemput oleh warga Aceh? Warga Aceh ini menjemput pengungsi Rohingya di sekitar perairan laut Sabang.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya? Warga Aceh ini menjemput pengungsi Rohingya di sekitar perairan laut Sabang. Mereka diminta mengerjakan pekerjaan ilegal itu oleh seorang agen penyelundup di Malaysia.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Mengapa warga Aceh terlibat dalam penyelundupan Rohingya? Mereka diminta mengerjakan pekerjaan ilegal itu oleh seorang agen penyelundup di Malaysia.
-
Bagaimana cara pengungsi Rohingya mencapai Aceh? Sebagai informasi , hingga akhir November 2023, tercatat 1.084 warga Rohingya yang mendarat di Aceh menggunakan 6 kapal kayu.
"Jika memang mereka ini sebagai pencari suaka politik, maka UNHCR dan IOM harus memfasilitasi mereka untuk dipindahkan ke negara ketiga," katanya, Kamis (29/12).
Menurutnya, secara kemanusiaan pemerintah memang harus memberikan perlindungan kepada pengungsi. Namun, juga harus menyelidiki alasan etnis Rohingya itu kerap terdampar di Aceh.
Ia tidak yakin pengungsi Rohingya tersebut murni pencari suaka politik. Alfarlaki mencurigai wilayah Aceh hanya dijadikan daerah transit mereka untuk masuk Malaysia.
Apalagi, saat di pengungsian para pengungsi Rohingya kerap melarikan diri. Ironisnya terjadi tak lama setelah mereka diselamatkan di penampungan.
"Siapa sekarang yang memfasilitasi pelarian mereka? Siapa yang menampung mereka serta ke mana mereka melarikan diri? Ini juga harus diselidiki dan harus diusut secara tuntas,” tegasnya.
Alfarlaki juga mengatakan perlu adanya penyelidikan indikasi terlibat para sindikat human trafficking.
“Apa mereka punya agen di Aceh atau di Indonesia, kemudian akan dibawa melalui Sumatera Utara dan masuk kembali ke Malaysia dan di Malaysia mencari kerja. Ini juga harus dilakukan proses penyelidikan lebih lanjut," ujarnya.
(mdk/tin)