Dampak Buruk Penerapan Toxic Masculinity Terhadap Perkembangan Anak
Ketika orangtua memiliki pandangan toxic masculinity, hal ini bisa berdampak buruk pada perkembangan anak.
Ketika orangtua memiliki pandangan toxic masculinity, hal ini bisa berdampak buruk pada perkembangan anak.
-
Apa pengertian dari parenting? Parenting adalah proses untuk mendidik dan menyelaraskan anak-anak dengan nilai-nilai sosial yang diterima di masyarakat.
-
Apa yang dimaksud dengan neglectful parenting? Secara singkat, neglectful parenting ini tidak bisa disebut sebagai gaya pengasuhan karena singkatnya orangtua sama sekali tidak melakukan apa pun.Gaya pengasuhan tidak terlibat ini kerap ditandai oleh kurangnya respons terhadap kebutuhan anak.
-
Bagaimana cara orang tua menerapkan parenting yang baik? Parenting juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk berkembang. Proses ini melibatkan penekanan pada komunikasi, disiplin, dan pendidikan yang tepat.
-
Kapan peran orang tua dalam parenting menjadi sangat penting? Orang tua adalah pembimbing dan pendidik pertama bagi anak.
-
Mengapa memanjakan anak secara berlebihan berdampak buruk terhadap kemandirian mereka? Anak yang terlalu dimanjakan cenderung tumbuh menjadi individu yang kurang mandiri karena terbiasa bergantung pada orang tua atau orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka kesulitan melakukan tugas-tugas sederhana yang seharusnya bisa mereka lakukan sendiri, seperti merapikan mainan atau memakai baju.
-
Siapa yang berperan penting dalam menerapkan parenting? Parenting meliputi pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makanan dan minuman, dan kebutuhan psikologi seperti kasih sayang, rasa aman, serta sosialisasi dengan masyarakat sekitar agar anak bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
Dampak Buruk Penerapan Toxic Masculinity Terhadap Perkembangan Anak
Toxic masculinity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep maskulinitas yang berlebihan dan merugikan, yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif, dominan, dan kasar. Toxic masculinity juga menekan ekspresi emosi, kelemahan, dan kerentanan pada laki-laki, karena dianggap bertentangan dengan standard kejantanan.
Toxic masculinity bukanlah sesuatu yang bawaan, melainkan dipelajari dari lingkungan sekitar, terutama dari pola asuh orang tua. Banyak orang tua yang tanpa sadar menerapkan toxic masculinity dalam mendidik anak laki-laki mereka, dengan harapan agar mereka tumbuh menjadi pria yang kuat, mandiri, dan berani. Namun, hal ini justru bisa berdampak negatif bagi perkembangan anak, baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Berikut ini adalah beberapa dampak penerapan toxic masculinity terhadap perkembangan anak:
- 8 Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak, Orang Tua Wajib Tahu
- Dampak Negatif Sering Main HP pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada
- Dampak Membiarkan Bayi Menangis Terlalu Lama, Bisa Pengaruhi Kesehatan Mentalnya
- Mengapa Sindiran ke Anak Bisa Jadi Kesalahan Parenting yang Berdampak Buruk bagi Perkembangan
Menyebabkan Stres dan Depresi
Anak laki-laki yang diasuh dengan toxic masculinity cenderung memendam emosi dan perasaan mereka, karena takut dianggap lemah atau cengeng. Mereka juga sering mendapat tekanan untuk menunjukkan prestasi, kompetensi, dan tanggung jawab yang tinggi, tanpa mendapat dukungan atau penghargaan yang memadai. Hal ini bisa menyebabkan stres dan depresi pada anak, yang bisa berujung pada perilaku buruk, seperti merokok, minum alkohol, atau bahkan bunuh diri.
Mengganggu Kesehatan Fisik
Anak laki-laki yang diasuh dengan toxic masculinity biasanya tidak mau meminta bantuan atau perawatan medis, karena merasa malu atau takut dianggap tidak mampu.
Mereka juga cenderung mengabaikan kesehatan tubuh mereka, dengan tidak menjaga pola makan, olahraga, atau istirahat yang sehat. Hal ini bisa mengganggu kesehatan fisik anak, yang bisa menyebabkan berbagai penyakit, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung.
Memicu Kekerasan dan Bullying
Anak laki-laki yang diasuh dengan toxic masculinity sering belajar bahwa kekerasan adalah cara untuk menyelesaikan masalah, menegaskan diri, atau mendapatkan pengakuan.
Mereka juga sering merasa harus bersaing, menang, atau mendominasi orang lain, tanpa peduli dengan perasaan atau hak mereka. Hal ini bisa memicu kekerasan dan bullying pada anak, baik sebagai pelaku maupun korban. Kekerasan dan bullying bisa merusak hubungan sosial anak, serta menimbulkan trauma psikologis yang berkepanjangan.
Menghambat Kecerdasan Emosional
Anak laki-laki yang diasuh dengan toxic masculinity kurang mengembangkan kecerdasan emosional mereka, yaitu kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat.
Mereka juga kurang mengembangkan empati, yaitu kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Hal ini bisa menghambat perkembangan pribadi dan profesional anak, serta mengurangi kualitas hidup mereka. Kecerdasan emosional dan empati adalah keterampilan yang penting untuk berinteraksi, bekerja sama, dan berkontribusi dalam masyarakat.
Cara Menghindari Toxic Masculinity dalam Mendidik Anak
Untuk menghindari dampak negatif dari toxic masculinity, orang tua perlu mengubah pola asuh mereka menjadi lebih sehat dan positif. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu:
- Memberikan contoh yang baik kepada anak, dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang baik, serta menghargai perbedaan dan keberagaman.
- Memberikan kasih sayang dan dukungan kepada anak, dengan memberi pujian, apresiasi, atau hadiah yang sesuai dengan usaha dan prestasi mereka, serta memberi bantuan, nasihat, atau solusi jika mereka mengalami masalah.
- Memberikan edukasi dan komunikasi yang baik kepada anak, dengan memberi informasi yang benar dan bermanfaat tentang berbagai hal, seperti kesehatan, seksualitas, atau agama, serta mendengarkan dan menghormati perasaan dan pemikiran mereka.
Toxic masculinity bisa berdampak buruk pada perkembangan dan perumbuhan anak, hal ini perlu dijauhkan dalam pertumbuhan anak.