Masyumi Partai Politik Bercorak Islam Era Demokrasi Liberal di Indonesia, Pernah Unggul dari Partai NU
Berawal dari organisasi Islam yang berada di bawah pengawasan pemerintah Jepang lalu berubah menjadi partai politik Islam masa Pemerintahan Soekarno.
Era sebelum kemerdekaan banyak peristiwa sejarah yang terjadi sampai terbentuknya beberapa organisasi pergerakan nasional. Masa pendudukan Jepang, telah dibentuk sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengontrol dan mengendalikan masyarakat di Nusantara.
Organisasi ini kemudian diberi nama Masyumi yang dirancang pada tahun 1943 yang kemudian berubah identitasnya menjadi partai politik pada tanggal 7 November 1945 atau pasca kemerdekaan. Dalam dunia politik, Masyumi hanya perlu 1 tahun saja untuk menjadi partai terbesar di Indonesia saat itu.
-
Partai apa saja yang menang di Pemilu 1955? Hasil Pemilu 1955 menunjukkan kemenangan partai besar, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
-
Bagaimana NU dan Muhammadiyah berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Siapa yang mendirikan NU dan Muhammadiyah? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
-
Apa saja 4 partai pemenang pemilu 1955? 4 partai pemenang pemilu 1955 adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Siapa pemenang Pemilu 1955? Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno menjadi pemenang dengan memperoleh jumlah kursi terbanyak di DPR.
Masyumi tidak jauh berbeda dengan Nahdlatul Ulama dan juga Muhammadiyah, namun beberapa kadernya ada yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dan terpilih menjadi Perdana Menteri, sebut saja Muhammad Natsir dan Burhanuddin Harahap.
Seperti apa sejarah dan kiprah Masyumi di dunia politik Indonesia masa Demokrasi Liberal? Simak informasinya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Membantu Jepang
Dalam sejarahnya, Masyumi dibentuk sebagai pengakuan Jepang terhadap eksistensi Islam dan kaum Muslim sekaligus menjadi 'Alat' untuk membantu Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya. Beberapa versi juga menyebut jika organisasi ini ditujukan untuk mengendalikan umat Islam di Indonesia.
Pada masa awal berdirinya Masyumi memang belum menjadi sebuah partai politik namun termasuk salah satu perkumpulan yang diizinkan pada masa itu. Nahdlatul Ulama sangat berperan penting dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy'arie terpilih menjadi pemimpin tertinggi.
Saat Kongres Umat Islam Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta menjadi titik balik dalam upaya mempersatukan umat Islam ke dalam konsep partai politik. Beberapa tokoh besar seperti H. Agus Salim, Abdul Wahid Hasyim, hingga Mohammad Roem merencakan pembentukan partai politik Islam dan Masyumi disepakati sebagai nama partainya.
Melawan Penjajah
Dibentuknya Partai Masyumi pada kongres yang berlangsung pada 7-8 November 1945 ini menjadi satu-satunya partai politik bercorak agama Islam. Maklumat lainnya adalah untuk berjihad fi sabilillah melawan penjajahan serta memperkuat daerah NKRI melalui barisan Sabilillah.
Dikutip dari esi kemdikbud.go.id, kongres ini juga memutuskan pemberian mandat kepengurusan MASYUMI kepada Dr. Soekiman sebagai Ketua, Abikusno dan Wali Al Fatah sebagai Wakil Ketua.
Sebagai mesin politik umat Islam, Masyumi menyatakan untuk melenyapkan kolonialisme dan imperialisme yang penuh kebuasan, kekejaman, dan juga kepalsuan. Masyumi juga menjadi jembatan untuk menyebarkan ajaran dan ilmu-ilmu Islam agar terbentuknya masyarakat Indonesia yang ridha.
Duduki Kursi DPR
Tak perlu waktu lama bagi Masyumi dipandang sebagai partai politik besar di Indonesia. Di era kabinet Natsir, kader-kader Masyumi sudah menduduki jabatan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Partai lainnya yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan partai terbesar kedua yang ada di Parlemen pun digadang-gadang akan menjadi koalisi politik dengan Masyumi. Namun, Natsir mencoba untuk mengubah format tersebut dengan menaruh kader-kader Masyumi sebagai inti, ditambah dengan perwakilan non-partai serta anggota dari partai kecil dan PNI pun diabaikan.
Dalam kabinet tersebut, banyak kader-kader Masyumi yang menjabat sebagai Perdana Menteri seperti Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, serta Menteri Agama.
Curi Perhatian saat Pemilu 1955
Dalam penghitungan suara Pemilihan Umum Legislatif Indonesia tahun 1955, Masyumi mencuri perhatian publik setelah meraih hasil suara yang cukup tinggi. Bahkan partai ini menjadi partai Islam terkuat dengan menguasai 20,92 persen suara dan menang di 10 dari 15 daerah pemilihan.
Pemilu 1955 menempatkan Masyumi di posisi kedua setelah PNI. Masyumi sempat unggul berturut-turut dari Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, serta Partai Syarikat Islam Indonesia.
Dilansir dari kesbangpol.kapuashulukab.go.id, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) mendapat 57 kursi usai menguasai 20,92 persen suara. Sedangkan partai NU memperoleh 18,41 persen suara dan mendapat 45 kursi.
Lima tahun setelah berjaya di panggung politik, Masyumi harus dibubarkan karena terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) untuk melawan sistem pemerintahan Orde Lama. Beberapa tokoh besar Masyumi terlibat langsung dalam PRRI di Padang.