TPN Ganjar-Mahfud Kritisi Pembelian Alutsista Bekas Jelang Debat Capres
Juru Bicara TPN Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Patria Gintings mengkritisi mahalnya biaya pengadaan alutsista, termasuk pembelian alutsista bekas.
Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Patria Gintings mengkritisi mahalnya biaya pengadaan alutsista. Dia juga mempertanyakan pembelian alutsisa bekas atau hibah dari negara lain yang memantik pro dan kontra.
- TPN Ganjar-Mahfud Soal Pendukung Acungkan 3 Jari Saat Debat Capres: Tidak Mengganggu
- Jelang Debat Capres, TPN Ganjar Tegaskan Konsep Bebas Aktif Wujudkan Perdamaian Dunia
- TPN Ganjar-Mahfud Perintahkan Pendukung Rekam Bukti Kecurangan Pilpres 2024, Ini Tujuannya
- Alasan TPN Ganjar-Mahfud Sering Bicara Kecurangan di Pilpres: Itu Suara Rakyat
TPN Ganjar-Mahfud Kritisi Pembelian Alutsista Bekas Jelang Debat Capres
"Dua pertanyaan yang muncul selalu berkisar pada seberapa besar bebannya pada anggaran belanja negara, serta sejauh mana kelayakan pemakaiannya," kata Patria, dalam keterangan resmi, Minggu (7/1).
Patria menegaskan, setiap alutsista yang didatangkan harus dipastikan berkualitas baik. Bahkan, harus menggunakan teknologi militer terkini agar mampu menjawab tantangan zaman, sekaligus menjadi pertanggungjawaban pemerintah terhadap penggunaan APBN yang didapat dari pajak.
"Hari ini kita melihat industri alutsista di dalam negeri terus menggeliat. Indonesia mulai mampu memproduksi alutsista secara mandiri, sehingga seharusnya mengurangi ketergantungan terhadap alutsista impor," tegasnya.
Meski belum terlalu signifikan, ketergantungan terhadap impor alutsista terus terkikis. Alih teknologi serta kerja sama pengembangan dengan negara lain membuat masa depan industri alutsista dalam negeri cukup cerah. Di sisi lain, beban APBN pun dapat berkurang.
"Pertanyaan pentingnya sekarang bukan mau sekuat apa militer Indonesia, tetapi mau sekuat apa industri alutsista dalam negeri Indonesia nantinya?” ujarnya.
Patria menekankan, militer yang kuat bukanlah yang memiliki ketergantungan pada alutsista impor. "Melainkan yang industri alutsista dalam negerinya mampu menjadi tulang punggung militernya sendiri," pungkasnya.