Membandingkan Gagasan Giant Sea Wall vs Giant Mangrove Sea Wall di Pilkada Jakarta 2024
Jelang pemungutan suara, pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta ‘menjual’ sejumlah gagasan.
Pencoblosan Pilkada Jakarta 2024 tinggal menghitung hari. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan, pemungutan suara Pilkada Jakarta 2024 dilaksanakan pada 27 November mendatang.
Jelang pemungutan suara, pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta ‘menjual’ sejumlah gagasan. Di antaranya giant sea wall atau tanggul laut raksasa dan giant mangrove sea wall. Gagasan ini diyakini bisa menangani banjir serta isu tenggelamnya Jakarta.
- Pramono Bakal Memadukan Proyek Giant Sea Wall dengan Giant Mangrove Wall
- Soal Nasib Pembangunan Giant Sea Wall, Pramono dan Ridwan Kamil Setuju Dilanjut, Pongrekun Beri Catatan
- VIDEO: Rano 'Si Doel' Karno Kepret Ridwan Kamil Bangun Giant Sea Wall, Sebut Proyek Muluk Muluk
- Pemerintah Bakal Bangun Jalan Tol dan Jalur Kereta di Atas Giant Sea Wall Bekasi dan Serang
Gagasan giant sea wall datang dari Calon Gubernur Jakarta nomor urut 01 Ridwan Kamil. Sementara giant mangrove sea wall merupakan gagasan Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung.
Giant Sea Wall Ala Ridwan Kamil
Ridwan Kamil (RK) menggagas giant sea wall yang juga menjadi salah satu proyek yang dicanangkan oleh pemerintah Prabowo. RK bahkan mengaku mendapat amanat khusus dari Prabowo untuk memimpin pembangunan giant sea wall jika nantinya terpilih menjadi gubernur Jakarta.
“Kang kalau kepilih gubernur, ini pak Prabowo empat mata dengan saya. ‘Itu yang namanya tanggul laut raksasa tolong akang pimpin para gubernur se-Jawa,” kata Ridwan di Hotel Luwansa, Kamis (7/11).
RK menyebut pembangunan giant sea wall ini bukan pembangunan bendungan semata. Nantinya, pembangunan tersebut akan berupa distrik yang terdiri dari perumahan hingga distrik.
“Tembok laut raksasa, bukan bendungan pak. Secara teknis adalah bendungan tapi nanti realitanya ada properti lagi. Berbentuk distrik, ada perumahan, ada sekolah,” ujarnya.
Dia menyebut giant sea wall ini tidak hanya mampu menahan banjir dari air laut yang naik, tetapi juga mampu menjadi tempat bisnis.
“Nahan banjir air laut yang naik, tapi bisa B2B (Bussiness to Bussiness). Karena kan biaya reklamasi nanti jual propertinya ada selisih, itu bisa membiayai,” lanjutnya.
Giant sea wall sendiri merupakan bagian dari pengembangan pesisir raksasa di Jakarta yang resmi diluncurkan pada 9 Oktober 2014 dan diharapkan akan terwujud pada tahun 2025. Proyek pengembangan pesisir tersebut meliputi konstruksi dinding sepanjang pantai, bangunan penampung air, dan reklamasi lahan.
Giant Mangrove Sea Wall Pramono Anung
Berbeda dengan RK, Pramono Anung justru mengutamakan program giant mangrove sea wall sebagai solusi penanganan banjir dari isu tenggelamnya Jakarta. Dalam acara Dialog Jakarta di Universitas Indonesia, Pramono menyebut pembangunan giant sea wall sendiri merupakan ide yang sudah usang.
“Apa yang disebut giant sea wall, zaman Pak Harto ini. Jadi kalau ada calon gubernur yang mengatakan bla bla bla, udah lah ya. Dari dulu sudah ada,” kata Pramono di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (7/11).
Dia menyebut dibanding dengan giant sea wall, program giant mangrove sea wall lebih efektif untuk menghadapi potensi banjir di Jakarta, bahkan lebih aman bagi ekosistem. Pramono bahkan mengaku tidak akan melanjutkan pembangunan giant sea wall jika nanti dia terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta.
“Kalau saya akan fight mengusulkan ke pemerintah pusat, tidak lagi giant sea wall, tetapi giant mangrove (sea) wall. Itu akan luar biasa untuk kehidupan ekosistem kita. Lebih murah dan lebih bagus,” ujarnya.
Sebelumnya Pramono menceritakan pengalamannya ketika menghadiri kegiatan G20 di Bali. Dia menuturkan saat itu tanaman mangrove lebih menarik perhatian dan mendapat pengakuan dari negara lain.
“Pengalaman G20 di Bali ketika mangrove ditanam, dan akhirnya semua pemimpin negara terpesona dengan mangrove kita di Bali,” tuturnya.
Reporter Magang : Maria Hermina Kristin