Survei Etos: 5 Parpol Lolos DPR RI, PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat & PKB
Lembaga survei Etos Institute melakukan survei popularitas dan elektabilitas partai politik di enam kota besar yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung. Hasilnya, tiga parpol politik lama yakni PDIP, Golkar dan PPP menjadi parpol yang banyak dikenal.
Lembaga survei Etos Institute melakukan survei popularitas dan elektabilitas partai politik di enam kota besar yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung. Hasilnya, tiga parpol politik lama yakni PDIP, Golkar dan PPP menjadi parpol yang banyak dikenal.
Sementara, parpol yang berdiri setelah era Reformasi yang banyak dikenal responden adalah Partai Demokrat.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
"Partai-partai politik lama seperti Golkar, PPP dan PDIP dikenal oleh 99 persen responden, pengecualian terjadi pada Partai Demokrat yang juga dikenal oleh 99 persen responden," kata Direktur Infokom ETOS Institute, Rahmat Shaleh di kantor Graha Jurnalis, Jakarta Selatan, Senin (17/12).
Survey ETOS Institute ©2018 Merdeka.com/Nur Habibie
Alasan masyarakat banyak yang mengenal Demokrat karena sosok sang Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Disebabkan oleh figur SBY dan masa 2 kali pemerintahannya," ujarnya.
Di urutan ke-4 parpol yang banyak dikenal publik adalah Gerindra. Sementara parpol baru yang banyak dikenal masyarakat di urutan pertama adalah Perindo.
"Partai baru yang cukup cepat dikenal responden adalah Partai Perindo 81 persen, Berkarya 66 persen dan PSI 57 persen. Angka popularitas ketiga partai justru mengungguli tingkat popularitas partai terdahulu seperti PBB 67 persen dan PKPI 53 persen. Sedangkan Partai Garuda hanya dikenal oleh 3 persen responden saja," jelasnya.
Sementara dari sisi elektabilitas, PDIP menempati urutan pertama dengan 21,2 persen responden, disusul oleh Gerindra di peringkat kedua dengan 19,8 persen, lalu Golkar di peringkat ketiga dengan 16,1 persen.
"Kemudian Demokrat 14,9 persen, PKB 6,7 persen, NasDem 3,1 persen, PAN 2,9 persen, Perindo 2,6 persen, PKS 2,3 persen, PPP 2,1 persen, Berkarya 1,9 persen, PSI 1,7 persen, Hanura 1,6 persen, PBB 1,4 persen, PKPI 1,1 persen, Garuda 0,4 persen," katanya.
Survey ETOS Institute ©2018 Merdeka.com/Nur Habibie
Dengan ambang batas parliementary threshold (PT) saat ini yakni empat persen, maka hanya lima partai politik saja yang lolos yakni PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat dan PKB.
"Maka amat mungkin muncul partai lain yang juga lolos dari ambang batas parlemen," katanya.
Survei dilakukan pada WNI yang memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun ke atas dengan wawancara tatap muka menggunakan kuisioner terstruktur. Survei dilakukan pada 1-15 Desember 2018 di enam kota besar yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung.
Jumlah sample 2.000 responden yang tersebar secara proporsional di enam kota besar tersebut. Margin of error dari survei ini adalah +-2,9 persen. Metode survei yakni multi-stage random sampling.
Baca juga:
Fakta-Fakta di Balik Munculnya Kotak Suara Berbahan Kardus
Kubu Jokowi Sebut Penggunaan Kotak Suara Kardus Berpotensi Kecurangan
Surya Paloh Pastikan TGB Gabung NasDem
Disebut Andi Arief Terlibat Perusakan Bendera Demokrat, Ini Respons Polda Riau
PKB Targetkan 25 Juta Suara untuk Jokowi-Ma'ruf