Warga protes KAI tutup Stasiun Telawa Boyolali
Usai penutupan stasiun, warga kesulitan bepergian ke luar kota.
Penutupan Stasiun Telawa, Kecamatan Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) awal 2013 lalu, membuat warga Boyolali utara kesulitan jika akan bepergian ke Jakarta atau kota lainnya. Mereka sangat menggantungkan keberadaan stasiun tersebut, sebagai satu-satunya sarana transportasi yang mudah dan murah.
Sejumlah warga yang tinggal di wilayah Boyolali utara, seperti di Kecamatan Juwangi, Karanggede, Kemusu dan Kecamatan Miri saat ditemui wartawan menginginkan agar Stasiun Telawa, bisa dioperasikan kembali. Pasalnya keberadaan stasiun itu sangat vital bagi warga yang akan berpergian ke luar kota.
"Kami mohon PT KAI bisa membuka lagi stasiun ini. Kami bingung kalau mau ke Jakarta atau Surabaya. Harus ke Solo atau Semarang dulu. Jaraknya kan jauh dari sini," ujar Slamet Riyanto (46) warga Karanggede di Boyolali, Rabu (21/5).
Ungkapan senada disampaikan Endang warga Dologan, Kecamatan Karanggede. Dirinya menyayangkan penutupan Stasiun Telawa yang dinilai tanpa mempertimbangkan kepentingan warga sekitar.
"Kami enggak habis pikir kenapa stasiun ini ditutup. Padahal penumpang dari sini kan banayak. Apalagi saat lebaran, banyak yang mudik menggunakan kereta ekonomi dan turun di sini. Kami minta PT KAI untuk membuka kembali stasiun ini," tegas Endang.
"Saya dulu sering bolak balik ke Jakarta lewat Stasiun Telawa. Kalau sekarang bingung mau naik apa. Naik bis mahal sekali, gaji saya enggak cukup. Mbok ya dibuka lagi. Kasihan masyarakat kecil kalau begini," imbuh Sukarno, warga desa Ngawen Juwangi.
Sementara itu menurut informasi beberapa warga sekitar, jumlah penumpang yang naik dan turun di Stasiun Telawa cukup signifikan. Karena sebagian besar warga Boyolali utara mengadu nasib di
Ibu Kota.
Dengan pengoperasian kembali stasiun itu, para pemudik tidak perlu turun di Semarang atau Stasiun Jebres Solo. Lantaran Jarak stasiun Telawa ke dua kota tersebut relatif jauh. Selain itu fasilitas yang ada di stasiun itu dinilai masih memadai untuk digunakan kembali sebagai stasiun pemberhentian atau untuk menaikkan penumpang.
Dihubungi terpisah, Manager Humas PT KAI Daerah Operasi IV Semarang, Eko Budianto, mengatakan ada beberapa kendala untuk bisa mengoperasikan kembali stasiun Telawa.
"Banyak faktor yang harus kami pertimbangkan, di antaranya jumlah penumpang. Minimal harus ada 10 penumpang yang naik atau turun di stasiun itu setiap harinya. Sehingga tidak akan merugikan saat kereta berhenti," ujar Eko.
Selain jumlah penumpang, stasiun juga harus steril dari pengasong, agar kenyamanan penumpang tetap terjaga. Pihaknya akan mempertimbangkan usulan warga tersebut.
"Kita akan kaji dalu usulan warga. Mereka juga harus menyampaikannya secara tertulis ke Kementerian Perhubungan," pungkasnya.