Bahlil Soal Polemik Tukar Guling Kursi Menteri dengan Ketua MPR: Itu Barang Sudah Lewat
Menurut Bahlil, polemik ini sudah berlalu dan tak perlu kembali diungkit-ungkit.
Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia tak merespons banyak mengenai polemik 'tukar guling' kursi menteri dengan Ketua MPR. Menurutnya, hal ini sudah berlalu dan tak perlu kembali diungkit-ungkit.
Tukar guling yang dimaksud di sini adalah Golkar melepas bursa kursi Ketua MPR kepada Partai Gerindra. Hasilnya, Golkar punya cukup banyak kader yang duduk di Kabinet Merah Putih.
- VIDEO: Jawaban Terbaru Bahlil soal Tukar Guling Kursi Menteri dengan Ketua MPR dari Gerindra
- NasDem soal Bahlil Bongkar 'Tukar Guling' 8 Kursi Menteri dengan Ketua MPR: Bisa Usik Soliditas Koalisi
- Bahlil Golkar Pilih Bareng PDIP Dukung Airin: Barang Bagus di Pilgub Banten
- Menteri Bahlil dan Bambang Pacul Datangi Bareskrim Polri, Ada Apa?
"Ah sudah, itu barang udah lewat. Sudah selesai," kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/10).
"Sudah, sudah, sudah ya," ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia ini.
Untuk diketahui, Golkar menjadi salah satu partai yang banyak menempatkan kadernya duduk di Kabinet Merah Putih. Total ada delapan kursi menteri di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang didapat Golkar.
Perolehan ini tidak lepas dari politik 'tukar guling' yang dilakukan Ketua Umum Golkar Bahlil Bahlil Lahadalia. Yang dimaksud di sini adalah Golkar melepas bursa kursi Ketua MPR kepada Partai Gerindra.
Dikutip dari Antara, Bahlil menjelaskan, pertukaran jatah kursi hingga lobi-lobi untuk mendapatkan delapan kursi menteri itu tak lepas dari peran mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.
Menurutnya pemberian jatah kursi Ketua MPR dari Partai Golkar ke Gerindra hingga dijabat oleh Ahmad Muzani, telah melalui suatu konsensus.
"Nah karena sudah terjadi, saya buka semuanya saja," kata Bahlil di Kantor DPP Partai Golkar, Senin (21/10).
Semula, dia mengungkapkan, bahwa Golkar hanya diproyeksikan mendapatkan lima kursi menteri dalam kabinet. Awalnya lima jatah menteri itu termasuk dirinya yang menjabat sebagai ketua umum partai, tetapi dia menolak kesepakatan tersebut.
"Kalau saya jadi Ketum Golkar kemudian jadi menteri mengambil jatah Ketum Golkar, berarti saya tidak memboboti Golkar, tapi saya kemudian mengurangi jatah Golkar. Saya wnggak mau," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu.
Kemudian, lanjut dia, kursi menteri yang akan didapat oleh Partai Golkar disepakati berjumlah enam kursi.
Selain itu, dia mengatakan bahwa mantan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pun tetap dipertahankan untuk menjadi menteri karena memiliki kualitas yang luar biasa, sehingga kursi menteri bertambah menjadi tujuh.
Dan yang terakhir, menurutnya kursi Ketua MPR pun ditukar hingga menjadi jatah Partai Gerindra yang ia sebut sebagai partai sahabat. Dengan begitu, menurutnya jumlah menteri yang menjadi jatah bagi partai Golkar berjumlah delapan menteri.
"Alhamdulillah jadi menjadi delapan. Jadi ini adalah sebuah kesempatan yang baik untuk kita mengabdi kepada pemerintahan," kata dia.