Dari Sariawan Hingga Kuku Rapuh, Kenali Sejumlah Gejala dari Anemia
"Satu dari 6 perempuan kemungkinan menderita anemia defisiensi besi," tutur Ketua Umum Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM beberapa waktu lalu.
Kondisi anemia merupakan masalah kesehatan yang biasa disebut sebagai 'kurang darah' dan rentan dialami sehari-hari. Kondisi ini terjadi ketika seseorang kekurangan sel darah merah untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh.
Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen (2013) menjadi 23,7 persen (2018) dari total populasi di Indonesia. Selain itu, pada 2018, diketahui 3 dari 10 remaja Indonesia menderita anemia.
-
Bagaimana cara mencegah terjadinya anemia akut? Secara umum, ada beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan, antara lain: • Konsumsi suplemen zat besi. Zat besi adalah salah satu bahan penting untuk pembentukan hemoglobin, yaitu protein yang mengikat oksigen pada sel darah merah. Kekurangan zat besi akan mengganggu produksi sel darah merah. Suplemen zat besi bisa membantu meningkatkan kadar hemoglobin dan mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi. • Konsumsi vitamin C. Vitamin C berperan membantu penyerapan zat besi lebih baik di dalam tubuh. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen, yaitu protein yang membentuk dinding pembuluh darah. Vitamin C bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran, seperti jeruk, kiwi, brokoli, dan paprika. • Konsumsi vitamin B12 dan asam folat. Vitamin B12 dan asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang sehat. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat bisa menyebabkan anemia megaloblastik, yaitu anemia yang ditandai dengan sel darah merah yang besar dan tidak matang. Vitamin B12 bisa didapatkan dari makanan hewani, seperti daging, telur, susu, dan keju. Asam folat bisa didapatkan dari sayuran hijau, kacang-kacangan, sereal gandum, dan buah-buahan.
-
Apa itu anemia aplastik? Anemia aplastik merupakan kondisi medis yang ditandai dengan kekurangan sel darah dalam tubuh, yang disebabkan oleh berhentinya produksi sel darah oleh sumsum tulang belakang.
-
Mengapa Anemia Aplastik terjadi? Penyebab anemia aplastik dapat berasal dari kondisi keturunan atau faktor lingkungan.
-
Apa saja ciri-ciri yang menandakan seseorang mengalami anemia akut? Ciri-ciri anemia akut adalah gejala-gejala yang timbul akibat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah merah yang cukup dalam waktu lama. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri anemia akut yang umum terjadi: • Kelelahan yang berlebihan. Penderita anemia akut akan merasa cepat lelah dan lemas karena tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. • Pucat. Kulit, bibir, kuku, dan gusi penderita anemia akut akan tampak pucat karena kurangnya hemoglobin yang memberi warna merah pada darah. • Sesak nafas. Penderita anemia akut akan mengalami kesulitan bernapas karena tubuh berusaha untuk mengompensasi kekurangan oksigen. • Nyeri perut. Penderita anemia akut bisa merasakan nyeri perut yang disebabkan oleh gangguan pada organ-organ pencernaan, seperti lambung, usus, atau limpa. • Nyeri dan pegal pada leher. Penderita anemia akut bisa merasakan nyeri dan pegal pada leher karena peningkatan tekanan darah dan detak jantung. • Sakit kepala. Penderita anemia akut bisa alami sakit kepala akibat kurangnya aliran darah ke otak. • Detak jantung cepat. Penderita anemia akut bisa merasakan jantung berdebar-debar karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. • Mudah memar. Alami memar atau perdarahan karena kurangnya sel darah merah dan trombosit yang berfungsi untuk membantu pembekuan darah.
-
Bagaimana cara mengobati Anemia Aplastik? Pengobatan anemia aplastik tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi individu.
-
Apa penyebab seseorang bisa mengalami anemia akut? Anemia akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: • Kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat. • Perdarahan berat yang menyebabkan kehilangan darah secara cepat. • Kerusakan sumsum tulang yang mengganggu produksi sel darah merah. • Penghancuran sel darah merah yang terlalu cepat.
Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini biasa disebut anemia defisiensi besi (ADB). ADB menyumbang 62,6 persen dari total kasus anemia di 2013 secara global.
"Satu dari 6 perempuan kemungkinan menderita anemia defisiensi besi," tutur Ketua Umum Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM beberapa waktu lalu.
ADB dapat menyerang siapa saja. Meskipun demikian, populasi rentan seperti lansia dan anak-anak berisiko lebih tinggi. Selain itu, kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia defisiensi besi.
Untuk mencegahnya, perhatikan asupan zat besi Anda. Pemenuhan kebutuhan zat besi bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi maupun suplemen tambahan. Selain itu, penting untuk mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi besi.
Gejala Anemia
Djumhana menyebutkan bahwa pada orang dengan anemia defisiensi besi ada beberapa gejala yang terlihat. Yakni:
1. Pucat
2. Kuku rapuh
3. Bibir pecah- pecah dan sariawan
4. Rambut rontok
"Untuk sariawan dan rambut rontok biasanya timbul pada pasien anemia hemolitik autoimun terutama penyakit lupus," ujar Djumhana.
Sementara gejala yang dapat dirasakan berupa kelelahan, sakit kepala, napas pendek, susah konsentrasi, pusing, tangan dan kaki terasa dingin, sulit tidur, serta rentan terkena infeksi.
"Susah konsentrasi karena oksigennya kurang jadi kita enggak bisa mikir, ya. Kemudian pusing sama juga karena kurang oksigenasi. Terasa dingin-dingin, kelelahan, sulit tidur, semua ada karena oksigenasi jaringannya berkurang karena oksigennya kurang," terangnya.
Reporter: Adelina Wahyu Martanti
Sumber: Liputan6.com