Megawati Sindir Narasi Perubahan di Pilpres 2024: Lah Kapan Mau Majunya?
Megawati menilai presiden berikutnya seharusnya melanjutkan apa yang pemimpin sebelumnya.
Megawati menilai presiden berikutnya seharusnya melanjutkan apa yang pemimpin sebelumnya
Megawati Sindir Narasi Perubahan di Pilpres 2024: Lah Kapan Mau Majunya?
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menilai presiden berikutnya seharusnya melanjutkan apa yang pemimpin sebelumnya lakukan.
Sebab, kata Megawati, cita-cita Indonesia adil makmur tidak akan terwujud tanpa kesinambungan kalau setiap berubah presiden mengubah pembangunan pemerintah sebelumnya tidak akan maju.
- Mahfud Ungkap Pesan Megawati saat Memilihnya Jadi Cawapres
- Bak Rombongan Presiden, Iring-Iringan Megawati dan Ganjar ke Makam Bung Karno Disambut Antusias Warga
- Menggelegar Pekik Megawati Perintah Menangkan Calon Presiden Ganjar
- Cerita Megawati Soal Pembentukan KPK: Kalau Enggak Teken Dibilang Presiden Tidak Antikorupsi
"Nah Indonesia adil makmur itu tidak akan terwujud, ah ini toh, apabila pemimpinnya lahir tanpa kesinambungan. Hanya kurun waktu 5 tahunan periode pemilu. Nah, tapi ini sebetulnya, buat saya sudah dibuat 5 tahun Ndak apa-apa. Tapi kan konsep ke depannya, siapa yang jadi presiden dia harus melakukan itu, meneruskan itu. Bukan siapa jadi presiden, diubah. Lah gimana kapan mau majunya?" kata Megawati saat penutupan Rakernas IV PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (1/10).
Itulah yang dimaksud oleh Megawati dansa politik, sudah maju ke depan, ada yang mau mengubahnya lagi ke belakang.
"Lah itu yang saya bilang berdansa. Nanti ke sana, ke depan sudah baik diubah ke belakang lagi. Diubah lagi. Aduh saya sampai pusing kadang-kadang. Ini gimana sih maunya Republik ini. Nah, kalau kurun waktu yang begitu panjang, pasti bangsa Indonesia itu akan memerlukan ilmu pengetahuan. Jadi pengembangan riset inovasi itu adalah suatu mata rantai, sistem produksi," papar presiden kelima RI ini.
Kemudian, Megawati menjelaskan bagaimana itu hilirisasi. Menurut Megawati dengan sistem itu akan terjadi sistem produk yang bernilai tambah.
"Jadi, dari bahan mentah yang begitu banyak kita miliki, menjadi sistem produksi yang bernilai tambah. Melalui hilirisasi. Saya tuh gampang loh ngajarinnya. Semua itu saya bilang dalam memecahkan persoalan itu lihat hulu, lihat hilir. Dan di hulu hilir itu kayak kalung. Dibuat mata rantai," jelasnya."Nah, yang maunya saya mata rantai hulu hilir itu harusnya pendek. Tapi kadang di mata rantai itu ada namanya problem. Kesulitan. Kekurangan. Nah ini kan yang harus dibuang. Sehingga kalung itu jadi cuma segini. Nah, siapa yang mengerjakan, kalian loh. Untuk mengatakannya kepada rakyat," pungkasnya.