Yudi Latief di depan jemaat Katedral: Hari Natal membawa Indonesia kembali 'hijau'
Yudi Latief yang mengenakan peci berwarna hitam dan sorban yang dikalungkan di lehernya menyampaikan pesan-pesan toleransi dan keberagaman dalam pidatonya. Pidatonya disambut tepuk tangan yang riuh dari umat Nasrani.
Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief berpidato di hadapan umat Nasrani dari mimbar yang ada di dalam Gereja Katedral, Minggu (24/12) sore. Yudi datang bersama Dewan Pengarah UKP-PIP, Try Sutrisno.
Yudi Latief yang mengenakan peci berwarna hitam dan sorban yang dikalungkan di lehernya menyampaikan pesan-pesan toleransi dan keberagaman dalam pidatonya. Pidatonya disambut tepuk tangan yang riuh dari umat Nasrani.
-
Kapan Hari Kesaktian Pancasila dirayakan? 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila.
-
Apa makna dari Hari Kesaktian Pancasila? Hari ini mengingatkan kita akan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia ketika Pancasila sebagai dasar negara berhasil dipertahankan melalui peristiwa yang dikenal sebagai "Gestok" pada tahun 1965.
-
Apa yang dimaknai dari Hari Kesaktian Pancasila? Hari Kesaktian Pancasila sering dimaknai sebagai upaya memperkokoh peran Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Kapan Hari Perawat Nasional diperingati? Hari Perawat Nasional diperingati setiap tanggal 17 Maret.
"Kami datang untuk bersambung rasa. Berbagi kebahagiaan dan harapan dan kasih sayang dalam suasana Natal di seluruh katedral dan gereja di tanah air," katanya saat berpidato.
Menurut Yudi, selama ini kerap muncul kecurigaan di antara umat beragama. Hal itu ia analogikan sebagai ranting kering yang mudah tersulut dan terbakar api. Namun, Natal diibaratkan sebagai hujan yang membawa ranting kering itu kembali menjadi hijau.
"Ranting-ranting yang mudah terbakar. Dan tanah-tanah mulai terbelah. Natal adalah semacam hujan dan kasih sayang yang menyiram rumput kering itu menjadi hijau kembali dan membawa Indonesia kembali hijau," terangnya.
Pesan moral Natal ialah mengajak manusia kembali pada kaidah kasih sayang yang merupakan ajaran inti agama. "Dari sudut Pancasila menghendaki semua warga negara Indonesia ber-Tuhan. Ber-Tuhan dengan cara leluasa," ujarnya.
Ia mengatakan setiap warga negara boleh berbeda agama dan keyakinan. Pancasila menjamin setiap warga dari semua agama untuk mengekspresikan keyakinannya.
"Kami datang sebagai bagian aparatur negara untuk membangun kembali tradisi bahwa setiap pemeluk agama tak boleh memiliki ketakutan dalam menjalankan agamanya dan mereka berhak mengekspresikan keagamaannya di ruang publik secara setara," jelasnya.
Di akhir pidatonya, Yudi menyampaikan dengan semangat kasih sayang Natal dan Pancasila, semua warna bersatu dan bersambung rasa. "Semua rezeki bisa berbagi demi kebahagiaan hidup Indonesia yang majemuk. Dari sanubari kami yang terdalam kami mengucapkan selamat Natal dan tahun baru. Damai di hati, damai di bumi. Dan semoga semua makhluk bahagia dan sentosa," ucapnya.
"Semoga kita bisa kembangkan budaya toleransi agar Indonesia bisa menjadi tempat yang subur dan damai," tutupnya.
(mdk/rzk)