Budiman Sudjatmiko Ungkap Pentingnya Faktor Geopolitik pada Pilpres 2024
Budiman menegaskan faktor geopolitik dan situasi global sangat krusial menentukan nasib Indonesia.
Budiman Sudjatmiko Ungkap Pentingnya Faktor Geopolitik pada Pilpres 2024
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menegaskan bahwa faktor geopolitik dan situasi global sangat krusial dalam menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan.
- Budi Arie: Tak Ada Kader PDIP Ikut Pembekalan Calon Menteri Prabowo
- Cegah Dampak Konflik Timur Tengah, Pengamat: Masyarakat Indonesia Jangan Terbelah
- Jokowi Tanggapi Putusan MK: Tuduhan Kepada Pemerintah Tidak Terbukti
- Kinerja Perekonomian Indonesia 2023 Solid, OJK: Dipicu Belanja untuk Pembangunan IKN
Menurut Budiman, jika Indonesia gagal mengelola transisi kekuasaan secara baik akan berisiko terhadap kekacauan sosial.
"Konteks global, geopolitik, geoekonomi dan geostrategi sangat penting pada Pilpres kali ini. Indonesia berada dalam posisi yang krusial dalam menghadapi risiko-risiko global. Kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang strategis dan visioner untuk mengelola hal tersebut," kata Budiman kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/2).
Budiman menguraikan, bahwa setidaknya ada tiga faktor geopolitik di yang menjadi risiko tingkat global hari ini.
"Tiga faktor itu yang pertama adalah kondisi pascapandemi, kedua perang antar negara besar, dan yang ketiga revolusi industri keempat," jelasnya.
Pada faktor pandemi, Budiman menjelaskan bahwa kondisi dunia yang hari ini masih berusaha pulih dari Pandemi Covid-19 mirip dengan kondisi seabad lalu saat pemulihan dari pandemi Flu Spanyol.
Pada faktor perang, Budiman menyebut hari ini terjadi perang yang konstan di berbagai belahan dunia, seperti perang Barat via Ukraina melawan Rusia.
"Faktor terakhir adalah revolusi industri; yang mana abad lalu terjadi revolusi industri kedua lewat penggunaan listrik, sementara yang sekarang adalah revolusi industri keempat lewat penggunaan teknologi digital dan biologis," urainya.
Akibat dari tiga faktor tersebut di awal abad lalu telah terjadi transformasi dunia secara masif dan berujung pada konflik-konflik di seluruh dunia.
"Muncul kesadaran nasionalisme di negara-negara jajahan yang menggugat kolonialisme. Muncul pula gerakan-gerakan sosialisme di negara-negara penjajah yang menggugat kapitalisme. Ini menyebabkan konflik yang besar, perebutan sumber daya, dan akhirnya perang dunia ke-2. Ini semua dimulai dari munculnya tiga faktor itu," jelas Budiman.
Meskipun tidak mengharapkan hal tersebut terjadi kembali, Budiman Sudjatmiko mewanti-wanti agar Indonesia bersiap dalam menghadapi dinamika geopolitik global tersebut.
"Jika terjadi eskalasi global, Indonesia memiliki risiko yang cukup tinggi. Indonesia termasuk kedalam kategori negara yang kaya raya dari sisi sumber daya alam, namun sumber daya manusianya tergolong biasa-biasa saja, dan kita tidak punya senjata nuklir," jelas Budiman.
"Negara seperti kita, jika tidak dikelola dengan baik, rentan dimasuki dominasi dan kepentingan asing bila terjadi konflik sosial yang menjurus kepada dua hal, yaitu konflik antar-kelas dan konflik suku atau agama," pungkasnya.
Pemilihan Umum Tahun 2024, dan khususnya Pemilihan Presiden, menurut Budiman adalah salah satu bagian penting yang sangat menentukan arah Indonesia dalam merespon situasi global.