Pujian JK untuk Jokowi: Demokratis, Tidak Nepotisme & Tak Menjerumuskan Bangsa
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memuji sikap Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menurutnya, Jokowi tidak nepotisme dan memberi proyek pada keluarganya. Jokowi juga demokratis, sehingga tiap keputusan diambil dengan menggelar rapat. Jokowi juga diyakini tidak akan menjerumuskan bangsa.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memuji sikap Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menurut JK, Jokowi tak pernah membicarakan soal proyek atau hal hal yang menguntungkan pribadinya.
Hal itu disampaikan JK dalam acara Silaturahmi Nasional Institut Lembang Sembilan Sembilan Tahun 2019 di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2) malam.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Siapa saja yang bertemu dengan Presiden Jokowi? Sejumlah petinggi PT Vale Indonesia Tbk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/8) pagi. Petinggi PT Vale yang datang ke Istana di antaranya Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani, dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson.
"Saya ingin menyampaikan pada Anda semua seperti contoh, saya sudah hampir 4,5 tahun dengan Pak Jokowi. Dan 4,5 tahun tidak pernah sekalipun kita berbicara tentang proyek pribadi. Tidak ada. Tidak pernah. Dan setahu saya juga dia tidak pernah berbicara pada saya tentang hal hal tersebut," kata JK.
Menurut JK suatu negara akan rusak bila presiden dan keluarga melakukan nepotisme. Namun, hal itu tidak dilakukan oleh Jokowi. Padahal, Jokowi sangat mudah bila ingin memberikan proyek kepada keluarganya.
"Anda tentu tahu putra beliau 2. Satu jual martabak dan katering, cukup baik. Satu jual pisang. Tidak ada yang proyek jalan atau proyek industri, Tidak ada. Artinya tidak akan terjadi nepotisme. Apa susahnya sebenarnya beliau menunjuk suatu proyek, tapi tidak," terangnya.
JK melanjutkan pujiannya untuk Jokowi. Menurutnya, Jokowi adalah sosok demokratis. JK bercerita bahwa Jokowi selalu memutuskan semua hal lewat mekanisme rapat. Hampir setiap hari digelar rapat kabinet. Terkadang, sehari bisa 2 hingga 3 kali rapat. Menurutnya, hal tersebut untuk mencerminkan bila Jokowi selalu berusaha untuk adanya kebersamaan.
"Sehingga tiap tahun lebih dari 200 kali rapat. Jadi bayangkan kenapa saya harus pindah kantor dekat presiden, supaya mudah keluar rapat saya datang. Kalau di Merdeka Selatan itu mesti naik mobil lagi ke seberang," ungkap JK.
"Itu artinya beliau sangat demokratis. Ingin demokratis, menjalankan demokrasi. Tanpa ingin memaksakan kehendak. Jadi, kemungkinan untuk otoriter tidak akan terjadi," sambungnya.
Politikus senior Partai Golkar itu menambahkan, dalam menjalankan kenegaraan wajib diusahakan secara demokratis dan tidak melanggar aturan. Hal itu pun tercermin dari sikap Jokowi yang ingin memajukan bangsa.
"Maka, kenapa saya di mana-mana juga berbicara saya memilih pasangan 01, karena itu bahwa itu tidak akan menjerumuskan bangsa," ucap JK.
Menurut JK, pemimpin otoriter dan nepotisme bisa membuat negara hancur. Dia mencontohkan negara Venezuela yang dikenal mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia kini menjadi negara miskin karena pemimpinnya nepotisme dan otoriter. Hal itu pun juga terjadi di negara-negara Timur Tengah. Terlebih, Indonesia pernah mengalami masa kepemimpinan yang otoriter.
"Karena itulah mengapa kita mempunyai dasar kita mendukung siapa. Bukan untuk kepentingan kita, tapi kepentingan secara keseluruhan dan pilihan pilihan itu harus objektif. Tidak hanya sekadar baik sehingga tidak mau mendukung sesuatu," tutupnya.
Baca juga:
Wapres Jusuf Kalla Minta Ustaz Tak Hanya Bicara Soal Surga dan Neraka
Khofifah Ajak Para Kiai Muda Perangi Radikalisme di Wilayah Pendidikan
Wapres Jusuf Kalla: Otoriter dan Nepotisme Ciri Awal Kebangkrutan Negara
Wapres Jusuf Kalla Sebut Doa Neno Warisman Kampanye yang Keliru
Wapres JK Hadiri Silaturahmi Kiai-Kiai Muda di Surabaya