Pindah partai karena uang, politisi kutu loncat dinilai bermoral rendah
16 Partai peserta pemilu telah merampungkan pendaftaran bakal calon legislatif pada Selasa (17/7). Momentum pendaftaran ini dimanfaatkan sejumlah politisi untuk berbondong-bondong pindah partai.
16 Partai peserta pemilu telah merampungkan pendaftaran bakal calon legislatif pada Selasa (17/7). Momentum pendaftaran ini dimanfaatkan sejumlah politisi untuk berbondong-bondong pindah partai.
Peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris mengatakan fenomena ini menunjukkan moral politisi rendah. Serta, memperlihatkan sikap pragmatis politisi yang mudah sekali membelot ke partai lain
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa yang menolak tawaran menjadi Caleg di Pemilu 2024? Yang nawarin saya itu banyak. Pokoknya tinggal jawab saja mau, segala persyaratan pendaftaran mereka yang ngurus. Tapi saya belum mau,” ujar Suroso.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
"Sangat memprihatinkan fenomena kutu loncat itu sebab menunjukkan kualitas moralitas politisi kita itu rendah. Kedua menunjukkan pragmatisme politik luar biasa sehingga seolah-olah kapan saja politisi bisa pindah-pindah parpol padahal itu sama sekali tidak patut, tidak etis dilakukan," ujarnya di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7).
Dia menyayangkan kalau benar dalam kepindahan politisi ada duit yang mendasari kepindahan ke partai lain. Menurutnya, anggota legislatif yang dihasilkan bakal tak bertanggungjawab.
"Kalau isu bahwa caleg-caleg itu pindah parpol dengan nilai transfer dalam hitungan miliar rupiah bagi saya sangat gila," kata Syamsuddin.
Syamsuddin menyebutkan bahwa partai yang memberi mahar politik itu sama saja bagai event organizer (EO). Itu menunjukkan kemunduran bagi dunia politik Indonesia.
"Partai enggak lebih sebagai EO, event organizer aja ini kan suatu setback bagi bangsa kita," pungkasnya.
Sejumlah politisi berpindah-pindah partai saat pendaftaran caleg ini. Bahkan, transfer politisi ini diiringi dengan isu iming-iming duit yang melatarbelakangi. Salah satu yang berhembus adalah kepindahan Lucky Hakim dari PAN ke NasDem dengan mahar Rp 5 miliar. PAN mengakui kebenaran duit tersebut, namun pihak Lucky dan NasDem membantahnya.
Baca juga:
KPU belum terima undangan MA soal gugatan aturan eks koruptor tak boleh nyaleg
Hasil survei LIPI prediksi PKS, PAN, NasDem, Hanura dan parpol baru tak lolos DPR
Politikus Golkar usul Demokrat lebih baik gabung Gerindra
LIPI: Pemilih PAN pilih Jokowi, pemilih Hanura dukung Prabowo
Golkar daftarkan dua eks koruptor jadi caleg karena aspirasi kader
Ulama 212 instruksikan pendukung jauhi partai pendukung pemerintah