Kontroversi Amien Rais dari zaman Pilpres sampai UU Pilkada
Amien menjadi pendukung setia Prabowo Subianto, meskipun mantan Danjen Kopassus itu pernah mengancamnya.
Saat reformasi bergolak pada 1998, Amien Rais adalah sosok yang cukup disegani. Karena keberaniannya mengkritik pemerintahan Soeharto di senjakala kekuasaannya, tokoh Muhammadiyah ini bahkan sempat dijuluki sebagai 'Bapak Reformasi'.
Pasca-reformasi 1998, karier politik guru besar Fisipol UGM ini pun terus moncer. Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikannya bersama sejumlah tokoh berhasil mendudukkan sejumlah kadernya di DPR lewat pemilu 1999. Dia kemudian menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 1999-2004.
Karena peran besar Amien dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001, sebuah majalah bahkan pernah menjulukinya sebagai 'King Maker'. Namun, setelah kalah dalam Pilpres 2004, karier politik Amien terus meredup seiring usianya yang semakin senja.
Akan tetapi, sepuluh tahun berlalu atau tepatnya dalam Pilpres 2014 yang baru saja lewat, Amien seakan keluar dari tempat pertapaannya. Politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) itu gencar melontarkan kritik terhadap calon presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebaliknya, dia menjadi pendukung setia Prabowo Subianto, meskipun mantan Danjen Kopassus itu pernah mengancamnya dalam pergolakan 1998.
Bahkan, ketika Prabowo kalah, Amien tetap loyal. Tak sedikit loyalitas Amien justru menimbulkan kontroversi. Berikut sejumlah kontroversi Amien sejak zaman pilpres sampai ribut-ribut soal pilkada:
-
Apa yang dimaksud dengan Pilkada? Pilkada adalah proses demokratis di Indonesia yang memungkinkan warga untuk memilih pemimpin lokal mereka, yaitu gubernur, bupati, dan wali kota beserta wakilnya.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada merupakan singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah. Pilkada dilakukan untuk memilih calon kepala daerah oleh penduduk di daerah administratif setempat yang memenuhi persyaratan.
Baca berita Pilpres 2024 di Liputan6.com
Amien bela Prabowo soal tudingan pelanggaran HAM
Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais pernah meminta isu HAM yang dikait-kaitkan pada Prabowo Subianto tak diungkit-ungkit lagi. Sebab, jejak rekam Prabowo sudah jelas bersih sejak mantan Danjen Kopassus itu menjadi cawapres Megawati Soekarnoputri pada 2009 lalu.
"Lima tahun lalu Pak Prabowo cawapres resmi Bu Mega dan sudah tahu track record-nya. Enggak usah buka-buka," kata Amien kepada wartawan di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (20/5).
Seperti diketahui, isu penculikan aktivis 1997-1998 dan pelanggaran HAM terus menjadi sorotan media jelang pencapresan Prabowo. Menurut Amien, jika mau, Prabowo bisa saja membuka aib orang lain yang terlibat. Namun, Amien tak menjelaskan siapa yang dimaksudkan.
"Kalau buka-bukaan, Pak Prabowo juga bisa buka aib mereka," tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Amien, saat ini yang jauh lebih penting adalah melihat ke depan untuk maju. Menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa dan mampu bersaing dengan negara luar sehingga Indonesia memiliki martabat yang jauh lebih tinggi.
"Jangan lihat ke belakang, kita harus berpikir maju," tutupnya.
Serang Jokowi dan puji Prabowo
Kontroversi politikus senior PAN Amien Rais salah satunya muncul lewat kritik yang dilontarkannya kepada Joko Widodo (Jokowi). Serangan Amien pada Jokowi terus mengalir, dari sebelum pencalonan, masa kampanye, hingga akhirnya Jokowi terpilih sebagai presiden 2014-2019.
Salah satu kritik Amien kepada Jokowi yang paling terkenal adalah soal kegagalan politikus PDI Perjuangan itu memimpin Solo. Pernyataan ini jauh dilontarkan Amien sebelum masa kampanye.
