SBY dinilai galau karena sekarang ditinggalkan media
"Baik sebuah partai yang sedang terzalimi, jangan bilang terzalimi biar orang saja yang menilai," kata Effendi Gazali.
Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali angkat bicara soal pidato politik Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di temu kader dan HUT ke 12 Demokrat kemarin. SBY merasa pemerintah dan Demokrat selalu dipojokkan dan digebuki oleh pemberitaan di media massa.
Tak hanya itu, SBY yang sebelumnya meminta seluruh kader bersikap cerdas dan santun, kali ini mengimbau agar melawan serangan-serangan yang dilakukan oleh lawan politik Demokrat. Hal ini dinilai wajar oleh Effendi karena SBY yang dulu menjadi media darling kini ditinggalkan media.
"Saat ini dia sedang galau, karena mungkin sekarang ditinggalkan media. Media yang dulu bersama SBY sekarang seakan-akan meninggalkan dia," kata Effendi di Gedung DPR, Jakarta, Senin (28/10).
Effendi tak sepakat dengan strategi politik SBY yang menyebut dirinya sedang dizalimi. Dia berpendapat, sebaiknya biar publik yang menilai apakah pemerintah sedang dizalimi atau tidak.
"Baik sebuah partai yang sedang terzalimi, jangan bilang terzalimi biar orang saja yang menilai," ujarnya.
Selain itu, lanjut Effendi, sebagai kepala negara seharusnya Presiden SBY juga tidak semestinya melakukan jumpa pers yang tidak berkaitan dengan pemerintah dan kehidupan rakyat. Karena SBY beberapa waktu lalu menggelar jumpa pers terkait penyebutan namanya di persidangan kasus suap impor daging sapi.
"Jangan yang menyangkut dirinya sendiri, tapi menyangkut rakyat. Kita merindukan seorang Presiden SBY bicara mengeluarkan amarahnya tentang rakyat, persoalan TKI," kata anggota Komite Konvensi Capres Demokrat ini.