Ketum PBNU: Politik untuk agama itu benar, bukan agama untuk politik
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj tidak sependapat jika urusan agama dicampur dengan politik. Sebab, ibadah ritual sakral untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan tidak boleh dikotori kepentingan apapun, termasuk politik.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj tidak sependapat jika urusan agama dicampur dengan politik. Sebab, ibadah ritual sakral untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan tidak boleh dikotori kepentingan apapun, termasuk politik.
"Ibadah yang sangat sakral ini tidak boleh dikotori oleh kepentingan politik. Tapi kalau berpolitik untuk agama itu benar. Berpolitik untuk agama benar, tapi kalau agama untuk tujuan politik itu yang salah," kata Said Aqil di kantornya di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (10/4).
Dia mengungkapkan, tempat ibadah seperti masjid, gereja, vihara dan klenteng, seharusnya tidak boleh jadi tempat kampanye dan berbicara politik. Untuk itu, tempat ibadah seharusnya hanya berfokus menghadap Tuhan.
"Nanti substansi dari ibadahnya jadi nol kalau ibadah tujuannya politik. Berangkat salat Jumat untuk berpolitik, maka nol. Ibadah hakikatnya nol. Ibadah tujuannya bukan ibadah nilai ibadahnya nol. Zero betul ibadahnya," tegasnya.
Said Aqil mengatakan, khotbah dalam salat Jumat harus digunakan untuk meningkatkan ketakwaan jemaah, amanah, jujur, damai dan gotong royong. Sekaligus bagaimana membangun kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan.
"Itu saja isi khotbahnya. Cuma itu yang paling benar. Selain itu salat. Karena khotbah Jumat itu mengganti dua rakaat salat dzuhur. Jadi bukan sembarangan bukan pidato, fungsinya mengganti salat dzuhur. Itu hukumnya," terangnya.