"Solo itu masih kumuh, gelap, agak miskin. Sebenarnya ini sudah masa tenang kampanye sebetulnya tidak boleh, tapi Anda (wartawan) tanya ya saya jelaskan. Solo itu kemiskinannya tertinggi di Jawa Tengah," kata Amien Rais kepada wartawan di Monas, September 2013.
Sebaliknya, Amien sering kali memuji Prabowo. Serangan Amien lainnya terhadap Jokowi bisa diklik di sini.
Amien samakan pilpres dengan perang
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Amien Rais menilai 9 Juli sebagai Baratayuda politik. Baratayuda adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Padang Kurusetra antara keluarga Pandawa melawan Kurawa. Pernyataan Amien yang menganalogikan pilpres dengan perang ini kemudian menjadi kontroversi.
"9 Juli itu semacam baratayuda politik. Serem. Di sini tapi mungkin kecil-kecilan. Tetapi saudara-saudaraku, kita harus khusnul yang bulat dan jangan ragu-ragu," kata Amien dalam tausiahnya di acara Isra Mikraj di mesjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, Selasa (27/5).
Namun, Amien tidak menjelaskan siapa Pandawa dan siapa Kurawa.
Amien menyebutkan bahwa dalam pemilihan presiden nantinya rakyat bisa melihat sebagai kesempatan untuk berperan dalam perubahan bangsanya. Dia menyerukan untuk memakai mental perang Badar, yaitu perang umat muslim terhadap kaum Quraisy.
"Kita pakai mental perang Badar. Kalau perang Badar nanti, yang penting kita bersatu sebagai bangsa. Siapa pun pemenangnya nanti," kata Amien.
Amien Rais menyerukan supaya dalam ajang pemilihan presiden 2014 masyarakat tidak menganut sistem Perang Uhud. Dia merasa jika hal itu terjadi maka bakal melemahkan perjuangan.
"Kita pakai mental perang Badar, jangan pakai mental perang Uhud. Perang Uhud itu kan wani piro?," imbau Amien.
Amien Rais berjanji jalan kaki Yogya-Jakarta
Dalam musim kampanye Pilpres 2014 lalu, sikap politikus senior PAN Amien Rais yang membela Prabowo Subianto dari tudingan pelanggaran HAM dikritik habis. Pasalnya, Amien adalah orang yang dulu dikenal paling getol mendorong Prabowo diadili di Mahkamah Militer atas tuduhan penculikan aktivis 1997/1998.
Alih-alih mengakui pernyataannya dulu, Amien malah menantang agar penudingnya memperlihatkan bukti, baik itu kliping koran, rekaman radio atau televisi yang memuat pernyataannya yang menyudutkan Prabowo tersebut. Kalau terbukti ada, ia akan jalan kaki bolak-balik Yogyakarta-Jakarta.
"Itu statement yang dibuat-dibuat," kata Amien.
Amien Rais sujud syukur Demokrat walk out voting RUU Pilkada
Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais senang atas aksi walk out yang dilakukan Partai Demokrat saat voting RUU Pilkada Jumat pekan lalu. Mantan ketua MPR itu bahkan mengaku melakukan sujud syukur atas sikap Demokrat itu.
Awalnya, Amien mengaku berdebar-debar soal hasil paripurna RUU Pilkada. Dia mencoba menghubungi sejumlah elite PAN untuk bertanya. Namun, mereka menjawab belum ada keputusan.
"Lalu jam 02.00 WIB, Ismail ketuk-ketuk pak-pak Demokrat walk out. Langsung saya sujud syukur," kata Amien dalam sambutan di silaturahmi anggota terpilih Koalisi Merah Putih di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (26/9).
Menurutnya, Demokrat bermain sangat cantik. Sebab, awal-awalnya partai besutan SBY itu mengaku memilih opsi pilkada langsung.
"Hidup Demokrat," katanya.
Seperti diketahui, paripurna DPR tadi malam telah mengesahkan RUU Pilkada menjadi undang-undang. Hal krusial dalam UU tersebut adalah perubahan pilkada langsung menjadi pilkada melalui DPRD.