Awal Mula Muncul Gerakan Salam 4 Jari
Gerakan ini diinisiasi oleh Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia, John Muhammad lewat akun media sosialnya.
Gerakan salam 4 jari ramai di media sosial X (Twitter) dan Instagram jelang Pilpres 2024.
- Peristiwa 25 Juni 1896: Kelahiran KH Mas Mansur, Pejuang Nasional dan Pimpinan Muhammadiyah
- 24 Juni 1914: Kelahiran Sanusi Hardjadinata, Orang Asli Garut yang Menjabat Gubernur Jawa Barat ke-5
- Muncul Isu Koalisi 4+1 Berisi Partai dan Jokowi di Pilkada, Ini Penjelasan Gerindra
- Ketum Tegaskan Muhammadiyah Netral Terkait Hak Angket Kecurangan Pemilu
Awal Mula Muncul Gerakan Salam 4 Jari
Gerakan salam 4 jari ramai di media sosial X (Twitter) dan Instagram. Gerakan ini diinisiasi oleh Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia, John Muhammad lewat akun media sosialnya.
Gerakan salam 4 jari dianggap sebagai lambang persatuan pendukung capres dan cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta capres dan cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Gerakan ini menolak pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
John Muhammad menjelaskan awal mula munculnya gerakan salam 4 jari ini. Dia menyebut, gerakan itu mencuat karena publik marah putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Selain itu, gerakan ini bentuk protes atas pernyataan Jokowi bahwa presiden boleh ikut berkampanye dan memihak terhadap salah satu paslon capres-cawapres.
"Kenapa kita protes, karena di akhirnya kan sebenarnya ada pasal yang tidak memperbolehkan kalau dia mendukung yang didukung itu ada kaitan saudara atau kerabat,"
kata John saat dihubungi merdeka.com, Rabu (31/1).
merdeka.com
"Jadi, memang waktu Pak Jokowi menyampaikan informasi Pasal 29 itu, nah menurut kami itu ada yang dikorupsi," sambungnya.
Pertimbangan lain gerakan salam 4 jari adalah masifnya kampanye Pilpres 2024 satu putaran. Kampanye ini kerap dikaitkan dengan Prabowo-Gibran menang satu putaran.
John Muhammad ingin Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin bisa bertarung hingga putaran kedua pada 14 Februari 2024 mendatang.
"Nah kami memahami bahwa sekarang kami sadar bahwa baik Ganjar maupun Anies, 01 maupun 03 itu sama-sama punya peran, sama-sama saling tergantung untuk bisa lolos ke putaran kedua. Apa? Jadi kalau di bawah 25 persen, masing-masing di bawah 25 persen, maka dengan sendirinya satu putaran itu terjadi," ujarnya.
Menurut John Muhammad, untuk mengalahkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 tidak bisa hanya menggabungkan pendukung Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin. Melainkan diperlukan juga solidaritas dari masyarakat.
"Kita sadar, semakin besarnya potensi untuk memaksakan kemenangan satu putaran bagi paslon nomor 2. Kita sadar banyaknya invisible hands yang tak menghendaki terbentuknya koalisi paslon nomor 1 & nomor 3 pada putaran kedua,"
ucapnya.
merdeka.com
John Muhammad meminta kepada masyarakat terutama yang sudah mempunyai hak pilih untuk menggunakannya pada waktu pencoblosan nanti.
"Pertama, please jangan golput! Karena dengan tidak memilih sama saja membiarkan paslon nomor 2 menang. Suaramu sangat berarti," ujarnya.
"Kedua, pilih paslon nomor 1 atau nomor 3! Dan aspirasikan tuntutan-tuntutanmu pada mereka. Don't give them a blank check!" sambung dia.
Ketiga, kata John Muhammad, jelaskan serta sebar luaskan keprihatinan publik pada pelanggaran etika, potensi kecurangan pemilu, dan kerugian jika memilih paslon nomor 2. Terutama pada orang muda dan pemilih pemula.
"Keempat, tampilkan simbol empat jari kita dalam berbagai momen dan media," pungkasnya.
John Muhammad mengungkap, ada empat makna gerakan salam 4 jari. Berikut rinciannya:
1. Simbol menghendaki koalisi paslon nomor 1 dan 3 melalui tangan kita sendiri (tangan rakyat, bukan elit).
2. Simbol membela Sila Ke-4 Pancasila ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan’ yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat (demokrasi) melalui musyawarah-mufakat.
3. Isyarat internasional untuk tanda bahaya dan/ atau meminta pertolongan.
4. Simbol asa kekuatan politik baru (ke-4) yang lebih progresif melawan oligarki dan politik dinasti.