Penjelasan Kiai Asep soal fardu'ain memenangkan Khofifah
Kenapa harus menggunakan label fardu'ain, Kiai Asep menjelaskan, seluruh warga Indonesia memiliki kewajiban untuk mewujudkan negara yang adil dan makmur. Selain itu, dia menilai, Khofifah memiliki karakter yang bisa mewujudkan Jawa Timur yang adil dan makmur.
Beberapa hari lalu, Forum Kiai Kampung dan Ibu Nyai Kampung Jawa Timur sepakat satu suara mengkritik pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chlaim yang mengeluarkan pernyataan bahwa hukumnya fardu'ain mendukung Khofifah Indar parawansa di Pilgub Jawa Timur 2018.
Kritikan inipun dijawab tegas oleh Kiai Asep. "Fardu'ain itu artinya wajib untuk setiap individu," tegas pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet, Mojokerto ini usai menghadiri acara Kopri PMII di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (11/11) sore.
Menurut Kiai Asep, fardu'ain bukan hanya diperuntukkan bagi individu muslim, tapi juga lintas agama dan partai. "Bukan hanya, dan fardu'ain-nya itu lintas back ground, ya muslim, ya non-muslim. Muslimat, non-muslimat, PKB, non-PKB, PDI, non-PDI. Fardu'ain memilih Bu Khofifah," tegas dia lagi.
Kenapa harus menggunakan label fardu'ain, Kiai Asep menjelaskan, seluruh warga Indonesia memiliki kewajiban untuk mewujudkan negara yang adil dan makmur. Selain itu, dia menilai, Khofifah memiliki karakter yang bisa mewujudkan Jawa Timur yang adil dan makmur.
"Karena apa? Karena beliau berkarakter. Apa berkarakter itu? Jujur dan bisa dipercaya. Beliau berkemampuan apa? Berkemampuan itu, banyak gagasannya dan bisa mengaplikasikan,” jelasnya.
Kiai yang juga menjabat Mustasyar PCNU Surabaya ini menegaskan, bahwa keyakinan tidak bisa pindah ke lain hati. "Ya itu keyakinan. Tidak bisa (diganti). Dan tidak bisa ini dipindahkan ke figur lain. Tapi itu bisa disubtitute, bisa diturunkan. Jangan Ibu khofifah, yang lain (juga bisa diturunkan hukumnya)," tegasnya lagi.
Hukum, lanjut Kiai Asep, itu akan berputar dengan penyebabnya. "Ketika penyebabnya tidak ada, tidak boleh ada hukum. Tidak boleh ada fardu'ain ketika penyebab fardu'ainya tidak ada," jelasnya.
Bahka Kiai Asep mencontohkan fardu'ain yang pernah disengungkan Hadratussyaichk KH Hasyim Asy'ari. "Yang namanya fardu'ain, Kiai Hasyim Asy'ari pernah mengumandangkan fardu'ain, hukumnya jihad melawan Belanda. Fardu'ain itu kewajiban masing-masing individu, bukan kelompok yang cukup diwakili oleh seorang, itu namanya fardu khifayah, gitu," tegasnya.
Kiai Asep juga memersilahkan kelompok lain mendengungkan hal yang sama untuk calonnya masing-masing. "Silahkan. Jangan orang lain kebakaran jenggot, turungkan kepada calonnya. Tapi harus ada penyebabnya tadi," tandasnya.
Baca juga:
Tangis dan doa untuk cari pendamping Khofifah di Pilgub Jatim 2018
Mencari bakal wakil Khofifah, 2 nama usulan tim 9 bisa berubah
Soal bakal Cawagub Jatim, Surya Paloh tegaskan keputusan di tangan Khofifah
Mencari calon alternatif penantang Gus Ipul dan Khofifah di Jatim
Mau bentuk poros baru, PAN prioritaskan Emil Dardak di Pilgub Jatim
Gerindra pertimbangkan Achsanul Qosasih maju Pilgub Jatim 2018
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Siapa Rajif Sutirto? Rajif Sutirto dikenal luas sebagai Ketua Umum Relawan Konco Prabowo. Ia juga tergabung dalam partai milik Prabowo, yaitu Gerindra.