4 Kritik atas sujud Amien Rais syukuri pilkada lewat DPRD
Amien boleh saja senang atas kemenangan pihaknya dalam pembahasan RUU Pilkada. Namun, dia terus dikritik dan dikecam.
Meski pernah menjadi motor utama penggagas pemilihan presiden secara langsung, Amien Rais kini tak merasa malu untuk mendukung pilkada tak langsung alias melalui DPRD. Bahkan, dia menyesal dulu telah mendukung pilpres langsung.
"Ternyata kita keliru, pilpres itu uang bicara dengan lantang," kata Amien di Jakarta 10 September lalu.
Tidak hanya itu, begitu mengetahui Koalisi Merah Putih (KMP) memenangi voting dalam sidang paripurna DPR pengesahan RUU Pilkada, Amien mengaku langsung sujud syukur. Sebab, dengan kemenangan voting KMP, berarti pemilihan kepala daerah lewat DPRD telah resmi diundangkan.
"Lalu jam 02.00 WIB, Ismail ketuk-ketuk pak-pak Demokrat walk out. Langsung saya sujud syukur," kata Amien dalam sambutan di silaturahmi anggota terpilih Koalisi Merah Putih di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Menurutnya, Demokrat bermain sangat cantik. Sebab, awal-awalnya partai besutan SBY itu mengaku memilih opsi pilkada langsung. "Hidup Demokrat," katanya.
Amien boleh saja senang atas kemenangan pihaknya dalam pembahasan RUU Pilkada. Namun, dia terus dikritik dan dikecam lantaran sikapnya yang dinilai antidemokrasi. Padahal, dulu Amien dikenal sebagai tokoh reformasi.
Berikut kritik dan kecaman terhadap Amien Rais:
-
Apa yang dimaksud dengan Pilkada? Pilkada adalah proses demokratis di Indonesia yang memungkinkan warga untuk memilih pemimpin lokal mereka, yaitu gubernur, bupati, dan wali kota beserta wakilnya.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada merupakan singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah. Pilkada dilakukan untuk memilih calon kepala daerah oleh penduduk di daerah administratif setempat yang memenuhi persyaratan.
GM: Saya dengar Amien Rais sujud syukur hak rakyat dirampas
Sikap politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang mendukung pilkada lewat DPRD mendapat kritik dari kolega lamanya, Goenawan Mohamad. GM, demikian budayawan itu disapa, menulis kritik untuk Amien di dinding akun Facebook-nya kemarin.
"Saya dengar Amien Rais bersujud syukur karena hak-hak rakyat untuk memilih sendiri kepala daerah mereka dirampas DPR," kata GM, Sabtu (27/9).
Kalau benar, kata GM, "Saya bayangkan ia tersenyum, ketika hidungnya menyentuh tanah: ada bau mayat Reformasi yang dikuburkan hari itu."
"Reformasi yang dulu ia perjuangkan. Reformasi yang saya perjuangkan -- ya, yang kita perjuangkan," tutup GM yang menyatakan keluar dari keanggotaan PAN ketika partai itu menyatakan mendukung Prabowo di Pilpres 2014.
Untuk diketahui, Amien dan GM dulu dikenal dekat karena sama-sama tergabung dalam 50 tokoh yang ikut membidani lahirnya PAN pada 23 Agustus 1998. Selain Amien dan GM, deklarator PAN antara lain Abdillah Toha, Rizal Ramli, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Faisal Basri, AM Fatwa, Zoemrotin dan Alvin Lie Ling Piao.
Pada pertemuan tanggal 5-6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).
Amien Rais bukan kalahkan Jokowi, tapi rakyat Indonesia!
Para bekas aktivis prodemokrasi prihatin dengan sikap mantan Ketua MPR Amien Rais. Sebab, salah satu tokoh reformasi ini malah mendukung pilkada tak langsung alias melalui DPRD.
