Survei Litbang Kompas: PDIP 33,3 persen, Gerindra kalahkan Golkar
Litbang Kompas menggelar survei terbarunya terkait elektabilitas partai politik pada periode 21 Maret - 1 April 2018. Hasilnya mengejutkan, Partai Gerindra berhasil menyalip Golkar jelang Pemilu 2019. Survei ini dirilis, Rabu (25/4).
Litbang Kompas menggelar survei terbarunya terkait elektabilitas partai politik pada periode 21 Maret - 1 April 2018. Hasilnya mengejutkan, Partai Gerindra berhasil menyalip Golkar jelang Pemilu 2019. Survei ini dirilis, Rabu (25/4).
Hasil survei menyatakan, PDIP masih berada di urutan teratas dengan tingkat elektabilitas 33,3 persen. Disusul posisi kedua yakni Gerindra dengan keterpilihan 10,9 persen dan Partai Golkar di angka 7-9 persen.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
Menurut Kompas, keterpilihan PDIP dan Gerindra meningkat dipengaruhi dari efek elektoral sang tokoh. PDIP punya Joko Widodo yang saat ini sedang berkuasa. Sementara Gerindra punya Prabowo Subianto yang ingin maju sebagai capres di Pilpres 2019.
Dalam surveinya, Kompas mengkategorikan kelompok parpol menjadi tiga bagian. Pertama, kelompok yang ketika diproyeksikan dengan potensi maksimal suara (memperhitungkan sampling error) dari survei ini, akan meraih elektabilitas lebih dari 10 persen. PDIP, Gerindra dan Golkar masuk kategori ini.
Berikutnya, kategori kedua yakni potensi perolehan suaranya di tingkat 4-10 persen. Ada tujuh parpol yang masuk kelompok ini. Yakni, PKB, Demokrat, PAN, Perindo, PPP, PKS dan NasDem.
Di kelompok dua ini, parpol berpotensi berada di papan tengah alias parpol menengah. Dari parpol kelompok ini, hanya PKB yang perolehan suaranya meningkat, meski tak setinggi di Pemilu 2014. Efek elektoral ini dinilai karena gencarnya kampanye Ketum PKB Muhaimin Iskandar menjadi cawapres. Enam partai lainnya, cenderung mengalami tren menurun.
Sementara kategori ketiga, masuk ke dalam parpol yang perolehan suaranya di bawah empat persen. Ada enam parpol yang menurut Kompas masuk ke dalam kategori terbawah ini. Tiga di antaranya parpol baru yakni, PSI, Partai Garuda dan Partai Berkarya. Sementara tiga lainnya adalah partai lama yakni Hanura, PKPI dan PBB. Parpol dikategori ini menghadapi tantangan berat untuk bisa lolos parlemen yakni 4 persen.
Menanggapi jebloknya suara Hanura, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) meyakini, partainya akan lolos ke Senayan. Sebab, banyak masyarakat mendaftarkan diri menjadi calon legislatif via Partai Hanura.
"Oh pasti, karena semakin banyak orang mendaftar ke Hanura sebagai caleg, baik unsur tokoh masyarakat. Saya juga jadi bingung," kata OSO di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/4).
OSO mengakui sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas Hanura di bawah 4 persen. Namun, dia menuturkan, Hanura telah memiliki strategi untuk mendongkrak elektabilitas partai hingga lolos ambang batas parlemen.
"Kita tunggu saja tanggal mainnya," tandas OSO.
Loyalitas pemilih partai
Litbang Kompas juga mencatat terkait loyalitas pemilih partai politik. Dari ketiga kategori ini, hanya beberapa partai yang memiliki pemilih loyal yang teruji.
Diurutkan sesuai nomor peserta pemilu, PKB hanya memiliki strong voters atau pemilih mantap yakni 22 persen, sisanya 66,1 persen masih bisa berubah (swing voters) dan 11,9 persen rahasia.
Partai Gerindra punya strong voters 38,9 persen, swing voters 49,6 persen dan yang rahasia 11,5 persen. Berikutnya PDIP memiliki 39,1 pemilih loyal, 49,6 masih bisa berubah, masih rahasia 7,5 persen.
Pemilih loyal Golkar sebesar 37,2 persen, masih bisa berubah 50 persen dan rahasia 12,8 persen. NasDem punya pemilih loyal 36,7 persen, masih bisa berubah 56,7 persen dan rahasia 6,6 persen.
PKS hanya punya 31,0 pemilih loyal, masih bisa berubah 55,2 persen dan yang merahasiakan 13,8 persen. Sementara Perindo punya 33,3 persen pemilih loyal, masih bisa berubah 66,7 persen.
PPP punya 26,9 persen pemilih loyal, yang menyatakan masih bisa berubah 73,1 persen. Berikutnya, PAN punya pemilih loyal dan tak loyal di angka yang sama yakni 46,7 persen, masih rahasia 6,6 persen.
Terakhir, Demokrat hanya punya 27,3 persen pemilih loyal. Sisanya, 66,7 persen masih bisa berubah dan 6,0 persen menjawab rahasia.
Sementara itu, responden survei yang menjawab belum tahu atau rahasiakan partainya yakni pemilih setia 4,0 persen, masih bisa berubah 65,6 persen dan rahasia 30,4 persen.
Survei ini dilakukan dengan tatap muka terhadap 1.200 responden pada . Responden dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi dan jumlahnya ditentukan secara proporsional. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error plus minus 2,8 persen.
Baca juga:
SBY beri sinyal pemimpin baru, Gerindra tak yakin ada poros ketiga
Anies anggap ramalan Amien Rais soal penyelamat negeri sebagai amanat
Demokrat pemegang kunci, AHY jadi harga mati?
Sekjen PDIP sebut pemimpin yang dimaksud SBY adalah Jokowi
DPD Gerindra DKI pastikan Prabowo capres di Pilpres 2019
Diskusi PDIP dengan KPU bahas Pemilu 2019 yang demokratis
KPU akan kaji usul PKB percepat pendaftaran capres