Vaksin Covid-19 Sinopharm Disetujui WHO
Penasihat senior WHO Bruce Aylward mengatakan terserah pada Sinopharm untuk mengatakan berapa banyak dosis vaksin yang dapat diberikan perusahaan farmasi tersebut untuk program COVAX.
Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan obat milik negara China, Sinopharm, pada Jumat (7/5) disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penggunaan darurat.
Vaksin tersebut telah diberikan kepada ratusan juta orang di China dan di tempat-tempat lain, dan merupakan vaksin pertama yang dikembangkan oleh negara non Barat yang mendapat dukungan dari WHO.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Ini juga pertama kalinya WHO memberikan persetujuan penggunaan darurat bagi vaksin China untuk penyakit menular apa pun.
Sebelumnya pada awal pekan ini, para ahli WHO secara terpisah menyatakan kekhawatiran tentang kualitas data yang diberikan perusahaan tentang efek samping.
Daftar darurat WHO adalah sinyal bagi regulator nasional bahwa suatu produk aman dan efektif.
Daftar itu juga memungkinkan vaksin Sinopharm untuk dimasukkan dalam COVAX, program global untuk menyediakan vaksin terutama bagi negara-negara miskin, yang mengalami masalah pasokan.
"Ini memperluas daftar vaksin COVID-19 yang dapat dibeli COVAX, dan memberi kepercayaan pada negara-negara dalam mempercepat persetujuan peraturan mereka sendiri, serta untuk mengimpor dan mengelola vaksin," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Seperti dikutip dari Antara, Sabtu (8/5).
Penasihat senior WHO Bruce Aylward mengatakan terserah pada Sinopharm untuk mengatakan berapa banyak dosis vaksin yang dapat diberikan perusahaan farmasi tersebut untuk program COVAX.
"Mereka berusaha untuk memberikan dukungan yang penting, dengan menyediakan sejumlah besar dosis (vaksin) sementara pada saat yang sama juga mencoba melayani penduduk China," ujar Aylward.
Sebelumnya, WHO telah memberikan persetujuan darurat untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Moderna.
Penyimpanan Mudah
Keputusan untuk menyetujui vaksin Sinopharm diambil oleh kelompok penasihat teknis WHO, yang bertemu sejak 26 April untuk meninjau data klinis terbaru dan praktik manufaktur.
"Persyaratan penyimpanannya yang mudah membuatnya sangat cocok untuk pengaturan sumber daya rendah," demikian pernyataan WHO.
Tedros mengatakan bahwa, setelah persetujuan tersebut, Kelompok Penasihat Strategis Ahli (SAGE) telah merekomendasikan bahwa orang dewasa di atas 18 tahun menerima dua dosis vaksin Sinopharm.
Berdasarkan semua bukti yang tersedia, WHO merekomendasikan vaksin bagi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas, dalam dua dosis dengan jarak jadwal pemberian tiga hingga empat minggu.
Vaksin itu, yang dikembangkan oleh Beijing Biological Products Institute --unit anak perusahaan Sinopharm China National Biotec Group, diperkirakan memiliki kemanjuran 79 persen untuk semua kelompok umur.
"Informasi yang kami miliki untuk penggunaan pada orang di atas 60 tahun masih sangat langka. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa vaksin akan berpengaruh berbeda pada kelompok usia yang lebih tua ini," kata ketua panel SAGE Alejandro Craviato.
Tetapi dengan mencatat kesenjangan dalam data klinis, dia mengatakan bahwa Sinopharm atau otoritas nasional harus memantau orang-orang di atas 60 tahun, juga kalangan orang dengan penyakit penyerta serta wanita hamil setelah vaksinasi.
WHO mengatakan pihaknya dapat mencapai keputusan tentang vaksin COVID-19 utama China lainnya, yaitu yang dibuat oleh Sinovac Biotech, minggu depan. Para ahli teknis memeriksanya pada Rabu (5/5).
"Kami telah mulai meninjau laporan dari Sinovac. Kami sebenarnya meminta informasi tambahan kepada pabrikan ... yang kami harap akan segera terima untuk membuat keputusan," ujar ketua kelompok penasihat teknis WHO Arnaud Didierlaurent.
China telah menyebarkan sekitar 65 juta dosis vaksin Sinopharm dan sekitar 260 juta dosis suntikan Sinovac. Kedua vaksin tersebut telah diekspor ke banyak negara, terutama di Amerika Latin, Asia, dan Afrika, yang banyak di antaranya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan vaksin yang dikembangkan di negara-negara Barat.
Baca juga:
Jokowi: Rakyat Displin Prokes & Pemerintah Upayakan Vaksin, Kita Ikhtiar Akhiri Covid
Update Jumlah Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia 8 Mei
Tegaskan Kesetaraan Akses, Menlu Retno Tolak Hak Paten Vaksin
Menhub Budi Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 India
1,3 juta Dosis Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia Pagi Ini