Ini Lembaga Survei Paling Akurat Prediksi Pilpres 2019, Tiga Meleset
Indonesia Watch for Democracy (IWD) membandingkan hasil survei jelang pencoblosan dengan quick count yang dilakukan masing-masing lembaga.
Pemilihan presiden (pilpres) 2019 telah selesai diselenggarakan. Sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan capres petahana, pasangan calon (paslon) Jokowi-Kyai Ma'ruf Amin. Indonesia Watch for Democracy (IWD) membandingkan hasil survei jelang pencoblosan dengan quick count yang dilakukan masing-masing lembaga.
"Hasilnya, survei Poltracking Indonesia tercatat paling akurat mendekati quick count dengan selisih hanya sebesar 0.45 persen," ungkap Direktur Eksektif IWD Endang Tirtana dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (19/4).
-
Apa itu quick count? Quick count adalah metode perhitungan cepat yang dilakukan oleh lembaga survei atau lembaga riset untuk memprediksi hasil pemilu berdasarkan sebagian data suara yang sudah masuk.
-
Siapa yang melakukan Quick Count? Quick count dilakukan oleh lembaga survei, lembaga pemantau pemilu, atau kelompok masyarakat sipil yang independen dan tidak terafiliasi dengan calon atau partai politik.
-
Bagaimana quick count bekerja? Quick count menggunakan teknik statistik dan penarikan sampel yang ketat dari lapangan. Biasanya, quick count menggunakan metode Stratified Random Sampling (pengambilan sampel bertingkat), di mana populasi target dipisahkan menjadi beberapa segmen dan kemudian diambil secara acak.
-
Di mana data Quick Count diambil? Pada awalnya, para lembaga survei melakukan pemilihan TPS secara acak yang akan menjadi sampel untuk dihitung.
-
Apa sebenarnya Quick Count itu? Quick count atau hitung cepat adalah proses perhitungan suara secara cepat dan sementara yang dilakukan oleh lembaga survei atau kelompok masyarakat untuk memperkirakan hasil suara dalam suatu pemilihan umum.
-
Kapan quick count bisa diketahui? Hasil quick count biasanya sudah bisa diketahui beberapa jam setelah penutupan pemungutan suara, namun tidak memiliki kekuatan hukum dan hanya bersifat perkiraan.
Survei Poltracking mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,5 persen dan Prabowo-Sandi 45,5 persen, sedangkan quick count masing-masing 54,95 persen dan 45,05 persen.
Menurut Endang, lembaga survei lain yang cukup akurat adalah Cyrus Network dan Voxpol Center. Rata-rata selisih antara survei dan quick count Cyrus 3,55 persen, sedangkan Voxpol 3,95 persen. Survei Cyrus mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 56,4 persen, selisih 0,80 persen dari quick count (55,6 persen). Voxpol mencatat elektabilitas Prabowo-Sandi 43,3 persen, hasil quick count 45,45 persen.
"IWD juga menemukan tiga lembaga survei paling meleset, yaitu Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Center for Strategic and International Studies (CSIS), dan Litbang Kompas," jelas Endang. Survei LSI menempatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pada rentang 55,9-65,8 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 34,2-44,1 persen. Selisih dengan quick count berada pada rentang 0,23-10,13 persen.
Elektabilitas Prabowo-Sandi dalam survei CSIS sebesar 33,3 persen, atau selisih 11,10 persen dari quick count. Rata-rata selisih kedua paslon sebesar 7,65 persen. Litbang Kompas mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen, selisih 5,23 persen dari quick count. Sedangkan Prabowo-Sandi 37,4 persen, selisih 8,17 persen. Rata-rata selisih kedua paslon mencapai 6,70 persen.
"Selain itu ada tiga lembaga survei paling akurat memprediksi perolehan suara Jokowi-Ma'ruf, yaitu Charta Politika, Indikator Politik, dan SMRC," lanjut Endang.
Survei Charta mendapatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 55,7 persen, selisih 1,36 persen dari quick count (54,34 persen). Indikator 55,4 persen, selisih 1,49 persen (53,91 persen), sedangkan SMRC 56,8 persen, selisih 1,95 persen (54,85 persen).
Tetapi ketiganya meleset dalam memprediksi perolehan suara Prabowo-Sandi, dengan kisaran 6,86 persen (Charta Politika) hingga 8,69 persen (Indikator). Menurut Endang, selain Poltracking dan Voxpol, hampir semua lembaga survei gagal memprediksi perolehan suara paslon dari kubu oposisi. "Dapat disimpulkan, hampir sebagian besar undecided voters lari ke Prabowo-Sandi," jelas Endang.
Meskipun petahana menang, tetapi tingkat kemantapan pilihan sedikit tergerus pada kisaran 0,80-1,95 persen. Sedangkan dari data Litbang Kompas dan CSIS, petahana hanya bisa meningkatkan suara antara 4,20-5,23 persen, sebaliknya Prabowo-Sandi berhasil meraup 8,70-11,10 persen. "Artinya, kemenangan petahana dalam Pilpres masih dibayang-bayangi oleh peningkatan kekuatan oposisi," pungkas Endang.
Baca juga:
BPN Tantang Semua Lembaga Survei yang Menangkan Jokowi-Ma'ruf Ungkap Sumber Dana
PDIP: Koalisi Prabowo Percaya Quick Count Terkait Partai, Tapi Tolak Hasil Pilpres
Relawan Jokowi Siap Adu Data Form C1 KPU dengan Kubu Prabowo
KPU Minta Dua Kubu Setop Klaim Kemenangan, Tunggu Penghitungan Resmi
KPI Imbau Lembaga Penyiaran Kurangi Penayangan Quick Count Pemilu 2019
Analisa Jokowi Tetap Kalah di Banten Meski Sudah Gandeng Ma'ruf Amin