Analisis SMRC: Alasan PDIP-Gerindra Merosot, Golkar Naik
Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memotret penurunan elektabilitas PDIP dan Gerindra. Hal ini dampak dari kondisi kesehatan publik yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memotret penurunan elektabilitas PDIP dan Gerindra. Hal ini dampak dari kondisi kesehatan publik yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
Direktur Riset SMRC, Saidiman Ahmad mengatakan, memang ada kecenderungan dukungan pada PDIP dan Gerindra menurun setahun terakhir. Dugaannya, untuk PDIP, ini terkait dengan kondisi kesehatan publik yang memburuk beberapa bulan terakhir akibat gelombang kedua pandemi Covid-19. Hal ini membuat pemerintah mengambil langkah pengetatan mobilitas warga yang pada akhirnya kembali memukul ekonomi sebagian masyarakat.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Mengapa Partai Gerindra didirikan? Pada awalnya, ide pendirian Partai Gerindra digagas oleh Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo. Mereka ingin melindungi kesejahteraan rakyat ekonomi kelas bawah terhadap jerat sistem kapitalisme.
-
Siapa saja yang menggodok ide pendirian Partai Gerindra? Pada 2007, Ide Fadli dan Hashim itu pun digodok oleh Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, dan Haris Bobihoe.
-
Kapan Prabowo tiba di Kantor DPP Partai Golkar? Prabowo tiba sekitar pukul 17.00 WIB dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dan celana berwarna hitam.
-
Apa yang dilakukan Partai Golkar dalam Pilpres 2024? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dia menyebut, Partai Golkar telah bekerja keras.
“Dalam hal ini, PDIP kena imbas dari ketidakpuasan warga atas kondisi itu,” jelas Saidiman saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/10).
SMRC melihat tren elektabilitas dari beberapa periode survei yang telah dilakukan. Meskipun PDIP tertinggi, tapi tren keterpilihannya terus turun. Oktober 2020 masih di 27,4 persen, lalu merosot jadi 24,9 persen pada Maret 2021. Naik sedikit pada Mei dengan 25,9 persen, lalu merosot lagi pada September menjadi 22,1 persen.
Tapi menurut dia, penurunan yang terjadi masih pada tingkat yang wajar. Ini adalah koreksi dukungan yang wajar di tengah situasi yang memang memberatkan publik secara umum. Menurut dia, justru jadi aneh kalau kondisi memburuk, tapi tidak ada reaksi warga.
“Karena PDIP adalah kekuatan utama pendukung pemerintah, maka partai inilah yang menanggung reaksi warga tersebut,” katanya.
Sementara Gerindra, kata Saidiman, hal ini disebabkan karena partai seperti kehilangan sosok Prabowo. Dulu memimpin narasi oposisi pada pemerintah, sekarang justru menjadi bagian dari pemerintah yang sebelumnya dikritik.
©2021 Merdeka.com/smrc
Kata dia, warga yang sebelumnya menemukan kanal yang bisa menyalurkan kritisisme mereka, kini kurang menemukan itu pada Gerindra. Partai seperti PKS dan Demokrat justru lebih bisa menampung aspirasi kritis itu.
“Karena itu, wajar kalau Gerindra sekarang ini mengalami sedikit kemerosotan dukungan. Hal ini kemudian diperkuat oleh tokoh-tokoh partai yang dalam beberapa waktu terakhir memang cenderung tidak menunjukkan gerakan yang menjadi perhatian publik dan yang bisa meningkatkan soliditas pendukung,” terang Saidiman lagi.
Pada Maret 2020, elektabilitas Gerindra berada di 13,6 persen. Kemudian merosot pada Oktober 2020 menjadi 7,7 persen. Merangkak naik jadi 11,6 pada Maret 2021, turun lagi menjadi 10,7 pada Mei 2021. Kini berada di 9,9 persen.
Menurut Saidiman, Golkar tidak terdampak merosot seperti PDIP karena ada 3 faktor yang bisa jadi pemicu. Pertama, secara internal, Golkar cukup solid di bawah pimpinan Airlangga Hartarto. Kedua, Golkar memang nampak cukup konsisten bergerak melalui media-media luar ruang.
“Saya duga ini lumayan mendongkrak memori kolektif warga tentang Golkar, di mana pada saat yang sama, partai lain belum banyak bergerak,” jelas dia.
Ketiga, posisi Airlangga yang menjadi Menko Perekonomian dan Ketua KPC PEN juga menunjang kenaikan elektabilitas partai berlogo beringin tersebut.
“Golkar sejauh ini juga sangat solid mendukung program pembangunan ekonomi dan pemulihan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan itu dirasakan manfaatnya oleh publik luas,” jelas dia.
Pada Maret 2020, elektabilitas Golkar 8,4 persen. Kemudian Oktober 2020 naik jadi 9,9 persen. Kembali naik Maret 2021 menjadi 11,6 persen. Mei 2021 turun menjadi 10,9 persen. Lalu naik lagi pada September 2021 menjadi 11,3 persen.
Baca juga:
Partai Buruh Bercita-cita Jadi Penguasa dan Kader Jadi Kepala Daerah
PKB Usul Pemilu 2024 Digelar 6 Maret Sebelum Bulan Ramadan
Bursa Pemilu 2024, Mungkinkah Muncul Duet Capres-Cawapres Mengejutkan?
PAN Siapkan Zulkifli Hasan dan Soetrisno Bachir untuk Pilpres 2024
SMRC Paparkan Faktor Internal & Eksternal Bikin Elektabilitas Golkar Naik
Elektabilitas Turun, PDIP Sebut Faktor Jokowi akan Ikut Tentukan Capres 2024