Tak Ada yang Pernah Menjabat Sampai Dua Kali, Ini Mitos Seputar Pemilihan Kepala Daerah di Jateng
Menjelang pilkada 2024, berbagai bumbu-bumbu kontestasi politik sudah mulai mewarnai perbincangan di tengah masyarakat.
Menjelang pilkada 2024, berbagai bumbu-bumbu kontestasi politik sudah mulai mewarnai perbincangan di tengah masyarakat.
Tak Ada yang Pernah Menjabat Sampai Dua Kali, Ini Mitos Seputar Pemilihan Kepala Daerah di Jateng
Tahun 2024 merupakan tahun pemilu. Selain pemilihan presiden serta wakil rakyat pada April kemarin, ada pemilihan kepala daerah yang digelar pada November mendatang.
Menjelang pilkada 2024, berbagai bumbu-bumbu kontestasi politik sudah mulai mewarnai perbincangan di tengah masyarakat. Salah satunya soal mitos seputar periode jabatan para bupati yang tak pernah mencapai dua kali.
-
Apa yang unik dari Pilkada Jatim 2024? Uniknya bakal calon gubernur dari Jawa Timur menjadi pertarungan para Wanita. Sebab, ketiga cagub yang mendaftar semuanya wanita.
-
Dimana Pilkada 2024 di Jawa Tengah? Pilkada 2024 akan diikuti oleh 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang tidak mengadakan Pilkada karena penetapan kepala daerahnya dilakukan melalui bukan melalui Pilkada berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2022.
-
Kapan Pilkada Jateng 2024 akan diadakan? Hari pemilihan Pilkada 2024 masih lima bulan lagi.
-
Kapan Pilkada 2024 di Jawa Tengah? Pilkada 2024 akan diikuti oleh 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang tidak mengadakan Pilkada karena penetapan kepala daerahnya dilakukan melalui bukan melalui Pilkada berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2022.
-
Kapan Pilkada Jatim 2024 dilaksanakan? Pelaksanaan Pemungutan Suara: Rabu, 27 November 2024 - Rabu, 27 November 2024.
-
Siapa calon Gubernur Jatim 2024? Nama petahana Khofifah Indar Parawansa diperkirakan jadi unggulan di Pilgub Jatim kali ini.
Hal ini terjadi di Demak. Di sana ada mitos bahwa seorang bupati hanya bisa menjabat satu kali saja.
Jika memaksakan pada periode kedua, maka konon pada periode tersebut akan dijumpai sejumlah hambatan. Halangan itu bisa berupa apapun, mulai dari kalah pemilu, tersangkut kasus korupsi, sampai meninggal dunia.
Sugiarno, salah seorang warga Demak, mengatakan bahwa mitos itu telah ada sejak zaman dulu. Ia mengaku pernah diceritakan oleh kakeknya soal sosok Raden Ayu Kartika. Dia adalah seorang pemimpin Demak yang bagus.
Pada masa kepemimpinannya, masyarakat Demak cukup sejahtera. Hukum ditegakkan dengan adil. Sementara perdagangan dan pertanian sudah sangat maju. Karena mendapat dukungan dari masyarakat Demak, ia melanjutkan pengabdiannya sebagai pemimpin. Maka ia optimis akan dipilih lagi.
“Saat itu dia mulai dikelilingi para penjilat kekuasaan. Dikelilingi oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan,” kata Sugiarno, mengutip Liputan6.com.
Dalam proses pemilihan, banyak fitnah menyerang Raden Ayu Kartika. Celakanya, orang-orang yang mengelilinginya menghilang satu demi satu. Ia pada akhirnya kalah dalam pemilihan kepala desa, dan ironisnya ia kalah disebabkan karena fitnah.
Secara empiris, mitos soal pemimpin Demak yang diungkapkan Sugiarno bukannya tanpa bukti. Dalam 25 tahun terakhir, belum ada bupati Demak yang menjabat hingga dua periode.
Pada pemilihan 2006, bupati Demak Endang Setyaningdyah kalah dalam upayanya meraih periode kedua. Ia dikalahkan oleh Tahta Zani yang sebelumnya menjabat sebagai sekda.
Pada periode selanjutnya, Tahta Zani berhasil memenangkan pemilihan bupati sehingga dia berhak memimpin Demak selama dua periode. Namun di tengah jalan ia sakit dan pada akhirnya meninggal dunia.
Bupati Demak 2016-2021, HM Natsir gagal dalam meraih kemenangan dalam kontestasi di periode kedua. Ia dikalahkan oleh anak muda perempuan bernama Esti’anah.
Selain di Demak, mitos hampir serupa juga dijumpai di beberapa kabupaten, seperti Kendal dan Temanggung.
Wardiyono, salah seorang warga Patemon, Kabupaten Kendal, bercerita bahwa ia pernah mendapat cerita dari neneknya tentang kutukan terhadap Bupati Kendal. Ia mengatakan bahwa cerita itu sebenarnya terdengar seperti dongeng sebelum tidur.
Cerita itu tentang seorang panglima Kerajaan Pajang bernama Tumenggung Bahurekso. Ia diutus oleh Sultan Pajang untuk membuka Alas Roban dan mengalahkan roh-roh gaib yang menghuni hutan itu.
Melalui perjuangan panjang, Tumenggung Bahurekso berhasil menaklukkan makhluk-makhluk gaib di Alas Roban. Namun keberhasilannya ternyata menimbulkan iri pada orang-orang yang berada di sekitar Sultan Pajang.
Kepada Sultan Pajang, para orang-orang yang iri itu berkata bahwa Tumenggung Bahurekso punya ambisi tak terbatas dengan hendak mendirikan kerajaan sendiri yang akan melawan Pajang.
Hal inilah yang didengar sendiri oleh Sultan Pajang. Karena inilah Sultan Pajang mengutuk bagi siapapun pemimpin di Kendal bahwa ia hanya akan bisa menjalankan amanat sekali saja.
“Saya memaknai bahwa siapapun, sejujur apapun seorang pemimpin, juga akan tetap tumbang jika membiarkan ada fitnah yang menyerang,” kata Wardiyono mengakhiri ceritanya.
Selain itu ada juga kutukan dari Ratu Kalinyamat. Saat itu Ratu Kalinyamat tidak diizinkan untuk melewati wilayah Kendal jika tidak membayar upeti. Karena dianggap sombong, Ratu Kalinyamat memberi kutukan bahwa setiap Bupati Kendal tidak akan pernah menjabat lebih dari sekali.
Faktanya dalam 25 tahun terakhir, tidak pernah ada Bupati Kendal yang menjabat selama 2 periode secara utuh. Jika memenangkan Pilkada Kendal, ia akan meninggal dunia sebelum masa jabatannya habis. Atau dia akan terkena rintangan berupa tindakan hukum maupun hilang legitimasi sehingga tak mungkin melanjutkan jabatannya.
Mitos serupa juga ada di Temanggung. Di sana sejak era reformasi belum pernah ada bupati yang terpilih dua periode berturut-turut. Sejarah mencatat bahwa para mantan bupati dan wakil bupati yang mencoba selalu gagal meraih kemenangan.
Nama-nama seperti mantan Bupati Muhammad Irfan dan Bambang Sukarno menjadi contoh konkret dari fenomena ini. Namun berbeda dengan Kendal dan Demak, mitos soal itu di Temanggung tidak dibumbui oleh cerita-cerita zaman dulu ataupun sejenisnya.