3 Wanita berebut kuasa di Tangerang Selatan
Ada yang berlatar belakang, dokter, pebisnis hingga putri Indonesia.
Tiga wanita menjadi peserta Pilkada serentak di Tangerang Selatan. Pertama adalah wanita yang memperoleh nomor urut satu, Li Claudia Chandra.
Li Claudia Chandra berasal dari Dabo Singkep, sebuah pulau di Kepulauan Lingga. Dia lahir pada 24 Mei 1972, berlatar belakang pengusaha kuliner.
"Kami tak bisa menyembunyikan bahwa kami sangat ingin memperbaiki Kota Tangsel. Tetapi kami juga enggan menjelekkan pekerjaan dari pasangan incumbent. Dia sudah bagus, bagus dalam artian sudah berbuat walau tak banyak," kata Li Claudia yang hobi memasak itu, Selasa (25/8).
Li Claudia melanjutkan, dirinya bersama Ikhsan Modjo percaya diri bakal menang Pilkada.
"Sebab kami baru muncul di akhir seperti ini saja sudah naik terus pada hasil survei. Karena memang kami ini ya benar-benar apa adanya, enggak sudah pake 'make-up' atau mengada-adakan yang tak ada, kami terpenting memiliki niatan tak akan korupsi dan akan menyejahterakan masyarakat," tutur wanita yang single parent tersebut.
Wanita kedua adalah dr Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri. Elvier, yang merupakan kader Hanura sejak 2013 secara resmi ditunjuk Ketua Umum Wiranto untuk berpasangan dengan Arsid.
Menurut Bu Dokter, meski dia lebih kebanyakan berkecimpung di dunia kesehatan selama ini, tetapi dia memandang politik tidak rumit.
"Saya ini Direktur Rumah Sakit, politik itu kan intinya sebenarnya bagaimana cara mencapai tujuan. Enggak usah disikapi dengan yang terlalu menakutkan. Ketika di bidang kesehatan, saat memandang sesuatu masalah, memang sudah harus memandang secara holistik, integral, dan komprehensif. Kita tidak bisa mengobati pasien dari penyakitnya saja. Kita harus melihat lingkungannya, keluarganya," tuturnya.
Sedangkan soal dirinya mendapat nomor urut 2 bersama Arsid, dia yakin nomor itu melengkapi sesuai dengan pasangan dirinya dengan Arsid.
"Kalau dikatakan apakah yakin, saya yakin. Sudah jalan Tuhan. Kombinasi yang sangat baik. Bapak Arsid ahli di pemerintahan, berkecimpung selama hampir 28 tahun, saya berkecimpung di dunia kesehatan juga sudah 20 tahun," tutur wanita kelahiran Surabaya 26 November 1968 itu.
Dan wanita terakhir sekaligus peserta incumbent adalah Airin Rachmi Diany. Siapa yang tak kenal wanita cantik yang lahir 28 Agustus 1976 di Banjar, Jawa Barat itu. Di masa mudanya, perempuan yang memiliki kegemaran bersepeda ini pernah mengikuti ajang putri Indonesia.
Ketika banyak perempuan muda yang ikut dalam ajang ini bertujuan untuk menjadi juara favorit, tetapi Airin mengikuti ajang ini hanya untuk mengisi waktu luang dan mencari kegiatan yang positif di masa mudanya. Selain aktif, Airin juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Jiwa sosialnya memang sudah ditanamkan oleh orang tuanya sejak Airin kecil.
Mojang periangan yang menempuh pendidikan di Universitas Parahyangan dan Universitas Padjajaran itu berhasil mendapatkan gelar Sarjana Hukum (SH) dari Universitas Parahyangan.
Studinya di Universitas Padjajaran berbuah dua gelar yaitu Spesialis Satu (SP-1) Program Studi Notariat dan Magister Hukum (MH), Program Studi Ilmu Hukum Bisnis.
"Kita belajar pada pengalaman lima tahun ini, dengan apa yang sudah kita selesaikan, semua hal baik kita tingkatkan. Dan apa yang sudah dilakukan, kita lanjutkan, kita kembangkan. Yang pasti untuk di bidang pendidikan, program infrastruktur kan upaya terbesar yang harus terus ditingkatkan dan tidak boleh puas," ujar Airin yang kembali maju bersama Benyamin Davnie.