Debat soal BLK, Edy Rahmayadi Sindir Bobby Salah Data: Saya Maklum Cuma Wali Kota
Namun Bobby kembali membalas dengan menyebut data Edy soal BLK kurang tepat.
Debat kedua Pilkada Sumut memanas. Calon gubernur nomor urut 1, Bobby Nasution dan calon gubernur nomor dua, Edy Rahmayadi, saling sindir soal keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) di Sumatera Utara.
Mulanya pasangan nomor urut satu diminta menjelaskan bagaimana solusi meningkatkan keahlian tenaga kerja lokal. Bobby menjawab akan memperbanyak BLK di Sumut. Sebab sepengetahuannya, dalam lima tahun terakhir jumlah BLK di Sumut hanya ada satu.
- Edy Rahmayadi Respons Isu Cawe-Cawe di Pilkada Sumut: Itu Pengkhianat dan Perusak Demokrasi
- Mobil Bobby Nasution Dilempar Usai Acara Debat Pilkada Sumut, Kubu Edy Rahmayadi Dapat Ancaman
- Edy Rahmayadi Jawab Sindiran Bobby 'Suka Takuti Wali Kota': Buktinya Kepala Daerah Tidak Takut
- Edy Rahmayadi Beberkan Kriteria Calon Wakilnya jika Maju di Pilkada Sumut
"Karena cuma satu terus BLK dalam 5 tahun ke belakang. Jadi jangan cuma satu sebiji itu aja, itupun fasilitas dalamnya tak diperbaiki," kata Bobby dalam debat, Rabu (6/11).
Sementara untuk jangka panjang, Bobby Surya akan menggencarkan sekolah vokasi. Selain itu, memanfaatkan aset provinsi di kabupaten/kota untuk membuat BLK.
Jawaban Bobby ditanggapi Edy. Dia menyindir Bobby tak tahu data.
"Memang wali kota Medan, baru baca BLK kota medan, untuk itu baca data, BLK di Sumut 17 walaupun belum menjawab satu kebutuhan dari masing-masing perusahaa," katanya.
Menurutnya, BLK itu dipakai untuk anak-anak SMK praktek.
"Mohon ini dipahami, kalau hanya bicara, saya maklum namanya wali kota, jadi baru tahu, bicarakan gunakan data," sindir Edy kembali.
Kalau memang jumlah itu dianggap kurang, Edy siap menambah BLK di Sumut jika terpilih. Karena menurutnya, meningkatkan kualitas tenaga kerja penting. Agar tidak pakai memakai tenaga kerja dari luar apalagi dari tenaga kerja asing.
Sindiran Edy kembali dibalas Bobby. Meski dia hanya wali kota, dia pastikan data yang disampaikan Edy justru salah.
"Saya memang wali kota pak, tapi kalau boleh saya tambahi sedikit soal BLK pak, di Medan itu balai besar itu Pak, dari kemenetrian, tolong bedakan mana BLK, mana balai besar, BLK setahu saya baru ada di Siantar, kalau memang 17 boleh sebutin minimal tiga saja, tapi kalau di Medan itu balai besar," ujarnya.