Utak-atik capres dan cawapres 2014 ala Ruhut
Berikut ini hasil utak-atik capres-cawapres ala Ruhut Sitompul yang dirangkum merdeka.com:
Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul tak khawatir partainya hanya mendapat 10 persen suara pada pemilu legislatif (pileg) 2014. Meski dengan perolehan suara sebesar itu, Demokrat bisa mencalonkan wakil presiden.
Ruhut pun memiliki utak-atik sendiri soal capres atau cawapres pada pilpres pasca-pileg ke depan. Menurut dia, koalisi partai tengah juga mampu menyaingi Prabowo Subianto atau Jokowi .
Dia pun mencoba menimang-nimang capres cawapres yang akan diusung oleh Demokrat, PKB dan PAN jika berkoalisi. Apalagi Demokrat punya 11 peserta konvensi yang bisa dijual baik capres atau cawapres.
Berikut ini hasil utak-atik capres-cawapres ala Ruhut Sitompul yang dirangkum merdeka.com:
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
-
Apa yang dimaksud dengan Pemilu? Pemilu adalah proses pemilihan umum yang dilakukan secara periodik untuk memilih para pemimpin dan wakil rakyat dalam sistem demokrasi.
-
Bagaimana Pemilu 2024 diatur? Pelaksanaan Pemilu ini diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Tahapan dan Jadwal Pemilu 2024. Regulasi ini diteken KPU RI Hasyim Asyari di Jakarta, 9 Juni 2022.
Pramono Edi-Muhaimin
Ruhut pun menimang-nimang bila ke depan Demokrat bisa berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Menurut dia, berkoalisi dengan partai tengah Demokrat bisa menyodorkan capres.
"Kalau kami lebih tinggi, presiden kami. Wakilnya Muhaimin. Pasangan Pramono Edhie-Muhaimin, mau bos. Kalau Dahlan Iskan - Muhaimin enggak kuat. Ini tetap harus ada sipil-militer," kata Ruhut.
Demokrat capres, cawapresnya Hatta Rajasa
Ruhut juga menyebut kemungkinan memasangkan capres dari Demokrat dengan Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN. "Hatta juga mau, padahal Hatta 7 persen," ujar Ruhut.
Namun demikian, Ruhut agak sulit memasangkan capres dari Demokrat dengan Hatta Rajasa. Sebab, lanjut dia, ketua umum PAN itu juga punya ambisi menjadi capres, bukan cawapres.
Jokowi-Pramono Edhie
Ruhut Sitompul juga mengutak-atik kemungkinan Demokrat menyodorkan cawapres untuk capres dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi).
"Kami sekitar 10 persen, ada 3 pasang. Jokowi, ARB, dan Prabowo. Siapa tiga-tiga wapresnya? Belum tahu kan?" ujar Ruhut saat dihubungi, Kamis (10/4).
Dia menilai, Jokowi yang capres PDIP akan kesulitan jika melawan mantan tentara seperti Prabowo Subianto. Ruhut mencoba menawarkan pasangan Jokowi-Pramono Edhie sebagai pasangan yang ia nilai mampu menyaingi mantan Danjen Kopassus itu.
"Kami punya 11 capres, seandainya harus kami mengambil wapres, kan tinggal memilih ketiga capres ini. Kalau Pak Jokowi ngambil wapres bukan tentara, dia kalah dengan Prabowo. Dia bisa ambil dari kami Pramono Edhie," kata dia
Prabowo-Dahlan Iskan atau Gita Wirjawan
Jika PDIP tak berminat untuk berkoalisi dengan Demokrat, Ruhut Sitompul melanjutkan, Demokrat tak masalah. Masih ada capres lain seperti Prabowo.
"Kalau dia (Jokowi) tidak ambil, kita ke Prabowo masih punya kans untuk menang, wakilnya bisa Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan ," tegasnya.
Sementara untuk Aburizal Bakrie, Ruhut tidak terlalu antusias untuk berkoalisi dengan Golkar. Sebab, kata dia, ketokohan Ical juga harus dipertimbangkan.
"Kalau Ical, kita belum tahu. Dengan kemenangan Partai Golkar 14 persen, kharisma Ical harus dilihat. Prabowo lebih kuat, jarak mereka 11 persen ada 14, tinggal bagaimana Demokrat menentukan?"