Publik makin melek politik, tak ada jaminan incumbent menang lagi
Menurut Didik, jika calon dari incumbent kerjanya tidak benar, maka akan ditinggal pemilih.
Pelaksanaan Pilkada serentak tinggal menghitung hari. Tak sedikit calon kepala daerah yang maju dalam Pilkada serentak kali ini berasal dari petahana atau incumbent.
Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Didik Supriyanto berpendapat, tak ada jaminan calon incumbent akan memenangkan bursa Pilkada serentak. Sebab, masyarakat Indonesia sudah semakin melek politik dan pemilih lebih rasional dalam memilih pasangan calon.
"Kalau saya melihat pilkada ini sebuah model yang menunjukkan pemilih kita rasional," kata dia dalam diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/12).
Oleh sebab itu, Didik menegaskan, walaupun calon merupakan incumbent dan banyak duit, belum tentu dapat menarik simpati publik. Saat ini, bagi-bagi duit bukan jurus ampuh untuk menang dalam pemilihan kepala daerah.
"Semua pasangan calon bisa bagi duit, tapi yang menang bukan yang kasih duit besar atau sering kasih duit, tetapi yang jadi faktor penentu sejauh mana mereka kenal calon. Kalau incumbent kerja benar atau tidak, kalau tidak ya ditinggal," jelasnya.
Menurut Didik, hasil survei dalam pilkada tahun 2005 dan 2008 menunjukkan 20 persen calon incumbent memang berhasil menjabat kembali sebagai kepala daerah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, 40 persen calon yang berasal dari petahana berhasil menjabat kembali. Tetapi 60 persen calon incumbent tidak terpilih kembali.
"Ini menujukkan pemilih kita rasional, walau incumbent itu terkenal, banyak uang dan dukungan besar," tandasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Populi Center Nico Harjanto mengatakan, saat ini pemilih lebih mengedepankan rasionalitasnya dalam menentukan pilihannya kepada pasangan calon. Dalam konteks pilkada sekarang ini, anomali sangat mungkin terjadi.
"Saya kira pemilih lebih rasional dalam merekord pasangan calon, dengan sedikit pasangan calon yang ada maka masyarakat lebih mudah untuk merekord. Di awal dia suka pasangan calon A, di tengah bisa dia jadi suka pasangan calon B, dan di akhir dia suka pasangan calon C," jelas Nico.
Baca juga:
Maju di Pilkada, Pasha Ungu terganjal foto ciuman sama Angel Karamoy
Membedah kelebihan dan kekurangan artis di Pilkada Serentak
Petinggi parpol turun gunung demi menangkan Pilkada Serentak
Kampanye Pilkada ini disorot gara-gara pakai bikini & sexy dancer
Pemilu & Pilkada akrab dengan 'Ambil uangnya jangan pilih orangnya'
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Kenapa Pilkada Serentak dianggap penting? Sejak terakhir dilaksanakan tahun 2020, kali ini Pilkada serentak diselenggarakan pada tahun 2024. Dengan begitu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui kapan Pilkada serentak dilaksanakan 2024.
-
Mengapa Pilkada Serentak diadakan? Ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemilihan, serta mengurangi biaya penyelenggaraan.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.