Pemuda Muhammadiyah: Praktik Dinasti Politik Wajar di Negara Maju, Jangan Dipakai Buat Serang Pribadi
Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah, Najih Prastiyo menilai, masih banyak masyarakat yang keliru dalam memahami praktik dinasti politik.
Najih Prastiyo menilai, masih banyak masyarakat yang keliru dalam memahami praktik dinasti politik.
Pemuda Muhammadiyah: Praktik Dinasti Politik Wajar di Negara Maju, Jangan Dipakai Buat Serang Pribadi
Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah, Najih Prastiyo menilai, masih banyak masyarakat yang keliru dalam memahami praktik dinasti politik.
Najih mengakui, percakapan politik di Indonesia, utamanya di media sosial belakangan ini, banyak membahas fenomena dinasti politik.
Najih mengatakan, di tengah kebudayaan politik Indonesia yang belum cukup matang, banyak masyarakat yang senang menyederhanakan makna dinasti politik.
“Bahkan beberapa gelintir orang menggunakan frasa dinasti politik sekadar untuk menyerang karakter pribadi seseorang. Pembunuhan karakter seperti itu justru semakin merendahkan kualitas demokrasi dan politik kita,” kata Najih saat dihubungi wartawan, Senin (9/10).
Najih juga membeberkan, sejumlah fakta global di beberapa negara maju yang tidak begitu riuh mempersoalkan dinasti politik
“Di beberapa negara maju, praktik dinasti politik itu biasa saja. Kampiun demokrasi semacam Amerika juga terjadi fenomena dinasti politik,” ujar Najih
Dia mencobtohkan, praktik politik keluarga Bush, Clinton atau bahkan keluarga Kennedy. Terbaru dan cukup fenomenal adalah kemunculan Jason Tredeau, Perdana Menteri Kanada
“Tredeau berhasil menunjukkan dirinya perwakilan generasi muda dengan beragam macam gebrakannya dalam merumuskan regulasi yang kompatibel dengan situasi sekarang,” tegas Najih.
“Trah politik elit yang dimiliki oleh Jason tak membuatnya dikucilkan dan disisihkan dalam arena politik Kanada,” lanjut Najih.
Berkaca dari fenomena global itu, menurut Najih, masyarakat Indonesia perlu melihat peluang munculnya generasi muda, ketimbang sibuk dengan keriuhan yang centang perenang.
“Menurut saya, ketimbang sibuk membangun sentimen personal terhadap tokoh politik yang sedang lahir saat ini, lebih baik kita menangkap peluang,” katanya.
Peluang yang dimaksud, untuk meruntuhkan praktik gerontokrasi (pemerintahan oleh kaum tua), lalu mendorong generasi muda untuk memimpin bangsa ini.
Dalam pemilu mendatang, lanjut Najih, lebih dari 50 persen pemilih adalah generasi muda. Kesempatan ini perlu dimaksimalkan untuk melakukan regenerasi kepartaian dan sistem politik.
“Generasi muda harus tampil mengisi demokrasi Indonesia dengan gagasan dan karya-karya monumentalnya. Tentu dengan tetap berkiblat pada regulasi dan konstitusi yang berlaku,” tutur Najih.
Terakhir, Najih berpesan kepada seluruh generasi muda untuk memanfaatkan momentum Pemilu mendatang untuk memaksimalkan peran pemuda dalam kancah politik nasional.
Pemilu 2024 Momentum Anak Muda
Terakhir, Najih berpesan kepada seluruh generasi muda untuk memanfaatkan momentum Pemilu mendatang untuk memaksimalkan peran pemuda dalam kancah politik nasional.
“Momentum politik mendatang harus kita sambut dengan memaksimalkan peran generasi muda dalam politik nasional. Kita mesti hindari sentimen personal dan pembunuhan karakter terhadap seseorang,” terang Najih.