Citra DPR dinilai semakin buram dan lambat buat rakyat
Salah satu buruknya kinerja, kata dia, DPR melakukan dua kali pergantian ketua dalam waktu satu tahun. Pada Desember 2015 lalu, Setya Novanto mengundurkan diri akibat kasus 'Papa Minta Saham' dan diganti Ade Komarudin.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), I Made Leo Wiratma menilai kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bakal sigap bila menyentuh kepentingan partai dan diri sendiri. Selain itu, para anggota DPR justru bekerja lambat bila menyangkut masalah rakyat.
"Citra DPR akan semakin buram akibat malasnya DPR untuk hadir dalam sidang-sidang paripurna, tetapi tidak malu untuk terus menuntut kenaikan tunjangan dan fasilitas lainnya," ucap Made kepada di kantor Formappi, Jakarta, Kamis (22/12).
Salah satu buruknya kinerja, kata dia, DPR melakukan dua kali pergantian ketua dalam waktu satu tahun. Pada Desember 2015 lalu, Setya Novanto mengundurkan diri akibat kasus 'Papa Minta Saham' dan diganti Ade Komarudin.
"Kemudian akhir November lalu, Setya Novanto mengambil alih kembali jabatan ketua DPR dari Ade Komarudin. Hanya dalam waktu setahun, pergantuan ketua DPR terjadi dua kali. Ini merupakan catatan baru dalam sejarah keparlemenan Indonesia sejak Orde Baru hingga era reformasi," papar Made.
Pihaknya menyadari bahwa kembalinya Setya Novanto menduduki kursi ketua DPR tidak menyalahi aturan. "Namun, jika ada seseorang yang mengundurkan diri dari jabatan publik semestinya tidak mungkin kembali ke jabatannya itu," lanjutnya.
"Peristiwa kembalinya Setnov mengisyaratkan bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai rasa malu dan menganggap jabatan publik dapat dipermainkan semaunya," tambah Made.