Profesor Muhammadiyah Bicara Sosok Menag dan Mendikbud era Prabowo
Lalu siapa saja menteri yang bakal ditunjuk oleh Prabowo dalam kabinetnya nanti?
Presiden terpilih Prabowo Subianto kini tengah menjaring nama terbaik untuk menjadi menteri di kabinetnya. Gerindra berkomitmen akan membentuk zaken kabinet, diisi Oleh orang profesional.
Lalu siapa saja menteri yang bakal ditunjuk oleh Prabowo?
- Momen Prabowo Kagetkan Menteri Kabinet Merah Putih di Hari Pertama Komcad
- Sosok Sjafrie Sjamsoeddin Menteri Pertahanan RI, Teman Dekat Prabowo Sejak Muda yang Hobi Menulis dan Lulus S-3 Summa Cumlaude
- VIDEO: Wajah Ceria Profesor Stella, Sudaryono hingga Dyah Roro ke Hambalang Pembekalan Prabowo
- Prabowo: Kau Lebih Suka Pemimpin Bicara Halus Kayak Profesor atau Tak Bicara Manis Seperti Saya?
Guru Besar UMY, Doktor Politik Islam, Prof Zuly Qodir memberikan saran. Para menteri harusnya diisi oleh orang-orang yang profesional. Dia pun tak mempersoalkan, apabila orang profesional tersebut berjubah parpol.
Namun tetap memiliki kapabilitas sesuai dengan keahlian dan jabatannya di kabinet.
“Mau dari KIM plus, mau dari minus plus, harus yakin kabinet. Harusnya adalah yang profesional. Dan jangan hanya mengandalkan pada soal transaksional politik,” ujar Prof Zuly saat berbincang dengan merdeka.com di Ambon, Jumat (20/9).
Prof Zuly khawatir, Jika menteri kabinet diisi karena transaksional politik. Maka, tidak akan ada perbaikan untuk masa depan Indonesia.
“Karena kalau itu yang terjadi nanti, ke depan tidak akan terjadi perbaikan. Yang terjadi adalah kebusukan-kebusukan, keburukan-keburukan kembali,” tegas Prof Zuly.
Mendikbud Nadiem Harusnya Diganti dari Dulu
Prof Zuly pun diminta komentari kinerja Kemendikbu di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim. Menurut dia, memang harusnya Nadiem diganti.
Namun, kata Prof Zuly, saat ini kerja kabinet Presiden Jokowi hanya tinggal satu bulan lagi.
“Harusnya udah lama kalau mau reshuffle. Orang banyak mengkritik tentang kebijakan mas menteri terkait dengan soal merdeka belajar dan ini dan itu. Yang itu kemudian agak sedikit mengkacaukan atau menghilangkan nilai-nilai yang itu jauh lebih subtansial. Daripada yang sebenarnya praktik, yang praktis,” Katanya.
Prof Zuly menilai, Merdeka Belajar yang jadi salah satu andalan Nadiem memang baik untuk memperiapkan mahasiswa ke dalam industri. Namun, tujuannya harus tetap pada transfer ilmu.
“Jadi, oke mengambil mata kuliah, mengambil mata pelajaran di praktik-praktik industri itu sesuatu yang penting. Tapi kalau itu di daerah utama, maka yang sifatnya adalah transfer knowledge dan value tidak terjadi,” terang Prof Zuly.
“Jadi kalau mau diganti, harusnya periode kedua nggak usah dipilih kembali gitu loh. Lagi kurang satu bulan, mau bikin apa coba,” imbuhnya.
Perihal Mendikbud era Prabowo, lagi-lagi, Prof Zuly berharap, presiden terpilih mampu menunjuk orang-orang yang profesional.
“Yang profesional. Tidak jadi partai politik. Tidak jadi partik dan memiliki pengalaman menjadi orang yang mengelola pendidikan. Baik itu kelas dasar, menengah, ataupun perguruan tinggi. Kalau tidak, yang terjadi adalah nyaris seperti sekarang,” tegas Prof Zuly.
Soal nama Politikus Gerindra Fadli Zon yang jadi salah satu kandidat menteri pendidikan, Prof Zuly mengaku hal itu kurang tepat.
“Kalau itu terjadi, maka menjadi tidak Zaken kabinet. Yang terjadi adalah transastional politik,” tegas dia lagi.
Menag Tak Boleh Sentimen
Prof Zuly juga mengomentari tentang kandidat Menteri Agama. Menurut dia, menteri agama memang harus dekat dengan ormas keagamaan. Tidak tak permasalahkan apakah dari unsur Muhammadiyah ataupun Nahdlatul Ulama (NU).
“Menteri agama kan jauh lebih baik memang terhubung atau dekat dengan ormas keagamaan. Baik itu, ya tentu saja, ormas keagamaan Indonesia yang besar, NU dan Muhammadiyah,” ujar Prof Zuly.
Akan tetapi, Prof Zuly mengingatkan, menteri agama ke depan juga tidak boleh terlalu sentimen terhadap politik. Terlalu mendukung NU atau Muhammadiyah.
Menurut dia, Jika hal itu dilakukan oleh Menteri Agama selanjutnya, maka Kemenag nantinya bukan menjadi kementerian yang mempersatukan umat.
“Tapi bukan yang kemudian dia memiliki sentimen politik atau calvinism politik. Bahwa yang paling menyumbang terhadap negara ini adalah kelompok ini. Sementara kelompok yang lain tidak. Kalau itu terjadi, maka kementerian agama pun akan terjungkal kepada hal-hal yang sifatnya, apa yang saya sebut dengan istilah menggunakan rezimentasi keagamaan,” kata Prof Zuly.
Sosok Anak Muda
Kendati demikian, Prof Zuly menolak menyebutkan nama siapa saja yang tepat mengisi kursi Mendikbud dan Menag di era Prabowo.Menurut dia, Indonesia tak kehabisan putra dan putri terbaik untuk mengisi kursi menteri.
“Jangan yang dari partai politik. Sekarang ini yang beredar adalah menteri agama dari unsur partai politik. Dan menurut saya itu berbahaya. Harusnya tidak. Harusnya adalah yang dari unsur keagamaan atau ormas, tetapi yang bukan partai politik,” tegas Prof Zuly.
“Saya tidak bisa sebut nama, tapi ada orang yang menurut saya mungkin bisa ya. Baik di kalangan NU atau Muhammadiyah, tapi principle adalah mereka yang profesional, dia memiliki pengetahuan, dia memiliki pengalaman dalam hal urusan-urusan keagamaan atau ormas keagamaan,” tambah dia.
Tak menyebutkan nama, namun Prof Zuly berharap Menag diisi oleh kalangan anak muda.
“Ada pasti, pasti ada. Dari anak yang lebih muda lah, jangan terlalu tua menurut saya,” ujarnya.