Sabam Sirait: Tantangan PDI Perjuangan ke depan sangat berat
Sabam mengaku tak masalah anaknya Maruarar Sirait tidak masuk jadi pengurus PDIP periode 2015-2020.
Pendiri PDI Perjuangan, Sabam Sirait, menilai tantangan yang dihadapi partainya ke depan sangatlah berat. Oleh karena itu, dia berharap, pengurus DPP PDI Perjuangan periode 2015-2020 yang baru saja dilantik bisa bekerja keras untuk menghadapinya.
Sabam memaparkan, sebagai partai politik, PDI Perjuangan harus mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi persaingan global, khususnya di Asia Tenggara dan Asia dalam 10-20 tahun ke depan.
"Kita akan menghadapi banyak tantangan. Di 10 tahun ke depan, bagaimana agar kita jangan selalu tertinggal dari Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand. Dua puluh tahun ke depan, bagaimana agar kita bisa bersaing dengan Korea dan Jepang," ujar Sabam yang kini berusia 79 tahun.
Hal itu disampaikan Sabam menjawab pertanyaan wartawan di arena Kongres IV PDI Perjuangan, Hotel Inna Grand Bali Beach, Jumat (10/4).
Sabam mengatakan, PDI Perjuangan juga harus aktif menjaga kekayaan nasional kita. "Kekayaan laut kita, menurut seorang menteri, sekarang kalau ikan-ikan kita ditangkap sendiri, diproduksi sendiri, bisa menghasilkan tiga empat kali dari APBN," kata Sabam.
Sementara itu, soal anaknya Maruarar Sirait yang tidak masuk dalam susunan DPP partai periode 2015-2020, Sabam sama sekali tidak menganggap hal itu sebagai masalah.
"Tidak apa-apa, ada saatnya jadi DPP, ada saatnya tidak. Si Ara kan sudah dua periode menjabat," kata Sabam, satu-satunya tokoh pendiri PDI pada tahun 1973 yang masih hidup.
Soal anggapan banyak pihak bahwa masuknya anak Megawati, Prananda Prabowo, dalam susunan DPP partai untuk ‘pemanasan’ sebelum dijadikan ketua umum selanjutnya, Sabam mengatakan, tidak melihat hal tersebut.
"Saya tidak melihat itu caranya, yang penting siapapun harus bekerja keras. Tidak ada gunanya di DPP kalau tidak kerja keras," pesan Sabam.
Ditanya soal kemungkinan kelanjutan kepemimpinan trah Bung Karno di PDI Perjuangan, Sabam meminta semua pihak untuk melihat perkembangannya lima tahun ke depan.
"Pokoknya harus butuh kerja keras. Kalau memang ada trah Bung Karno yang cocok, ya tak apa. Yang penting jujur, kerja keras, siapa pun itu jangan mencuri uang negara," ujarnya.
Apakah berarti trah Bung Karno bukan syarat mutlak ketum PDIP selanjutnya?
"Kan (ketua umum) yang menentukan itu kongres. AD/ART itu kan saya yang buat. Pendiri PDI yang hidup itu sekarang tinggal saya. Mega saya ajak masuk PDI," ujar Sabam yang dikenal setia di PDI meski ditindas oleh penguasa Orde Baru.