Mengenang Peristiwa Cumbok, Pertikaian Ulama dan Uleebalang di Pidie Tahun 1946
Sebuah peristiwa konflik sosial yang melibatkan golongan ulama yang tergabung dalam PUSA dengan Uleebalang yang mempengaruhi revolusi Aceh.
Perang Cumbok atau yang dikenal dengan Peristiwa Cumbok ini merupakan bagian dari konflik sosial antara golongan ulama yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) dengan Uleebalang yang dibawah kepemimpinan Teuku Muhammad Daud Cumbok.
Dikutip dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, Cumbok merupakan sebuah wilayah yang berubah menjadi kecamatan termasuk dalam kewedanan atau onderafdeeling Lam Meulo yang tergabung dalam Kabupaten Pidie.
-
Apa yang terjadi di Sumatra Timur pada Maret 1946? Gerakan Kaum Komunis Lahirnya revolusi sosial di Indonesia dipicu oleh gerakan sosial oleh rakyat terhadap penguasa Kesultanan Melayu yang terjadi pada bulan Maret 1946.
-
Apa yang terjadi di Lemah Abang pada 19 Desember 1945? Dahulu Kecamatan Lemah Abang pernah dibom bardir oleh pasukan sekutu pada 19 Desember 1945.
-
Kapan perang Aceh dimulai? Perang Aceh berkobar tahun 1873.
-
Apa yang terjadi pada 4 Juli 1946? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika.
-
Apa itu Ulu Ambek? Ulu ambek merupakan kesenian yang menggambarkan konflik atau pertarungan mirip seperti gerakan-gerakan pencak silat.
-
Bagaimana cara mengenang Tsunami Aceh di Desa Ulee Lheue? Di tempat ini, selain berwisata alam dan menikmati nikmatnya kopi Aceh, Anda bisa mengenang peristiwa tersebut. Ada satu tempat yang menjadi saksi bisu Tsunami Aceh 2004 yaitu Masjid Baiturahman.
Pada saat pemerintahan Hindia Belanda, Kecamatan Cumbok dinamakan dengan Landschap van Cumbok, sedangkan kepala daerahnya disebut Zelbestuurder van Cumbok. Dalam bahasa daerah Aceh disebut dengan Uleebalang Cumbok.
Dari peristiwa ini, jalan revolusi kemerdekaan di Aceh sendiri berada di bawah satu kendali yaitu di bawah komando para pemimpin PUSA. Seperti apa sejarah dari Peristiwa Cumbok ini? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut.
Latar Belakang Peristiwa Cumbok
Dikutip dari situs esi.kemdikbud.go.id, Peristiwa Cumbok dilatarbelakangi oleh faktor historis antara kedua kelompok yang mempengaruhi interpretasi terhadap situasi di Aceh pasca kekalahan Jepang terhadap Sekutu di Perang Asia Timur Raya. Pesan kekalahan Jepang yang diterima secara tiba-tiba mengakibatkan para pemimpin Aceh mengambil sikap berdasarkan interpretasi sendiri-sendiri.
Sebelum meledaknya Peristiwa Cumbok, terdapat dua belah pihak yang memiliki pandangan masing-masing. Ada yang merasa sangat khawatir apabila Jepang kalah dan Belanda akan kembali ke Aceh, dari sisi Uleebalang ada juga yang menyambut baik kekalahan Jepang dan berharap kedatangan Belanda kembali.
Dengan alasan inilah banyak dari pihak Uleebalang yang tidak tertarik dengan berita Proklamasi. Saat memperoleh kabar Belanda telah kembali ke Aceh, sebagian besar dari mereka langsung membentuk Comite van Ontvangst atau Panitia Penyambutan.
Pecahnya Perang Cumbok
Setelah proklamasi dikumandangkan, seluruh rakyat dan pemuda Aceh banyak yang bergembira dan menyambut dengan sukacita. Namun, bagi segelintir kelompok Uleebalang ini masih meragukan dan mencemooh momen kemerdekaan tersebut.
Bagi para kaum ulama, hal ini tidak dapat ditoleransi lagi serta menambah keyakinan bahwa kaum Uleebalang itu benar-benar bermaksud untuk mengembalikan kekuasaan Belanda ke Aceh. Atas dugaan tersebut, para ulama pun tidak segan-segan untuk melancarkan serangan kepada kaum Uleebalang.
Konflik kedua belah pihak pun pecah di wilayah Pidie sejak awal bulan Desember 1945. Konflik yang berlangsung sampai pertengahan Januari 1946 ini dimenangkan oleh kelompok PUSA yang didukung langsung oleh milisi rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Pertikaian ini sempat terjadi lagi pada tanggal 12 Januari 1946 dengan melakukan serangan umum ke Kota Lam Meulo yang menjadi benteng pertahanan Cumbok yang paling kuat. Perang ini pun pecah dan menyebabkan korban jiwa dan harta benda yang rusak.
Percepat Revolusi Sosial
Perang Cumbok ini juga berdampak langsung terhadap percepatan revolusi sosial yang digerakkan oleh Ketua Pemuda PUSA, Tgk. Amir Husin Al Mujahid bersama dengan wadah militer bentukannya yang bernama Tentara Perjuangan Rakyat (TPR).
Dengan berakhirnya kekuasaan Uleebalang di Aceh menyebabkan kuatnya pengaruh kelompok PUSA. Kondisi ini mengubah jalannya revolusi kemerdekaan Indonesia, sejak ini lah jalan revolusi di Aceh menjadi satu arah, dan sepenuhnya berada di bawah kendali PUSA yang dipimpin oleh Tgk. M. Daud Beureueh.