Salam terakhir Risma untuk warga Surabaya
Nama Risma santer disebut-sebut bakal maju di Pilgub DKI Jakarta
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) secara tiba-tiba mengungkapkan permohonan maaf pada kepada jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang hadir dalam peresmian Kampung KB di Sidotopo. Permohonan maaf itu disampaikan Risma dalam sambutannya di hadapan warga Surabaya yang menghadiri acara tersebut.
"Atas nama pribadi, saya minta maaf pada seluruh SKPD yang hadir. Karena ini hari terakhir saya, jadi mohon maaf kalau ada kesalahan selama ini," ucap Risma dalam sambutannya di depan para undangan, Kamis (4/8).
Sontak hal itu membuat warga terkaget-kaget lantaran Risma menyebutkan pertemuan itu adalah pertemuan terakhir dirinya dengan warga setempat. Pasalnya, Nama Risma akhir-akhir ini kerap disebut-sebut sebagai calon yang akan diusung oleh PDIP dalam bursa pemilihan gubernur DKI Februari 2017 mendatang.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Ray Rangkuti berpandangan, ungkapan permohonan maaf yang dilakukan Risma merupakan hal yang wajar dilakukan oleh seorang kepala daerah. Terlebih masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri.
Namun dalam situasi saat ini, Ray juga menilai ungkapan tersebut bisa diartikan sebagai isyarat Risma untuk mohon undur diri dari jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya.
"Kita belum tahu isyarat dari pamitannya itu, meskipun secara situasional itu bisa dikatakan dia akan ke Jakarta," kata Ray kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (4/8).
Direktur Utama Lingkar Madani ini menjelaskan, saat ini tak sedikit warga Jakarta yang menginginkan Risma untuk menggantikan posisi Ahok alias Basuki T Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta pada periode mendatang. Karenanya, ungkapan permohonan maaf disertai pamit Risma disinyalir langkah wali kota perempuan pertama Surabaya itu melenggang duduk di kursi DKI 1.
Ray melanjutkan, ada banyak kemungkinan yang dapat dilihat dari langkah Risma itu. Pertama, Risma akhirnya mau menggantikan Ahok sebagai Gubenur. Kedua, dorongan dari partai politiknya yang meminta ibu dua anak ini untuk ke Jakarta.
"Kedua, adanya dorongan politik PDIP yang meminta Risma maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Meskipun tidak ikut penjaringan, tetapi Ketua Umum memiliki hak prerogatif dalam menunjuk calon yang diusung," terang Ray.
Tak hanya itu, banyaknya keluhan warga yang datang pada diri Risma tiap dia bertandang ke Jakarta bisa menjadi alasan lain yang masuk akal. Mengingat akhir-akhir ini Risma sempat beberapa kali ke Jakarta serta banyaknya warga Jakarta yang membuat kelompok dan mengusung Risma untuk menjadi calon Gubernur DKI.
"Banyak keluhan warga Jakarta yang datang ke dia waktu dia datang ke Jakarta. Nah itu yang bisa mendorong Risma maju ke DKI," tegas Ray.
Meski Risma selalu mengatakan tidak akan maju sebagai calon Gubernur DKI beberapa waktu lalu, namun hal itu tak akan membuat Risma sepi dukungan. Sebab, Risma adalah pilihan terakhir bagi warga yang telah dikecewakan Ahok.
Pernyataan Risma yang dulu mungkin hanya akan dianggap angin lalu. Selayaknya calon petahana Ahok yang selalu mengatakan akan maju secara independen di Pilgub DKI. Tapi nyatanya, Ahok mendeklarasikan diri akan maju lewat partai yakni Golkar, NasDem dan Hanura.
"Itu ejek-ejek (olok-olok) politik saja, tapi ya kemungkinan bakal banyak yang mendukung. Sama kaya Ahok dulu, mau maju independen tapi akhirnya meninggalkan independen dan pilih jalur partai," jelas Ray.
Menurut Ray, bila pada Pilgub mendatang terdapat 3 pasang cagub dan cawagub, maka peluang untuk pecah suara sangat memungkinkan. Hingga terjadilah pilgub putaran kedua.
Meski dari survei elektabilitas saat ini petahana Ahok masih memimpin, namun bukan hal yang tidak mungkin elektabilitas Risma nanti akan mengimbanginya. Sebab, posisi Risma saat ini masih belum mendeklarasikan diri maju sebagai Cagub DKI.
"Sejauh ini hasil survei yang ada kalau Risma diduelkan dengan Ahok, posisi Ahok masih lebih tinggi. Kalau tidak salah hanya 13 persen. Tapi ini mungkin karena warga Jakarta masih menunggu kejelasan dari Risma akan maju atau tidak di Pilgub nanti," tutur Ray.
Ray menambahkan, Risma masih memiliki kesempatan untuk menarik perhatian warga Jakarta untuk memilihnya di Pilgub nanti. Sebab selain dinilai sebagai calon yang laik menandingi Ahok, Risma juga telah populer di kalangan masyarakat Jakarta. Terlebih bagi mereka yang tak menyukai Ahok.
"Tingkat keragaman di Jakarta cukup tinggi. Jadi menurut saya masih ada waktu untuk Risma jika maju ke Pilgub. Mengingat namanya juga sudah populer di Jakarta," tutup Ray.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Siapa pasangan calon gubernur Tri Rismaharini? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Siapa pacar Khirani Trihatmojo? Gadis yang akrab disapa Khiran mengungkapkan bahwa dia telah satu tahun bersama Adira Santoso.
-
Kapan Tribrata diwisuda? Upacara wisuda Prajurit Bhayangkara Taruna (Prabhatar) Akademi TNI dan Akademi Kepolisian (Akpol) digelar di Lapangan Sapta Marga, Kompleks Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, Selasa (28/11).
-
Siapa yang ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
Baca juga:
Risma mendadak minta maaf ke warga Surabaya, sebut ini hari terakhir
Risma tiba-tiba minta maaf ke warga Surabaya, mau maju Pilgub DKI?
Sudah lobi PDIP agar usung Risma, PKS tunggu sikap Megawati
PDIP tegaskan belum ada keputusan soal pencalonan Risma
Selain minta maaf, Risma juga singgung soal 'bangun masa depan'
Pemkot Surabaya minta 'pamitan' Risma tak disalahartikan
Menanti keputusan Megawati, Risma atau Ahok?