Kutukan Perkawinan Sedarah Firaun Mesir, Kisah Tragis Ratu Ankhesenamun Menikahi Adik Sendiri
Keluarga firaun Mesir diketahui menerapkan praktik pernikahan sedarah untuk menjaga keturunan raja.
Nama firaun Mesir Tutankhamun sudah cukup terkenal dalam catatan sejarah. Raja Mesir kuno yang masih bocah itu berkuasa sejak 1332-1323 SM. Tutankhamun memiliki istri yang sekaligus adalah kakak perempuannya sendiri yaitu Ankhesenamun. Nama Ankhesenamun jarang disebut dalam sejarah Mesir kuno.
Kehidupan tragis Ankhesenamun didokumentasikan dengan baik dalam relief dan lukisan kuno masa pemerintahan orang tuanya, Raja Akhenaten dan Nefertiti, istri sang raja.
-
Kenapa Firaun menikahi saudara kandungnya? Seorang raja bisa menikahi saudara perempuannya dan anak perempuannya karena dia adalah keturunan seorang Dewa, seperti Isis dan Osiris, dan ini hanya menjadi kebiasaan di kalangan raja dan ratu,“
-
Bagaimana pernikahan sedarah di Mesir Kuno? Mereka percaya bahwa perkawinan sedarah akan menjaga garis keturunan ilahi mereka, karena mereka mengklaim sebagai keturunan dewa-dewa seperti Isis dan Osiris.
-
Apa tujuan Firaun menikah dengan saudara sedarah? Tidak seperti para bangsawan yang melakukan hubungan inses demi mempertahankan status ‘dewa’nya, masyarakat biasa diduga memiliki tujuan yang lebih realistis.
-
Siapa saja Firaun yang menikahi saudara perempuannya? Ramses II pertama kali menikahi Nefertiti yang terkenal karena kecantikannya, tetapi dalam pernikahan tersebut dia tidak memperoleh keturunan laki-laki. Akhirnya, dia menikahi saudara perempuannya untuk mendapatkan seorang putra. Selain dia, ada beberapa bangsawan Mesir Kuno yang menikahi kerabat dekatnya. Seperti Senwosret I (menikahi saudara perempuannya Neferu), Amenhotep I (menikahi saudara perempuannya Ahmose-Meritamun), dan Cleopatra VII (menikahi saudara laki-lakinya Ptolemy XIV).
-
Mengapa Cleopatra menikahi saudara laki-lakinya? Berakar dari pemikiran para penguasa 'Ptolomeus' yang membedakan diri mereka dengan menikahi saudara mereka sendiri. Hal ini dilakukan demi kejayaan kekuasaan.
-
Mengapa saudara tertua memiliki istri kedua? Blöcher, penulis utama studi ini, menjelaskan, 'Situs pemakaman ini memberikan potret menarik tentang sebuah keluarga prasejarah. Hal yang luar biasa adalah saudara tertua tampaknya memiliki status yang lebih tinggi dan demikian memiliki peluang reproduksi yang lebih besar.
Berdasarkan catatan sejarah, keluarga kerajaan Mesir kuno disebut sering melakukan praktik pernikahan sedarah dan itu menyebabkan kondisi gangguan genetik. Hal ini bukan tanpa alasan, praktik ini dilakukan sebagai bentuk keyakinan dari kepercayaan masyarakat Mesir kuno untuk menjaga kemurniaan darah dari penerus kerajaan.
Menikah dengan Adik Sendiri
Ankhesenamun, merupakan anak keempat dari Akhenaten penguasa Mesir sebelum Tutankhamun. Ia memiliki dua kakak perempuan bernama Meritaten, Meketaten dan Smenkhkare kakak laki-lakinya.
Setelah kematian ayahnya, Akhenaten, dan setelah pemerintahan singkat kakak sulungnya, Smenkhkare dan Neferneferuaten, Tutankhamun naik tahta sebagai raja dan menikah dengan Ankhesenamun, kakak kandungnya. Saat menikah diketahui Tutankhamun baru berusia 8 atau 10 tahun dan Ankhesenamun berusia 13 tahun.
Hasil Perkawinan Sedarah
Meski Tutankhamun dan Ankhesenamun masih tergolong anak-anak, mereka berdua berkuasa sampai selama 10 tahun. Di masa kekuasaan mereka, Tutankhamun punya penasihat resmi bernama Ay yang kemungkinan besar adalah kakek dari Ankhesenamun. Ay kemungkinan punya peran dan pengaruh besar atas kehidupan dan keputusan yang diambil Tutankhamun dan istrinya.
Tutankhamun berhasil mengembalikan agama tradisional yang sebelumnya diubah oleh Akhenaten. Tutankhamun mengeluarkan dekrit untuk memulihkan kuil, gambar, personel, dan hak istimewa dewa-dewa lama. Ia juga memulai proses panjang untuk memulihkan kuil-kuil suci Amon.
Selama perkawinannya dengan Tutankhamun, Ankhesenamun mengandung dua anak (keduanya perempuan) lahir prematur dan meninggal saat masih bayi. Bukti tersebut berasal dari sisa-sisa mumi dua bayi yang ditemukan di dekat makam Tutankhamun dan hasil analisis DNA menegaskan mereka adalah putri Tutankhamun.
Salah satu anak tersebut diketahui menderita deformitas sprengel atau kelainan bawaan langka yang memengaruhi korset bahu sehingga menyebabkan tulang belikat di satu sisi bahu lebih tinggi daripada sisi lainnya, disertai dengan spina bifida dan skoliosis.
Tanpa ahli waris
Pada usia sekitar 18 atau 19 tahun, Tutankhamun meninggal secara mendadak, meninggalkan Ankhesenamun sendirian tanpa ahli waris di usia awal 20an.
Ankhesenamun yang berduka harus melanjutkan kapasitas resminya sebagai ratu Mesir dan memainkan peran utama dalam mencari penggantinya.
Tidak diketahui di mana Ankhesenamun dimakamkan karena tidak ada tanda penguburan atas nama dirinya. Akan tetapi ditemukan sebuah cincin bertulis dan pecahan kertas emas di Lembah Para Raja yang menggambarkan Ankhesenamun bersama penerus suaminya, Ay, namun tidak ada indikasi jelas mereka sudah menikah.
Meskipun didokumentasikan dalam relief dan lukisan kuno Mesir, nama Ankhesenamun tidak pernah muncul di makam Tutankhamun ataupun Ay dan diyakini dia mungkin meninggal pada atau tidak lama setelah pemerintahan Ay, karena dia menghilang dari sejarah tidak lama setelah masa pemerintahannya.
Hingga kini belum diketahui di mana makam Akhesenamun dan tidak ada objek makam yang bertuliskan namanya. Artinya makam Akhesenamun mungkin masih tersembunyi di luar sana menunggu untuk ditemukan. Penemuan makam Akhesenamn bisa mengungkap bagaimana akhir nasib dari istri sekaligus kakak perempuan Tutankhamun itu.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti