Sosok Van Heutsz, Gubernur Hindia Belanda yang Dikenal Pahlawan Sekaligus Penjahat di Nusantara
Seorang perwira berdarah Belanda totok ini diangkat menjadi Gubernur Hindia Belanda karena keterlibatannya dalam menyudahi Perang Aceh yang berkepanjangan.
Peran orang-orang Belanda di Nusantara sebagian besar menduduki jajaran bidang administratif salah satunya yaitu Gubernur. Setiap Gubernur di tanah Hindia Belanda tentunya harus melaksanakan tugas dalam menyusun tata kota termasuk masyarakat di dalamnya.
Namun pekerjaan Gubernur tidaklah mudah, mereka akan dihadapi dengan perihal masalah terhadap orang-orang Pribumi yang melawan dan memberontak terkait kolonialisme. Dibalik itu semua, seorang Gubernur juga berperan penting dalam melakukan kontrol sosial.
-
Siapa yang terbunuh dan menyebabkan dendam Belanda? Terbunuhnya Kapten François Tack, seorang perwira VOC di Kartasura oleh Untung Suropati membuat kolonial Belanda meradang.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Bagaimana Belanda mengelola pemerintahan di Aceh? Dalam menjalankan pemerintahan, Belanda tudak turun tangan secara langsung, melainkan lewat perantara adat yang sudah terbentuk secara historis.
-
Apa yang dilakukan Belanda? Pada praktiknya, tanah milik sultan itu kemudian disewakan kepada Belanda. Sementara itu, pemerintah kolonial memberikan konsesi kepada pemodal untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Mirisnya, rakyat yang ingin menggarap tanah harus memberikan konsesi kepada pemilik Afdeling.
-
Mengapa Belanda menangkap orang Jerman di Hindia Belanda? Latar belakang penangkapan ini diawali dengan serangan Jerman ke Belanda pada tahun 1940 yang takluk dalam hitungan hari.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
Seperti halnya seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Johannes Benedictus van Heutsz. Lahir di Coeverden, Belanda pada tahun 3 Februari 1851 ini pernah menduduki Gubernur Aceh pada tahun 1898 sampai 1904.
Jabatan Van Heutsz semakin meningkat setelah dirinya dianggap menjadi pahlawan ketika mampu memadamkan perlawanan yang dilakukan masyarakat Aceh bersama dengan penasihat ahli tentang Islam, Snouck Hurgronje.
Melakukan Pendekatan Uleebalang
Penggerak utama perlawanan Aceh ini dimotori oleh Ulama. Van Heutsz bersama Snouck Hurgronje kemudian melakukan pendekatan kepada Uleebalang yang sudah sejak lama mampu mengimbangi peran para Ulama. Melalui pendekatan ini, solidaritas rakyat Aceh pun dipecah belah.
Metode ini cukup berhasil untuk meredam perlawanan masyarakat di Aceh. Snouck pun membantu perancangan perjanjian pendek yang harus ditandatangani oleh penguasa Aceh. Sistem perjanjian yang dikenal dengan korte verklaring ini menyatakan jika para penguasa harus tunduk kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Dari momen ini nama Van Heutsz pun melejit dan dikenal di kalangan pemerintah Belanda. Jabatannya pun meningkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda lalu melakukan beberapa perubahan di tubuh pemerintah dalam menyongsong suksesnya sistem Politik Etis.
Terapkan Kebijakan Baru
Saat dirinya menjabat, Van Heutsz menerapkan larangan kepada pejabat Hindia Belanda menggunakan payung khas raja-raja Jawa. Menurutnya, penggunaan atribut ini sebagai pembodohan kolonial abad ke-19.
Sistemnya ini pun banyak mendapat kritik dari kalangan konservatif yang menganggap jika atribut tersebut bukanlah sekedar simbol, melainkan juga wujud fisik dari kekuasaan itu sendiri. Pertentangan ini pun sampai ke Ratu Wilhelmina di Belanda sana, namun Menteri Urusan Koloni meyakinkan ratu jika sistem ini berjalan sesuai cita-cita politik etis.
Dikutip dari esi.kemdikbud.go.id, pada masa pemerintahannya ini sekolah-sekolah sudah mulai dibuka. Van Heutsz bersama dengan Menteri Urusan Koloni memiliki cita-cita yang sejalan yaitu mendukung ide-ide pendidikan massa.
Beberapa lembaga pendidikan yang dibuka ini terdiri dari sekolah teknik dan juga vokasi yang berada di Batavia, Semarang, dan Surabaya.
Pahlawan Sekaligus Penjahat
Dalam perannya meredakan perlawanan rakyat di Aceh ini sudah dianggap bak pahlawan di negerinya sana. Namun, di Nusantara Van Heutsz pun sebagai sosok penjahat.
Selain memecah belah para Uleebalang, Van Heutsz juga tercatat sebagai salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang banyak mengobarkan peperangan. Contohnya saja seperti di Pulau Seram pada tahun 1904, Banjarmasin tahun 1904-1906, Bone, dan beberapa wilayah Sulawesi lainnya.
Van Heutsz meninggal di Montreux, Swiss pada tahun 1924. Warisannya pun banyak berupa monumen yang tersebar di Amsterdam, Banda Aceh, hingga Batavia. Namun, pendirian monumen ini banyak memicu protes sehingga sering kali mengalami kerusakan.