"Amien Rais sujud sukur, kami sangat miris, padahal dia tokoh reformasi, menghendaki pilkada secara langsung. Tiba-tiba sujud sukur karena sistem ini dikembalikan lagi ke orde baru (Pilkada via DPRD)," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti di Gedung Menteng Huis Jalan Cikini Raya Jakarta, Minggu (28/9).
Menurutnya yang kalah dalam pengesahan RUU Pilkada bukan koalisi pendukung Jokowi-JK. Kedaulatan rakyat yang dikalahkan dan dirampas oleh para politisi tersebut.
"Saya hanya meminta kepada Amien Rais yang anda kalahkan bukan Megawati dan Jokowi. Tetapi yang anda kalahkan kami rakyat Indonesia," terang dia.
Amien Rais dinilai memberi teladan mengerikan
Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat dinilai memberikan teladan mengerikan untuk generasi mendatang. Sebab, tokoh PAN Amien Rais yang dulu memperjuangkan pilkada langsung, kini justru menolaknya.
Sementara, Demokrat malah memilih walk out dalam paripurna. Akibatnya, pendukung pilkada langsung kalah suara saat voting.
"Ada kata bijak Kung Fu Tse bisa direnungi bahwa kematian yang indah bukanlah banyaknya harta yang ditinggalkan tapi begitu banyak yang bersedih, mendoakan dan banyaknya mengiringi dalam pemakaman. Itulah yang kita lihat kematian Bung Karno dan para orang-orang dimuliakan Allah," kata Direktur Eksekutif Pusaka Trisakti Fahmi Habsy, Sabtu (27/9).
Fahmi mempertanyakan sikap Amien Rais dan SBY itu. Sebagai tokoh nasional pastinya mereka menginginkan dikenang dan dihormati saat meninggal kelak.
"Akrobatik kedua tokoh yang bertolak belakang antara ucapan dan perbuatan di RUU Pilkada adalah sebuah 'tragedi bangsa' cukup ditampilkan di era saat ini saja. Mungkin sejarah mencatat tak ada legacy bernilai yang ditinggalkan SBY dan Amien Rais di akhir hidupnya untuk kami dan generasi masa datang. Semoga Tuhan mengampuni kita semua," pungkas Fahmi.
Megawati sindir Amien Rais
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri secara tidak langsung menyindir sikap mantan Ketua MPR Amien Rais atas sikapnya yang kini mendukung pilkada tidak langsung. Padahal, Amien dulu dikenal paling getol mendorong pemilihan, bahkan untuk presiden dan wakil presiden, dilakukan secara langsung.
Di dalam pidatonya di Rakernas IV PDI-P di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/9), Megawati bercerita saat dia menjadi presiden ke-5, kedudukan MPR masih sebagai lembaga tertinggi negara, sekaligus pemegang kedaulatan dari seluruh rakyat Indonesia.
MPR, yang saat itu dipimpin Amien Rais, mengemban amanat rakyat untuk melakukan reformasi yang salah satu agendanya adalah meletakkan kedaulatan rakyat sebagai hukum tertinggi melalui Pemilu.
"Oleh UUD Republik Indonesia tahun 1945 hasil amandemen, saya mendapat penugasan untuk pertama kalinya menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung," kata Megawati.
Atas dasar amanat reformasi pula, kata dia, pilkada juga dilaksanakan secara langsung. Pilkada langsung saat itu dianggap sebagai antitesis atas kepemimpinan Orde Baru yang cenderung otoriter dan represif.
"Pemilu langsung adalah salah satu penanda penting, landmark yang membedakan Orde Baru dengan era reformasi sekarang ini," ujarnya.
"Karena itulah, saya merasa heran, ketika semangat reformasi itu kini coba diputar-balikkan kembali, termasuk oleh mereka yang menandatangani amandemen konstitusi itu sendiri," kata Megawati yang secara tidak langsung menyindir Amien sebagai ketua MPR kala itu.