Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Beberkan Fakta Indonesia Butuh Pemimpin Muda
Capres Prabowo Subianto mengambil Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres di Pilpres 2024. Masuknya Gibran di bursa pemilu menuai pro dan kontra
Dzul mengatakan, Gibran catat sejarah demokrasi Indonesia tampilnya kaum muda menjadi calon wakil presiden
Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Beberkan Fakta Indonesia Butuh Pemimpin Muda
Capres Prabowo Subianto mengambil Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres di Pilpres 2024. Masuknya Gibran di bursa pemilu menuai pro dan kontra.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah 2023-2027, Dzul Fikar Ahmad Tawalla mengatakan, sejarah demokrasi Indonesia mencatat, tampilnya kaum muda menjadi calon wakil presiden usia di bawah 40 tahun.
"Kehadiran Gibran sebagai cawapres mengubah stigma kalau kaum muda belum layak memimpin, kini publik melihat bahwa kaum muda dan politik menjadi lekat," ujar Dzul, Jumat (27/10).
- Pemuda Muhammadiyah Mengaku Lebih Kuat Berinteraksi dengan Gibran
- Abdul Mu’ti: Ganjar Artinya Berkah, Mahfud MD Orang NU Tapi Muhammadiyah
- Pemuda Muhammadiyah: Praktik Dinasti Politik Wajar di Negara Maju, Jangan Dipakai Buat Serang Pribadi
- Ketua Pemuda Muhammadiyah Dukung Batas Usia Pilpres Digugat: Umur 35 Titik Tengah
Dzul bicara sejarah peran pemuda dalam kemerdekaan Indonesia. Menurut dia, dinamika sosial politik Indonesia tidak lepas dari kaum muda.
Sejarah mencatat bagaimana peran pemuda selalu tampil dalam sosial politik Indonesia. Sebagaimana menjelang kemerdekaan Indonesia, kaum muda dan kaum tua berselisih pandangan.
“Kaum muda menghendaki percepatan proklamasi kemerdekaan di tengah kekalahan Jepang atas sekutu. Kaum muda terwakili oleh Soekarno, Wikana dan Chaerul Saleh, sedangkan Soeharno dan Moh. Hatta sebagai representatif kaum tua,” ujar Dzul.
Kaum muda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenklok, sebagai bentuk lobi untuk mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa penting ini, kata Dzul, satu di antara temuan Ben Anderson dalam bukunya Revoloesi Pemoeda:
Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Kondisi sosial politik, telah mampu memengaruhi kesadaran politik kaum muda.
Pergerakan kaum muda tidak terhindarkan, pemuda selalu menjadi motor penggerak dalam perubahan sosial politik di Indonesia.
Dzul melanjutkan, jika ditarik kebelakang, hadirnya sumpah Pemuda diinisiasi dan digerakkan oleh para pemuda terpelajar.
Gagasan penyelenggaraan kongres 27-28 Oktober 1028 diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).
Kongres bertujuan menggalang kesatuan dan persatuan kebangsaan, yang diakhiri oleh sumpah pemuda berisikan penegasan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.
Dzul mengatakan, Soekarno dan Hatta, sejak muda telah mengobarkan api semangat penentangan terhadap penjajahan.
Hal ini dapat kita lihat dari buku karya Soekarno dibawah judul ‘Mencapai Indonesia Merdeka (1933).
"Begitu juga dengan Hatta saat membawahi Perhimpunan Indonesia, melakukan pergerakan nasional dari negeri Belanda melalui majalah Indonesia Merdeka (1924)," kata Dzul.
Dari sekelumit cerita di atas menegaskan bahwa, pertama, pemuda bertalian erat dengan politik. Pemuda senantiasa melakukan pergerakan nasional untuk kebaikan bangsa dan negara.
Sepanjang dinamikan politik nasional, tidak lepas dari kehadiran sosok muda.
Kedua, pemuda senantiasa turut serta melakukan perubahan-perubahan. Di tangan anak muda, segala bentuk macam gagasan dan ide tersuarakan dengan lantang dan ambisi untuk mewujudkannya.
“Ketiga, anak muda selalu melihat momentum yang ada untuk masa depan. Anak muda telah mampu melakukan akselerasi pergerakan untuk bangsa dan negara,” kata Dzul.
Pemimpin Muda
Menurut Dzul, saat ini Indonesia telah memiliki puluhan kepala daerah di bawah usia 40 tahun. Sebut saja misalnya, Bupati Indragiri Hulu Rezita Meylani Yopi (29 tahun).
Lalu ada, Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar (31 tahun), Bupati Kendal Dico Mahtado Ganindito (33 tahun), Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky (31 tahun), Bupati Gowa periode pertama Adnan Purichta Ichsan (30 tahun).
“Pemimpin muda menjadi sebuah kebutuhan, mengingat Indonesia memiliki bonus demografi, dimana usia produktif dominan. Begitu juga pemilih muda dan pemula yang terus mengalami peningkatan,” ujar Dzul.
Pada pemilu 2014 pemilih milenial dan gen z sekitar 40 persen, pada tahun 2019 meningkat menjadi 54 persen, dan pada pemilu 2024 mendatang, pemilih meningkat menjadi 56,45 persen dari total DPT.
Dominannya generasi muda, membutuhkan representatif kaum muda di pentas nasional.
Kehadiran Gibran dalam bursa cawapres, ujar Dzul, suatu langkah yang baik bagi demokrasi Indonesia.
“Inilah era akselerasi, dibutuhkan anak-anak muda hebat. Masyarakat Indoensia, tidak perlu ragu dan khawatir akan tampilnya anak muda di panggung politik yang begitu cepat,” tegas Dzul.
Dzul yakin, anak-anak muda akan mampu memulihkan politik telah terdistrupsi karena pola lama.
Tampilnya anak Muda di panggung politik nasional, sama artinya dengan mempertahankan negara untuk dapat melewati tantangan-tantangan besar.
“Dengan demikian, Indonesia akan tampil di panggung dunia, dan mampu melewat era akselerasi berkat akselerasi kaum muda di pentas politik nasional,” tutup Dzul.