Waspadai Informasi Berbau Radikal di Media Sosial
Seseorang ketika mencari informasi cenderung sudah punya pemahaman, cara pandang, atau stigma tertentu.
Masyarakat jangan percaya pada satu sumber saja, tetapi harus bisa dan mau melihat dari berbagai macam sumber.
Waspadai Informasi Berbau Radikal di Media Sosial
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail memandang perlu tradisi pemikiran kritis dan akal sehat agar masyarakat terhindar dari informasi yang bisa membuat seseorang menjadi radikal. Dalam mencari dan mencerna suatu informasi, kata Noor Huda Ismail, perilaku manusia zaman modern cenderung mengambil informasi yang mereka butuhkan hanya dari sumber yang membenarkan apa yang telah mereka yakini.
- Momen Polisi Tak Hafal Teks Pancasila saat Upacara, Disoraki sampai Ditertawakan Ibu-Ibu
- 25 Contoh Sisindiran Sunda yang Kocak dan Menggelitik, Bisa Dibagikan ke Media Sosial
- Mediasi 3 Jam, Siswi SMKN 1 Probolinggo Meski Trauma Maafkan Selebgram Luluk Nuril
- Menghindari Radikalisasi di Media Sosial dengan Berpikir Kritis
"Dalam dunia psikologi, bias kognitif ini sering disebut dengan motivated reasoning atau confirmation bias," kata Noor Huda dilansir Antara, Rabu (2/8).
merdeka.com
Noor Huda menjelaskan bahwa seseorang ketika mencari informasi cenderung sudah punya pemahaman, cara pandang, atau stigma tertentu. Setelah itu, mencari informasi untuk membenarkan pemahaman atau cara pandang tersebut.
"Hal itu terjadi bahkan sebelum adanya media sosial. Dengan adanya media sosial, kecenderungan terjadinya bias kognitif itu menjadi lebih kuat lagi," ujarnya.
Ia memandang penting mencari sumber informasi pembanding dari apa yang sudah diyakini. Selain itu, perlu mengadopsi tradisi berpikir kritis untuk bisa membedakan bahwa apa yang di internet belum tentu semuanya benar. "Kemampuan membandingkan suatu informasi dengan hal yang sama, namun dari sumber dan perspektif yang berbeda menjadi penting," ujarnya.
Menurut dia, tren medium yang digunakan serta kecenderungan cara berkomunikasi masyarakat dunia memang telah berubah. Saat ini masyarakat di seluruh dunia cenderung tidak melihat mana yang benar, tetapi justru mana yang viral. Ia juga menyoroti pentingnya belajar teknologi sebagai suatu kenyataan yang tak terelakkan. Hal itu, menurut dia, berlaku mulai dari masyarakat lapisan terbawah hingga para pejabat yang memegang kendali.
"Ketika di suatu negara para pemangku kepentingannya tidak memahami perkembangan teknologi, tentu akan berdampak buruk pada kebijakan atau keputusan yang diambil,” ujarnya.
merdeka.com
Oleh karena itu, Noor Huda berpesan agar masyarakat jangan percaya pada satu sumber saja, tetapi harus bisa dan mau melihat dari berbagai macam sumber. Masyarakat, lanjut dia, juga harus menggunakan akal sehat untuk bisa memilih dan memilah informasi, serta dalam membagikan informasi harus menggunakan prinsip saring sebelum membagikan.