Membandingkan elektabilitas Ahok, Risma & Sandiaga dalam survei
Riset terus digelar. Jika tak waspada, calon petahana bisa celaka.
Barisan anak muda itu berdiri sejajar di depan Bentara Budaya Jakarta, pertengahan pekan terakhir bulan Juli lalu. Mereka terlihat antusias menggotong sebuah spanduk putih.
Spanduk itu dibentangkan memanjang. Malam yang mulai menusuk Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat itu, tak mereka hiraukan. Pada spanduk itu terang tertulis, "Bu Mega... Kami siap memenangkan Risma sebagai Gubernur DKI Jakarta."
Para pengunjung pameran karya lukisan anak berkebutuhan khusus, tak pelak menaruh perhatian atas aksi spontan para pendukung Risma. Malam itu, Ibu Wali kota datang ke sana demi meresmikan acara pameran itu.
Pada malam itu, Risma sendiri tak berkata apa-apa soal peluangnya maju sebagai kandidat Gubernur DKI, juga atas aksi para pendukung itu. Dia hanya melambaikan tangan dan mengirim senyum. Cuma itu.
Nama Risma mencorong belakangan ini. Selain dukungan sejumlah kalangan itu, namanya juga berkibar di sejumlah survei dan riset. Dialah kandidat yang dianggap bisa berhadapan dengan Basuki Tjahaja Purnama, sang petahana yang sudah diusung sejumlah partai.
Lihatlah Survei kepemimpinan yang dilakukan Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia. Survei yang dirilis Senin 1 Agustus 2016 itu, menunjukkan Risma adalah salah satu kandidat penantang Ahok paling kuat.
Setelah bertanya pada 206 akademisi, jurnalis, pengamat politik dan tokoh masyarakat selama 13 Juni-20 Juli 2016, survei ini menempatkan Basuki Tjahaya Purnama dan Tri Rismarini dengan nilai nyaris sama.
Ketua Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan kapabilitas Basuki atau Ahok hanya unggul 0.10 persen dibanding Risma. "Pak Ahok 7.87 persen sedangkan Risma 7,77 persen," ujarnya.
Dalam sejumlah jajak pendapat lain, yang dilakukan lembaga survei pada bulan Juni 2016, sejumlah kandidat bisa bersaing, meski posisi Ahok masih terbilang kuat.
Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) misalnya, menemukan elektabilitas Ahok pada jumlah 42,7 persen. Menyusul di belakang Ahok adalah mantan Menteri Hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra yang meraih 8,2 persen.
Di belakang Yusril menyusul Tri Rismaharini, dengan elektabilitas 5,2 persen. Lalu nama pengusaha muda Sandiaga Uno yang memperoleh elektabilitas 3,6 persen. Dalam survey itu Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat memperoleh elektabilitas 1,5 persen.
Survei yang digelar tanggal 22-26 Juni 2016 itu, LSI menggunakan metodologi multistage random sampling dengan 440 responden se-Jakarta, serta tingkat kesalahan sekitar 4,8 persen. Jajak pendapat dilakukan lewat tatap muka, wawancara dan penyebaran kuesioner.
Tidak hanya LSI, lembaga survei lain seperti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) masih menyebut Ahok sebagai kandidat paling moncer. Dia meraih 36,6 persen. Kemudian, disusul oleh Yusril yang mempunyai elektabilitas 2,8 persen.
Sandiaga Uno pun belum bisa menyaingi Ahok dan Yusril. Menurut penelitian SMRC, Sandiaga mempunyai elektabilitas 2,1 persen.
Survei SMRC ini dilakukan pada 24-29 Juni 2016. Jumlah sampel acak survei ini sebanyak 820 orang, dipilih dengan metode multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 3,9 persen.
Hasil yang sama juga ditemukan oleh lembaga Survei Populi Center. Menurut peneliti Populi Center Nona Evita, survei dengan wawancara tatap muka di 6 wilayah DKI Jakarta dilakukan mulai dari tanggal 10 Juni hingga 15 Juni 2016. Besaran sampel adalah 400 responden, dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling). Margin error sekitar 4,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil survei Populi Center, Ahok masih dalam urutan pertama dibandingkan pesaingnya Sandiaga Uno. Ahok mempunyai elektabilitas 60,8 persen sedangkan Sandiaga 19,2 persen.
Tidak hanya itu, Populi juga membandingkan jika Risma maju sebagai peserta Pilgub DKI dan hasilnya Ahok tetap menang besar. Ahok mendapat 59,2 persen pilihan responden untuk kembali jadi DKI 1. Sementara Risma mendapat 23,8 persen. Masih jauh namun meningkat.
Tak pelak, keyakinan pendukung Risma di Bentara Budaya Jakarta pada malam itu memang tak sekedar gertak sambal.
Baca juga:
Sudah lobi PDIP agar usung Risma, PKS tunggu sikap Megawati
Risma mendadak minta maaf ke warga Surabaya, sebut ini hari terakhir
Nusron Wahid: Ahok hobinya kerja bukan kampanye
Daftar calon independen ke KPU DKI, pasangan ini tak bawa syarat KTP
Sudah tunjuk Sandiaga Uno, Gerindra masih lirik Risma buat DKI-1
Ahok janji bakal netral tak bagi-bagi dana meski tidak kampanye