PKS: Rakyat Bisa Nilai 4 Tahun Jokowi Gagal Wujudkan Janji
Survei Median menyebutkan, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga hanya 9,2 persen. PKS menilai, hal itu terjadi karena rakyat sudah paham Jokowi gagal wujudkan janji kampanye di Pilpres 2014 lalu.
Survei Median menyebutkan, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga hanya 9,2 persen. PKS menilai, hal itu terjadi karena rakyat sudah paham Jokowi gagal wujudkan janji kampanye di Pilpres 2014 lalu.
Direktur Pencapresan PKS, Suhud Aliyuddin mengatakan, survei Median semakin memperlihatkan bahwa elektabilitas petahana mentok di bawah 50 persen. Sementara trend elektabilitas Prabowo-Sandi terus mengalami peningkatan.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Mengapa Budi Arie menilai Jokowi pantas menjadi Wantimpres? Menurutnya, Jokowi masih sangat terlalu muda untuk pensiun mengingat usianya yang baru menginjak 63 tahun."Ya layak dong, kan beliau masih terlalu muda untuk pensiun. Masih muda, umur 63," kata Budi Arie, kepada wartawan di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9).
"Hal itu menambah keyakinan kami bahwa peluang menang sangat besar. Masyarakat sudah bisa menilai kinerja Pak Jokowi dalam 4 tahun ini gagal mewujudkan janji-janjinya. Karena itu tidak mudah bagi Pak Jokowi untuk menaikkan elektabilitas di sisa masa kampanye," kata Suhud kepada merdeka.com, Selasa (22/1).
Juru Debat Prabowo-Sandiaga ini pun akan fokus menggarap pemilih mengambang di sisa kampanye yang ada saat ini. Dia menargetkan, Prabowo-Sandiaga menang besar pada 17 April mendatang.
"Di masa kampanye ini kami fokus memastikan pemilih yang masih galau agar swing voters menjatuhkan pilihan pada pasangan Prabowo-Sandi. Kami juga berusaha agar selisih kemenangan bisa lebih besar," tutup Suhud.
Dalam survei median, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf meraih 47,9 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Jarak antar kedua pasangan ini hanya sekitar 9,2 persen.
Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu juga membeberkan sejumlah janji kampanye Jokowi pada 2014 yang dianggap gagal diwujudkan. Menurutnya, banyak janji yang tak dilaksanakan Jokowi.
"Janji kampanye tidak dilaksanakan maka itu kebohongan. Tapi kalau dilaksanakan tapi tidak tercapai itu bukan kebohongan," jelasnya dalam diskusi bertajuk 'Jejak-jejak Kebohongan Jokowi?' di Kantor Seknas Prabowo-Sandi di Jl HOS Cokroaminoto No 93, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/1).
Dia melanjutkan, salah satu kebohongan Jokowi adalah tidak akan berutang dan tak akan mengimpor pangan dari luar negeri. Menurutnya, hal paling bahaya adalah kebohongan yang ditutup dengan kebijakan.
"Saya tidak akan utang ke luar negeri, itu bohong besar. Saya tidak akan impor pangan dari luar negeri, itu juga bohong," ujar Said.
Lalu, kebohongan selanjutnya adalah Mobil Esemka. Dia mengatakan, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto pun menjadi korban kebohongan mobil Esemka tersebut. Said mengaku pernah didorong untuk mempromosikan mobil tersebut. Namun dia tegas menolak.
"Saat saya melawan kebohongan pada saat itu mobil Esemka, saya Ketua Persatuan Insinyur Indonesia, Pak Bapak endors lah ini. Tapi saya gak mau karena menurut saya ini kebohongan. Esemka itu adalah kebohongan," ujar Said Didu.
"Pak Prabowo juga korban saya rasa karena dia beli 5 biji," tambahnya.
Bukan cuma Jokowi, Said Didu bakal melawan jika pun Prabowo-Sandi melakukan kebohongan. "Saatnya negara ini dihentikan dari kebohongan. Saya ingin membasmi pencitraan berbasis kebohongan," tegasnya.
Lebih jauh, dia bercerita soal rakyat Amerika Serikat yang lebih memilih Donald Trump ketimbang Hillary Clinton. Menurutnya, warga Amerika sangat menghormati moral yang jauh melekat pada Hillary dari pada Trump.
Namun, rakyat Amerika melabuhkan dukungan kepada Trump karena memiliki komitmen kuat untuk melindungi negara. Dari situ, Said berpandangan, bila orang moralnya bagus tapi tak ada daya juang untuk melindungi negara akan percuma.
"Saya tanya kenapa memilih Trump. Jawaban mereka, negara kami terancam, sehingga butuh pemimpin yang menyelamatkan negara kami. Gedung ini dibeli China, itu dibeli China. Kalau Trump tidak memimpin maka China akan membeli," terang Said.
Baca juga:
KPU Minta Capres-cawapres Tak Cuma Andalkan Debat, Tapi Kampanye Tatap Muka
Kiai NU Jatim Ingatkan Bahaya Hoaks di Tahun Politik
Belum Menang, Demokrat Sudah Ajak Media Daftar Tur Istana Bareng Prabowo
JK Tak Tahu Asal Duit Rp 2 M Jokowi Buat Borong Sabun Cuci Piring
KPU Akan Tambah Durasi Waktu Debat Capres
Kubu Jokowi Tak Heran Suara Prabowo Jadi Tinggi di Survei Median, Seperti 2014
Kubu Jokowi Tegaskan BPN Tak Perlu Ragukan Netralitas Najwa Shihab