Warga resah PD Oikumene Kasih beribadah tidak izin dan sampai malam
Dalam ritual doa tengah malam itu, para jemaat PD Oikumene Kasih bernyanyi, tepuk tangan dan jingkrak-jingkrak.
Persekutuan Doa (PD) Oikumene Kasih pimpinan Deborah Helmy, tak hanya bermasalah dengan para jemaat dan Pendeta Gereja Kristen di Surabaya, Jawa Timur, tapi juga dengan warga Rungkut.
Setelah dituding menyebarkan ajaran menyimpang, bahkan menerapkan praktik sihir, kini giliran warga Rungkut memprotes keberadaan PD Oikumene Kasih di wilayahnya. Sebab, perkumpulan religi pimpinan Deborah itu, selain tak berizin, juga meresahkan warga sekitar.
Tiap Senin dan Kamis, mereka menggelar ritual doa tengah malam di lantai dua ruko di wilayah RT 01/RW 08, Kelurahan Rungkut Kidul. Jemaat yang mengikuti ritual doa, berasal dari luar kampung, bahkan ada yang dari luar Kota Surabaya.
Ketua RW 08, Irawan Priyantara mengatakan, PD Oikumene Kasih berada di wilayahnya sejak 2014. Mereka sangat tertutup, bahkan seolah-olah merahasiakan komunitasnya. Wargapun protes, dan pada 26 Juni 2015, tokoh masyarakat setempat memanggil pimpinan PD Oikumene Kasih, Deborah Helmy, tapi yang datang hanya perwakilannya.
"Ini soal lingkungan, bukan soal agama. Kita tidak melarang orang beribadah. Tapi ini soal keresahan warga. Selain tidak kulonuwon (izin), mereka beribadah di atas jam 9 malam (21.00 WIB) dan selesai sampai jam 1, jam 2 (01.00-02.00 WIB)," ketus Irawan, Sabtu (5/3).
Irawan menyebut, dalam ritual doa tengah malam itu, para jemaat PD Oikumene Kasih bernyanyi, tepuk tangan dan jingkrak-jingkrak. "Ini kan mengganggu warga yang istirahat. Silakan beribadah, kami (warga) tidak melarang, tapi harus di bawah jam 9 (21.00 WIB)," tegasnya.
Tak hanya gaduh dengan model ritualnya, warga juga khawatir dengan keluar-masuknya orang luar di wilayah Rungkut. "Yang datang di acara itu, bukan warga sekitar, tapi orang luar, bahkan ada yang dari luar Kota Surabaya. Jumlahnya ratusan. Kalau ini kan masalah keamanan. Kalau terjadi apa-apa, bagaimana?" katanya.
"Lah wong izin tinggal saja, tidak. Mereka juga kalau tidak saya kirimi surat, juga tidak datang. Paling tidak ya kulonuwonlah. Yang tidur di tempat itu kan dua orang. Tapi tidak pernah sekalipun menemui Ketua RT, apalagi RW, untuk minta izin," sambungnya.
Atas keluhan yang sampai ini masih terjadi, Jumat malam (4/3), Camat Rungkut, Ridwan Mubarun mengumpulkan semua Muspika setempat, seperti Danramil, Polsek, Forum Komunitas Umat Beragama (FKUB), Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag), tokoh masyarakat serta pihak PD Oikumene Kasih yang diwakili beberapa jemaatnya.
Dalam pertemuan Jumat malam di Kantor Kecamatan Rungkut itu, perwakilan PD Oikumene Kasih bersikukuh kalau pihaknya pernah menemui Ketua RT setempat. Hanya saja, tidak ada kesepakatan soal waktu acara yang digelar pihaknya.
"Tahun 2015 kita sudah menghubungi, karena ada peraturan di bawah jam 9 malam, tidak ada kesepakatan. Jadi bukan kita tidak pernah bertemu, ya kita akan cari win-win solutionnya. Pasti akan kita koordinasikan hasil pertemuannya," kata Herman salah satu jemaat PD Oikumene Kasih.
Hasil pertemuan di kantor kecamatan, masih kata Herman, pihaknya diperintahkan mengurus izin ke instansi terkait. "Kita akan koordinasikan untuk membuat izin tempat sementara untuk ibadah. Ini (pertemuan) guyub, tidak ada pertentangan, jadi sudah selesai masalah pertentangan warga," sambungnya yakin.
Seperti diketahui, pekan lalu, PD Oikumene Kasih diadukan beberapa pendeta dan jemaat Gereja Kristen ke Bamag Kota Surabaya. Komunitas ritual keagamaan pimpinan Deborah Helmy ini, dianggap menyebarkan ajaran menyimpang dari ajaran Injil. Sebab, dengan dalih perintah Tuhan, Deborah meminta jemaatnya bercerai dan mengajarkan anak-anak tidak patuh pada orangtuanya.
Atas ajaran inilah, beberapa pendeta menyebut, Deborah menerapkan praktik sihir. Salah satunya Pendeta Andreas Rahardjo dari Gereja Kristen Perjanjian Baru Masa Depan Cerah, yang mengatakan ajaran di PD Oikumene Kasih, telah menistakan ajaran Yesus Kristus. Sebab, Deborah sudah memanipulasi akal sehat jemaatnya.
"Sehingga, para jemaatnya dibutakan dengan karisma pimpinannya, yang seolah-olah pintar dan mendapatkan wahyu Tuhan. Ngomongnya pintar, tapi itu untuk kepentingan pribadinya sendiri," cetus Andreas, Jumat lalu (26/2).
Andreas menyebut, Deborah telah memanipulasi Alkitab, yang seharusnya sudah benar. "Tapi dibelokkan oleh kepentingannya sendiri. Kita meyakini ini adalah praktik sihir. Tidak ada di dunia manapun, dalam ajaran Kristen meminta orang bercerai. Dalam Alkitab, apa yang sudah disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan. Kalau ada yang malah menyuruh bercerai, itu kejahatan namanya," tegasnya.