Indo Barometer yakin hitung cepat Pilgub Jabar tak jauh beda dengan hasil resmi KPU
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menjamin hasil hitung cepat lembaganya di Pilgub Jawa Barat 27 Juni lalu, tak akan jauh berbeda dengan hasil real count KPU. Rencananya, KPU selesai rekapitulasi suara pada 9 Juli.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari menjamin hasil hitung cepat lembaganya di Pilgub Jawa Barat 27 Juni lalu, tak akan jauh berbeda dengan hasil real count KPU. Rencananya, KPU selesai rekapitulasi suara pada 9 Juli.
Qodari mengatakan, hasil hitung cepat dan rekapitulasi KPU paralel didasarkan pengalaman Pilkada Jabar 2013. Di tahun 2013 itu, ujar Qodari, sejumlah lembaga survei juga mengadakan hitung cepat dan ternyata hasilnya juga mirip satu dengan yang lain.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa komitmen PKB terkait Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
"Itu membantah berita yang tersebar di Sosmed bahwa quick count lembaga survei di tahun 2013 mengunggulkan pasangan Rieke-Teten Masduki dan berbeda dengan hasil akhir KPU Jabar," ujar Qodari kepada wartawan, Jumat (29/6).
Dalam hitung cepat Indo Barometer Pilgub Jabar tahun 2013, pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar unggul dengan perolehan 32,38 persen. Sementara pesaing terdekatnya yakni Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki mendapat27,18 persen.
Selisih mereka 5,2 persen. Di antara lima lembaga survei, selisih paling besar antara Aher-Demiz dan Rieke-Teten ada pada Lembaga Survei Indonesia yakni 5,84 persen (Aher-Deddy 33,21 persen dan Rieke-Teten 27,37 persen).
Adapun selisih terkecil ada di SMRC 3,31 persen, yakni Aher-Deddy 32,38 persen sementara Rieke-Teten 29,07 persen.
Hasil akhir real count KPUD Jabar lima tahun lalu tak jauh berbeda. Ahmad Heryawan-Dedy Mizwar mendapatkan 32,39 persen suara sedangkan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki mendulang 28,41 persen suara.
Selisih persentase suara kedua paslon adalah 3,98 persen. Adapun selisih suara riil adalah 800.316 suara (Heryawan-Dedy Mizwar 6.515.313 suara dan Rieke-Teten 5.714.997 suara).
Dari pengalaman itu, Qodari yakin, hitung cepat lembaga survei di Pilgub Jawa Barat 2018 tak akan jauh berbeda dengan hasil rekapitulasi KPU pada 9 Juli nanti.
"Pertama-tama, hasil quick count berbagai lembaga tahun 2018 juga tidak berbeda antar Lembaga," kata Qodari meyakini.
Kedua, lanjut dia, proyeksi perolehan suara Pilkada 2018 untuk masing-masing paslon dan selisih suaranya dapat dihitung berdasarkan pengetahuan mengenai jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dikeluarkan KPUD Jabar sebelum pilkada, serta tingkat partisipasi dan jumlah suara sah dalam Quick Count oleh lembaga survei.
Qodari merinci, dalam hitung cepat Indo Barometer, tingkat partisipasi Pilkada Jabar 2018 adalah 67,88 persen. Jika dikalikan DPT 2018 sebesar 31.781.089 orang, maka didapatkan angka partisipasi 21.573.003 pemilih.
Di antara angka partisipasi ini ada suara tidak sah sebanyak 3,01 persen. Sehingga suara sah berjumlah 64,78 persen dari DPT yang jika dikalikan dengan DPT sama dengan 20.616.392 suara.
Jika suara sah 20.616.392 dikalikan perolehan Rindu 32,40 persen didapat suara 6.679.711 orang. Sementara suara Asyik 5.883.918 (28,54 persen dari 20.616.392 suara sah). Selisih Rindu vs Asyik dengan demikian 795.793 suara.
Seberapa akurat hitung cepat dengan hasil real KPU, Qodari menilai, hal itu baru bisa dilihat setelah ada hasil resmi KPU sekitar satu minggu ke depan.
Namun sejauh ini, dari hitung cepat lembaga survei dengan hitungan form C1 KPU tak jauh berbeda.
Berdasarkan pantauan merdeka.com dari website KPU, form C1 yang masuk di KPU yakni 91 persen, pasangan Rindu mendapat 33,21 persen (6.671.182 suara), disusul Asyik 28,33 persen (5.691.351), 2DM memperoleh 25,92 persen (5.208.031) dan Hasanah 12,54% (2.518.663). Selisih sementara Rindu versus Asyik 4,88 persen (979.831 suara).
Baca juga:
Penjelasan guru yang dipecat karena dianggap coblos Kang Emil
Fadli Zon nilai dukun lebih hebat dibanding lembaga survei
91% Form C1 KPU masuk, Ridwan Kamil unggul 979.831 suara dari Sudrajat
PPP ungkap ada syarat dukung Jokowi dengan Khofifah dan Ridwan Kamil
Ridwan Kamil soal suara Asyik melesat: Mudah-mudahan cara dan metodanya baik
KPU minta masyarakat tunggu rekapitulasi manual Pilgub Jabar