Prabowo nyapres lagi di 2019, NasDem tetap dukung Jokowi
Partai NasDem memberikan sinyal akan kembali mendukung Jokowi untuk kembali melanjutkan kepemimpinan di periode kedua. Sebab, menurut Jhonny, program Jokowi tidak bisa terlihat kemajuannya jika hanya diukur dalam satu periode kepemimpinan.
Partai Gerindra berencana mengusung kembali Prabowo Subianto menjadi calon Presiden di Pemilu Serentak 2019 mendatang. Ketua DPP Partai NasDem Jhonny G Plate mengatakan pihaknya menyambut baik wacana Partai Gerindra yang kembali mendorong Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2019.
"Kita sambut baik Gerindra yang secara internal mulai godok dukung prabowo. Kita harap kontestasi pilpres 2019 jadi kontestasi yang lebih tinggi tingkat kualitas dan demokrasi dari sebelumnya," kata Jhonny di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).
Partai NasDem memberikan sinyal akan kembali mendukung Jokowi untuk kembali melanjutkan kepemimpinan di periode kedua. Sebab, menurut Jhonny, program Jokowi tidak bisa terlihat kemajuannya jika hanya diukur dalam satu periode kepemimpinan.
"Kita harap Jokowi melanjutkan tugasnya sampai tuntas. Program Jokowi cukup panjang, kalau 5 tahun, ganti visi misi negara lagi enggak presiden baru, kontinuitas akan terpotong. Setidaknya Nawacita sampai 2 periode seperti yang dibolehkan UU," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan seluruh kader optimis Prabowo bakal memenangi persaingan dan menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Fadli mencontohkan Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln harus berulang kali gagal bersaing di pemilu presiden sebelum akhirnya terpilih. Begitu pula dengan Prabowo yang sudah tiga kali gagal di Pilpres.
"Presiden Abraham Lincoln saja berkali-kali, biasa itu. Kalau enggak salah belasan kali angkanya. Itu biasa di dalam politik. Hidup saja kita sering gagal, lulus, gagal lulus, biasa saja," kata Fadli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/1).
Seluruh mesin partai diklaim telah siap memenangkan Prabowo. Melihat pengalaman Pilpres 2014 lalu, Fadli menyebut persiapan partai relatif singkat. Meski begitu, Prabowo berhasil meraup dukungan yang cukup besar sehingga perbedaan suara dengan Jokowi relatif kecil.