Loyalis Bamsoet Sebut Tiga Menteri Jokowi Tekan DPD Golkar untuk Pilih Airlangga
Syamsul mengatakan tiga menteri ini tidak semuanya berasal dari kalangan partai politik. Tiga menteri itu adalah berasal dari Partai Golkar, akademisi satu lagi berasal dari partai lain.
Loyalis Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet), Syamsul Rizal menduga ada campur tangan menteri kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam proses pemilihan Ketua Umum Golkar. Kata dia, ada menteri Jokowi yang sengaja menekan DPD Golkar untuk memilih Bakal Calon Ketua Umum Partai petahana Airlangga Hartarto.
"Jadi ada pembantu presiden, saya enggak mau sebut nama tapi ada tiga pembantu presiden yang telepon DPD-DPD dan ketua-ketua DPD I dan kepala-kepala daerah untuk pilih Airlangga," kata Syamsul di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (27/11).
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
Syamsul mengatakan tiga menteri ini tidak semuanya berasal dari kalangan partai politik. Tiga menteri itu adalah berasal dari Partai Golkar, akademisi satu lagi berasal dari partai lain.
Terkait menteri partai lain, Syamsul menduga Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno yang terlibat untuk menekan para kepala daerah kemudian kepala daerah menekan DPD Golkar.
"Tapi yang muncul sangat santer itu adalah Pak Pratikno. Mensesneg," ungkapnya.
Kendati demikian, Syamsul menegaskan Presiden Jokowi tidak mengetahui ada menterinya melakukan hal itu. Para menteri itu, lanjutnya, hanya ingin mendapatkan pengakuan memiliki legitimasi di dunia politik dari Jokowi.
"Tiga menteri ini engga punya jabatan politik di parpol, hanya mau cari legitimasi politik ke presiden. Biar presiden itu percaya mereka punya kekuatan politik padahal sebenarnya enggak. Hanya banyak bacot doang," ucapnya.
Baca juga:
Golkar Dorong Revisi UU Sisdiknas Masuk Prolegnas 2019-2024
Jelang Munas, Golkar Tampung Aspirasi Tenaga Pengajar
MS Hidayat Sebut Ada Potensi Perpecahan jika Pemilihan Ketum Golkar Tabrak AD/ART
Sowan ke PBNU, Bamsoet Klaim Didoakan Jadi Ketum Golkar
Loyalis Bamsoet: Ini Munas Terburuk Sepanjang Sejarah Golkar
Golkar Dinilai Kehilangan Peran Sebagai Parpol Jika Airlangga Kembali Jadi Ketum