Momen Seru Warga Berebut Ribuan Telur saat Peringatan Maulid Nabi di Gowa, Diyakini Bawa Berkah
Warga rela menunggu sejak pagi untuk mendapatkan telur hias pada sore harinya.
Kabupaten Gowa memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berebut ribuan telur. Momen rutin setahun ini sekali ini disambut meriah oleh warga setempat.
Mereka datang sejak pagi untuk menunggu puncak acara pembagian ribuan telur hias pada pelaksanaan tradisi Maudu Lompoa memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 di halaman Masjid Syekh Yusuf Gowa Sulawesi Selatan pada Rabu (18/9/2024).
Ribuan telur hias ini disediakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa untuk memeriahkan tradisi turun-temurun. Telur-telur hias ini diyakini membawa berkah Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi
Berebut telur hias merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan warga Kabupaten Gowa saat pelaksanaan Maudu Lompoa.
“Rebutan (telur) itu sudah menjadi tradisi setiap pelaksanaan Maulid Nabi Muhammadi di Kabupaten Gowa, takut tidak dapat. Padahal sebenarnya kalau dia mau bersabar, dua ribu paket (telur hias) itu cukup untuk seluruh warga yang hadir,” terang Bupati Kabupaten Gowa, Adna Purichita Iksan Yasin Limpo, dikutip dari YouTube Liputan6, Jumat (20/9/2024).
Warga rela menunggu momen rebutan telur hias sejak pagi, padahal acara baru digelar sore hari.
“Saya menunggu dari pagi, datang satu keluarga, banyak. Rebutan telur untuk dapatkan berkah,” ujar Mutti, warga Kabupaten Gowa.
Acara Maudu Lompoa tidak hanya diikuti warga Kabupaten Gowa, tetapi juga warga dari daerah lain. Setiap tahun, peminat tradisi turun-temurun ini bertambah banyak.
Sejarah Maudu Lompoa
Maudu Lompoa merupakan istilah untuk menyebut perayaan maulid nabi di Sulawesi Selatan. Maudu’ Lompoa adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW secara besar-besaran dengan berbagai kegiatan keagamaan dan budaya khas Makassar.
Mengutip ejournal.radenintan.ac.id, secara historis, eksistensi ritual Maudu’ Lompoa terkait dengan ahlul bait asal Aceh, Sayyid Jalaluddin Al-Aidid, yang datang di Cikoang Takalar awal abad ke-17. Ia lahir tahun 1591 dan masih keturunan ke-29 dari Nabi Muhammad SAW.
Ia datang ke Cikoang untuk menyiarkan Islam. Dalam proses itu, Sayyid Jalaluddin menginisiasi penyelenggaraan pengajian. Beberapa tokoh penting sempat berguru kepadanya adalah Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf.
Perayaan Maulid Nabi (Maudu’) di Cikoang pertama kali atas prakarsa Sayyid Jalaluddin Al-Aidid dan I Bunrang di rumah Bunrang pada tahun 1620 silam.