Airlangga: Pemilu 2019 memiliki kompleksitas paling tinggi di dunia
Ia mengklaim bahwa Jabar merupakan salah satu modal andalan untuk menjaring suara dalam Pemilu yang jika dilihat dari pemilih tradisionalnya sudah ada 10 persen.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menilai, pemilihan umum tahun 2019 memiliki kompleksitas paling tinggi di dunia. Meski begitu, partai berlambang pohon beringin mematok target tinggi dalam meraup suara.
Hal itu disampaikan dalam sambutan saat acara pelantikan Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Golkar Jabar di Kantor DPD Golkar Jabar, Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Selasa (18/9).
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Kapan Airlangga menyampaikan klaim dukungan Partai Golkar untuk Prabowo-Gibran? Hal itu disampaikan Airlangga dalam acara buka puasa bersama jajaran Partai Golkar dengan Prabowo-Gibran, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (29/3).
"Pemilu nanti, Pileg (Pemilihan Legislatif) dan Pilpres (Pemilihan Presiden) bareng, diferensiasinya susah. ini pemilu paling kompleks sedunia," ujarnya.
Dalam penyelenggaraannya, masyarakat harus memilih calon presiden, calon anggota dewan perwakilan daerah (DPD), calon anggota DPR RI, Calon DPRD Provinsi, DPRD Kota dan Kabupaten. Tantangan pun hadir dengan lembaran kertas surat suara tanpa ada foto.
Itu artinya, Airlangga menyebut, ada sekira 400 variabel yang menjadi pilihan masyarakat. Dengan begitu, agenda yang penting untuk dilakukan setiap pengurus daerah melakukan simulasi pemilihan.
"Memang kompleks. Semua pengurus harus memperkuat kader. Kita harus realisasikan target nasional 18 persen atau 110 kursi. Di Jabar harus meraih 20 persen, atau dari 15 kursi menjadi 22 kursi," tegasnya.
"Paling yang menguntungkan kita itu lembar untuk DPR RI warnanya kuning. Mudah-mudahan diuntungkan dalam kertas pencoblosan. Tapi simulasi juga sangat penting," lanjutnya.
Ia mengklaim bahwa Jabar merupakan salah satu modal andalan untuk menjaring suara dalam Pemilu yang jika dilihat dari pemilih tradisionalnya sudah ada 10 persen.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pada tanggal 23 September ini DPP akan melepas caleg secara nasional sekaligus memberikan 1.000 bendera per dapil. Setiap ketua di daerah harus memasang seluruh benderanya.
"Partai golkar menguasai kemenangan di 9 provinsi 20 kabupaten kota. Berpengaruh pada mesin partai. Jaringannya kuat. Yang paling penting di 80 dapil, dan punya minimal 80 kursi, itu 14 persen," pungkasnya.
Baca juga:
KPU targetkan partisipasi pemilih mencapai 77,5 persen di Pemilu 2019
TNI-Polri gelar apel pengamanan pemilu serentak 2019
Kemendagri apresiasi KPU akan perbaiki DPT 60 hari ke depan
Kapolri dan Panglima TNI pimpin apel operasi pengamanan Pemilu 2019
Jokowi minta Caleg Perindo terjun langsung ke masyarakat
Ketum PAN tegaskan tak usung caleg eks napi korupsi