Ketua DPR: Pencitraan Cuma Bikin Capek Kalau Tidak Autentik
Engagement positif tersebut menjadi modal tersendiri bagi Bamsoet untuk mengelola komunikasi dengan masyarakat yang banyak mengeluhkan kinerja DPR. Setidaknya ada tiga isu yang dikeluhkan masyarakat, yakni masalah korupsi, pengesahan RUU yang hanya sedikit, dan anggota DPR yang malas.
Ketua DPR, Bambang Soesatyo, atau Bamsoet mengatakan, komunikasi politik di era disrupsi membuat siapapun dapat membangun persepsinya di publik. Namun jika tidak autentik, mereka hanya akan capek karena terus berpura-pura.
Hal itu disampaikan Bamsoet saat menghadiri acara 'Tren 2018: Branding Autentik Tokoh Politik' yang digelar konsultan riset dan analisis data Polaris di SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (20/12).
-
Siapa yang melaporkan Bambang Soesatyo ke MKD? Laporan dibuat mahasiswa Universitas Islam Jakarta bernama M Azhari terkait terkait pernyataan bahwa semua partai politik setuju untuk melakukan amandemen penyempurnaan UUD 1945.
-
Apa yang menjadi latar belakang Bambang Pramujati menjadi dosen? Latar belakang akademik yang mumpuni menjadi modal Pramu menjadi pendidik di perguruan tinggi. Ia pun memilih mengabdi di almamaternya, ITS.
-
Apa yang dilaporkan oleh M Azhari kepada MKD terkait dengan Bambang Soesatyo? Laporan tersebut terkait pernyataan Bamsoet bahwa semua partai politik setuju untuk melakukan amandemen penyempurnaan daripada UUD 1945 yang telah ada.
-
Apa yang diusulkan oleh Baleg DPR terkait dengan DKJ? Baleg DPR mengusulkan agar Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi ibu kota legislasi. Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Achmad Baidowi alias Awiek mengusulkan agar Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi ibu kota legislasi.
-
Siapa yang menjadi ketua PDRI di Sumatera Barat? Dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai ketua merangkap Menteri Pertahanan, Menteri Penerangan, dan Menteri Luar Negeri dan Wakilnya Teuku Mohammad Hasan.
-
Siapa yang menyambut kedatangan Prabowo di Kantor DPP Partai Golkar? Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus menyambut langsung kedatangan Prabowo.
Dia kemudian mencontohkan gaya natural Presiden Jokowi yang lebih disukai publik.
"Orang Indonesia suka dengan yang natural. Presiden Jokowi kalau posting foto meresmikan proyek, sedikit yang merespons. Tapi kalau bersama keluarga atau sama anak-anaknya pasti banyak yang suka," ujar Bamsoet.
Bamsoet juga mengalaminya. Setiap kali dirinya memposting kegiatan resmi di akun Instagramnya, respons publik tidak terlalu banyak. "Tapi begitu saya posting soal motor, banyak yang suka," katanya.
Politikus Partai Golkar itu menyatakan, dirinya tidak terlalu suka berpura-pura. Hobinya mengoleksi motor gede dan super car tidak pernah ia tutup-tutupi hanya agar terlihat sederhana di masyarakat.
"Saya sewajarnya saja. Justru dengan saya apa adanya, banyak masyarakat yang mengajak saya berkomunikasi. Dari situlah engagement positif saya tercipta," ucap Bamsoet.
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo ©Liputan6.com/Nafiez
Engagement positif tersebut menjadi modal tersendiri bagi Bamsoet untuk mengelola komunikasi dengan masyarakat yang banyak mengeluhkan kinerja DPR. Setidaknya ada tiga isu yang dikeluhkan masyarakat, yakni masalah korupsi, pengesahan RUU yang hanya sedikit, dan anggota DPR yang malas.
Kepada masyarakat, Bamsoet menjelaskan bahwa tidak semua anggota dewan yang terlihat bolos saat kegiatan DPR berarti mangkir dari tugas. "Biasanya mereka sedang turun ke konstituennya. Bertemu masyarakat untuk menyerap aspirasi. Itu bukan membolos, tapi juga bagian dari tugas mereka seperti diatur undang-undang," ujarnya.
Lebih lanjut, Bamsoet mengakui pola komunikasi para politikus sudah banyak berubah di era disrupsi. Saat ini bahkan peran konsultan politik dalam mengelola percakapan di media sosial tidak terlalu sentral. Sebab, mereka sejatinya bisa mengelolanya sendiri.
"Misalnya seperti yang saya lakukan. Saya bisa melihat apa selera dan kebiasaan orang-orang yang menyukai postingan saya. Dari situ saya bisa membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri," tuturnya.
Di lokasi yang sama, CEO Polaris, Iman Sjafei menuturkan, branding setiap politikus berbeda-beda dan tidak bisa dibuat-buat. Branding juga tidak bisa diperlihatkan secara tiba-tiba, harus melalui proses yang cukup panjang.
"Semisal sebelumnya orang itu bersikap A kemudian tiba-tiba jadi Z, ya ada apa ini," kata Iman.
Dia kemudian mencontohkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang cukup melekat dengan sikap tegasnya dan kerap memarahi anak buahnya yang dianggap tidak sesuai aturan. Menurutnya, orang tetap akan respek karena memang sudah menjadi bawaannya untuk keras dalam hal membenahi pelayanan publik.
"Tapi ketika Zumi Zola (Gubernur Jambi) berusaha meng-copy paste Risma, tiba-tiba marah ke anak buah, ya aneh. Malah jadi citra negatif. Begitu juga Ridwan Kamil yang kerap menyindir jomblo dalam setiap unggahannya. Kalau ada politikus lain yang meniru, bisa aneh, nggak match," tutur Iman.
Reporter: Nafiysul Qodar
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Soal Penahanan Habib Bahar, Bamsoet Bilang 'Lihat Peristiwa Hukumnya'
Jelang Pilpres, Bamsoet Minta Masyarakat Maklumi Anggota DPR Jarang Hadir
Ketua DPR Desak Pemerintah Bersikap Tegas Terkait Muslim Uighur di China
Pascapembakaran Polsek Ciracas, Ketua DPR Yakin TNI-Polri Tetap Solid
Ketua DPR Soal KBB Papua: Kita Desak PBB Masukkan Mereka Sebagai Organisasi Teroris