Warga Buleleng Dengar Dentuman, BPBD dan BMKG Pastikan Tidak Ada Aktivitas Vulkanik
BPBD tidak menemukan kejadian apapun. BMKG juga menginformasikan tidak ada aktivitas vulkanik.
Sebagian masyarakat di Kabupaten Buleleng dikagetkan oleh dentuman keras sekitar pukul 10.00 Wita, Minggu (24/1). Dentuman keras itu, juga ramai dibicarakan di aplikasi percakapan WhatsApp dan media sosial.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin menuturkan, hasil penelusuran tidak ada ledakan apapun di wilayah Bali.
-
Siapa yang memukau dengan kecantikan alaminya di Bali? Saat liburan di Bali, Prilly Latuconsina memukau dengan kecantikan alaminya dalam beberapa foto terbaru di Instagram pribadinya.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Apa saja hal yang menarik di Pulau Bali selain keindahan alamnya? Bukan hanya alamnya saja memukau, budaya dan adat istiadat masyarakat Bali juga seringkali memberikan kesan tersendiri. Kentalnya budaya leluhur yang masih dijunjung tinggi membuat Pulau Bali menjadi begitu menarik untuk dijelajahi.
-
Dimana letak Desa Bedulu, pusat peradaban Bali di masa silam? Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
-
Apa yang dilakukan Zahwa di Bali? Di sana, Zahwa terlihat sangat menikmati berbagai kegiatan.
-
Di mana larangan pembangunan gedung tinggi di Bali tercantum? Perda yang mengatur larangan gedung pencakar langit di Bali tercantum dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur Kdh. Tk. 1 Bali, Tanggal 22 November 1971, No 13/Perbang 1614/II/a/1971.
"Itu semua masyarakat sampai media sosial ramai (soal ledakan itu). Hasil, penelusuran di lapangan dan di daratan tidak sama sekali ditemukan ada ledakan apa-apa. Ini laporan dari BPBD sama Dandim di Buleleng," kata Rentin, saat dihubungi Minggu (24/1).
"Awalnya, sempat diduga jatuh meteor di sekitar lautan tetapi masih meragukan juga. Belum ada kepastian," sambungnya.
Dia menyebutkan, dari pihak BMKG juga menginformasikan tidak ada aktivitas vulkanik.
"Kemungkinan (di tengah) laut Buleleng. Ini masih prediksi ketika ditelusuri di seluruh wilayah Buleleng. Bahkan, ada di beberapa wilayah di Buleleng yang tidak mendengar misalnya di Kecamatan Busung Biu, tidak terdengar dentuman itu," ungkapnya.
Dia menuturkan, baik di wilayah perairan maupun daratan tidak ada kejadian ledakan apapun. Dia tidak menampik kabar ada laporan nelayan yang mengaku mendengar ledakan itu terjadi di tengah laut. Namun dia tidak ingin buru-buru menyimpulkan.
Alat milik BMKG mencatat gelombang seismik sekitar pukul 10.27 Wita. Namun diyakini bukan aktivitas vulkanik.
"Kami, mendapatkan laporan bahwa masyarakat di sekitar Buleleng mendengar suara ledakan. Kemudian, kami mengecek pada pukul 10: 27 Wita, kami melihat adanya anomali sinyal yang terekam pada sensor SRBI di Singaraja milik BMKG," kata Indira, selaku Observer Pusat Gempa Bumi BMKG, Wilayah lll Denpasar, Bali, Minggu (24/1).
Dia mengatakan, anomali sinyal itu bukanlah anomali sinyal gempa bumi. Kendati begitu, sinyal itu hanya tercatat di sensor sinyal SRBI Singaraja. Sementara, di sensor sinyal terdekat seperti di Seririt dan Kintamani tidak tercatat hanya di sensor sinyal Singaraja.
"BMKG yang memiliki kewenangan di bidang kegempaan mengkonfirmasi bahwa suara ledakan itu bukan merupakan akibat gempa bumi," imbuhnya.
Soal kesaksian masyarakat melihat meteor, pihaknya masih mengkonfirmasi ke lembaga terkait. Seperti, ke lembaga Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
"Kalau, memang ke saksian masyarakat ada yang melihat meteor atau lain sebagainya, harus dikordinasikan dengan Lapan. Cuma dari BMKG anomali sinyal yang tercatat bukan merupakan seismik gempa bumi," jelasnya.
Dia juga menerangkan, untuk alat sensor BMKG itu selain sensitif mencatat sinyal gempa bumi juga adanya sinyal getaran gunung berapi dan nuklir.
"Sebenarnya kalau untuk sensor itu, sensitif terdapat banyak hal. Bisa karena gempa bumi, bisa juga karena gunung api, bisa nuklir semua itu tercatat sebenarnya. Tapi ada klasifikasinya, kita bisa menentukan ini itu sinyal seismik
gempa bumi atau siyal yang lain," jelasnya.
Kemudian, dari pola desismogramnya bisa dilihat bahwa itu bukan gempa bumi. Sementara, untuk aplitudo getarannya untuk durasinya sekitar 20 detik anomali sinyalnya. Kalau, skala magnetutdo itu 1,1 hanya direkam satu sensor saja.
Baca juga:
Angin Puting Beliung Besar di Atas Waduk Wonogiri Gegerkan Warga
Kesan Jenderal Bintang Dua Usai ke Gunung Puntang yang Lagi 'Dipermak' Musisi Anji
Fenomena Langka Jupiter dan Saturnus Terlihat Sejajar dan Berdekatan
Viral Awan Berbentuk Cincin di Langit Kediri, Begini Fakta di Baliknya
Fenomena Gerhana Matahari Total di Langit Amerika Selatan
Tak Hanya Banjir dan Longsor, BMKG Ingatkan Warga Jateng Waspadai Bencana Ini